Mohon tunggu...
Pena ReSuPaG
Pena ReSuPaG Mohon Tunggu... Guru - "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Penikmat Kertas-Pena dan Kopi-....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Pastoral atas Surat Efesus

15 November 2021   09:30 Diperbarui: 15 November 2021   09:34 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Efesus (biblemu.blogspot.com)

         Meskipun surat kepada jemaat Efesus menyerupai Surat Kolose dalam menggambarkan Kristus yang kosmis, namun Surat Efesus begitu unik di antara tulisan-tulisan Perjanjian Baru dalam melukiskan Gereja sebagai satu, kudus, katolik dan apostolik. 

Ajaran mengenai Gereja ini merupakan sumbangan penting dari Surat Efesus. Pemahaman mengenai Gereja yang dikemukakan Surat Efesus mengembangkan dan berdasa pada tradisi Paulus, karenanya mengatasi ajaran Paulus sendiri. Paulus cenderung mengatakan "Gereja" pertama-tama dengan maksud jemaat local, sementara Surat Efesus yang dituliskan dalam waktu kemudian, melihat Gereja-gereja berkembang ke dalam sebuah institusi yang ia sebut "Gereja". Bagi pengarang Efesus, Gereja adalah tubuh kosmis Kristus, yaitu katolik dan universal, sementara Kristus sendiri adalah kepalanya.

Paulus tidak memuat perbedaan antara kepala dan tubuh saat ia berbicara mengenai "tubuh Kristus". Ia menekankan kesatuan dari keseluruhan, sementara mengemukakan keberbagaian dari bagian-bagian. Pengarang Efesus menerapkan pandangan ini kepada konsep Gereja kosmis, tetapi penekanan masih tetap pada kesatuannya. 

Pengarang menekankan kesatuan orang-orang Kristen Yahudi dan bukan Yahudi dalam tubuh Kristus yaitu Gereja. Mereka dipersatukan melalui kedamaian yang memulihkan dari Kristus yang telah diperoleh melalui penumpahan darah yang menebus di salib. Dibersihkan oleh tindakan penebusan Kristus dan mengambil bagian dalam penebusan melalui air baptisan, Gereja dibuat kudus, tanpa cela, tanpa cacat dan tanpa salah.

Akhirnya, Gereja juga apostolik. Pengarang melihat kembali ke zaman "para rasul yang kudus" dengan perasaan hormat. Dengan mempergunakan gambaran bangunan, pengarang berbicara mengenai peranan mereka sebagai fondasi yang di atasnya Gereja dibangun dengan Kristus sebagai batu penjuru. 

Pada zaman pengarang menulis, menjelang abad I M, penting untuk menekankan kesinambungan dengan tradisi rasuli ada asal usul iman di hadapan sejumlah bentuk esoteris dan pewahyuan dalam kekristenan yang bertolak dari ajaran tradisional. Dengan menulis atas nama Paulus, pengarang ingin dengan jelas memasang jangkar yang kuat dari ajarannya pada tradisi rasuli.


Dalam sinar sejarah Gereja yang berkelanjutan, menarik bahwa pengarang Efesus tidak melihat adanya pertentangan antara keberadaan Gereja sebagai institusi dan karya Roh Kudus. Kenyataannya, Roh Kudus disebut lebih banyak dalam Efesus daripada dalam tulisan lain dari tradisi Paulus. Seperti ada satu tubuh yaitu Gereja, demikian juga ada satu Roh. Kendati banyaknya penyebutan Roh dalam Efesus, namun pengarang belum mengembangkan suatu pemahaman yang berkembang secara sistematis mengenai siapa Roh dan apa peranannya.

Banyak bagian Efesus mempunyai dasar langsung pada bahan-bahan yang dipinjam dari Kolose, meskipun pengarang kerap kali memberi penafsiran yang baru atau luas dari bahan itu. Kedua surat bahkan dalam banyak hal menunjukkan kesamaan dalam susunan. Nada dari surat Efesus kebanyakan dingin. Banyak perkiraan bahwa dokumen ini sejak semula dimaksudkan sebagai surat edaran atau lebih tepat sebagai risalah teologis dalam bentuk surat edaran. Ini ditulis oleh seorang pengarang yang tak diketahui, tetapi berada dalam lingkungan tradisi Paulus.

Efesus tetap menyampaikan berbagai pemikiran terutama tentang hidup Kristen dan Gereja yang amat menawan. Tampaknya relevansi surat Efesus justru karena surat menampakkan cirri-ciri masa pasca Paulus. Bagaimana periode karya sang rasul berkembang dalam jemaat dan memberikan dorongan bagi jemaat mengembangkan seluruh keyakinan dan wawasan iman mereka. Bagaimanapun juga surat ini merupakan salah satu warisan yang berharga mengenai pengalaman iman jemaat perdana hingga sampai saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun