1. Pengantar
Secara etimologis Mistik berasal dari Bahasa Yunani yaitu mystikon, yang berarti sesuatu yang rahasia atau tersembunyi. Ada pun tujuan dari pengalaman mistik ini adalah untuk menjalin relasi yang mendalam dan khusus dengan yang Ilahi melalui berbagai macam-macam ritus dalam masyarakat. Dalam lingkungan iman Katolik, kata mistik dipakai untuk menunjukan hubungan dengan yang Ilahi, yakni Allah sendiri yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata atau ungkapan-ungkapan. Allah yang tak kelihatan itu tetap menampakan kasih-Nya dalam sejarah keselamatan yang dikenal dan dipercayai dalam iman katolik.
Mistik dalam pengalaman Iman Katolik merupakan usaha untuk mencari Allah yang telah mengalami kasih-Nya yang besar. Dan untuk masuk dalam pengalaman mistik itu dibutuhkan iman. Iman itu dirayakan dalam berbagai bentuk perayaan, simbol dan ritus yang ada dalam perayaan Gereja. Itulah bentuk perayaan iman Kristen dalam menjalin kesatuan hubungan dengan Allah yang dengan kasih-Nya telah memberikan keselamatan kepada manusia melalui perutusan Putera-Nya ke dunia. Dalam perayaan liturgi yang puncaknya dalam Perayaan Ekaristi, pengalaman akan kehadiran Allah itu bisa diwujudkan.
2. Fenomenologi Pengalaman Mistik dalam Spiritualitas Katolik
Yesus adalah mistikus utama dan terbesar, seluruh hidupnya ditandai dengan relasi yang mendalam dengan Bapa-Nya. Dewasa ini begitu banyak orang Kristen yang rindu untuk mencari Allah, mengalami kasih-Nya yang nyata dalam kehidupan. dan untuk mengalami itu diperlukan suatu kebijaksanaan dan mempersiapkan diri yang matang dan terarah kepada dan diatur oleh sejarah keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus yang kita rayakan dalam sakramen-sakramen dan perayaan liturgi Gereja.
Pengalaman mistik orang Kristen (Katolik) di dasari oleh rasa perjanjian akan belaskasih yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah telah mengasihi kita. Belaskasih Allah nyata dalam kehadiran Puteran-Nya Yesus Kristus yang rela masuk dalam keterbatasan manusia, hingga pada puncaknya pada perstiwa salib yakni sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu seorang mistikus dituntut untuk mempunyai rasa bahwa, pengalaman adalah rahmat dan belaskasihan. Untuk itu, perlulah suatu kesadaran bahwa dirinya adalah pendosa dan mempunyai rasa syukur, siap pada inisiatif Ilahi yang bebas serta  kebutuhan akan pembaharuan dan tobat.
3. Doa Mistik Sebagai Pengalaman Kristen akan Kehadiran Allah
Pengalaman mistik nampak dalam praktek doa. Dengan doa, persatuan dengan Allah bisa diwujudkan. Persatuan itu tidak lagi tergantung dari pilihan bebas, melainkan melalui suatu pengalaman yang dihidupi melalui species passivitas cinta yang mendominasi dan mengenakan seluruh aspek kehidupan. Pengalaman passivitas ini adalah sebuah permenungan mendalam yang menghasilkan sebuah perubahan dalam pengalaman doa, seperti kehilangan kesadaran, yang dipengaruhi oleh pengalaman akan kehadiran Allah sendiri dalam dirinya.
Bentuk lain dari kontemplasi mistik adalah kebaruan. Untuk mencapai kebaruan itu diperlukan dua bidang yang berbeda yakni afektif dan konositif. Dalam bidang afektif, relasi dengan Allah dilihat sebagai suatu pengalaman iman. Suatu pengalaman yang lahir dari pengalaman pribadi akan kehadiran Allah. Demikian juga dalam bidang konositif, pengalaman itu dilihat sebagai suatu perasaan yang intens, sederhana dan kaya akan makna.
4. Teologi dalam Doa Mistik Katolik
Dalam kitab suci mengajarkan bahwa, kontak spiritual dengan Yesus melalui ajaran dan hidup-Nya merupakan sumber utama yang menghidupkan dan menerangi budi serta membawa kita pada pemahaman yang mendalam akan misteri Ilahi. Demikian juga Roh akan membantu kita untuk berdoa kepada Allah dalam kelemahan dan keterbatasan kita sebagai manusia, sehingga kita dipanggil dan diangkat menjadi anak Allah.