Mohon tunggu...
Rendy Muhammad
Rendy Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unjani Teknik Elektro

Mahasiswa Unjani Teknik Elektro

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sutan Sjahrir, Pejuang Diplomasi Indonesia

22 Juni 2024   14:40 Diperbarui: 22 Juni 2024   14:41 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pahlawan Diplomasi di PBB (Kumparan)

Peran aktif Indonesia dalam perdamaian dunia sudah menjadi bagian dari jati diri bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 .Komitmen tersebut dirawat betul hingga kini jalur-jalur diplomasi ditempuh untuk meraih titik terang dan terhindar dari konflik. Upaya ini tak lepas dari sejarah sebelum kemerdekaan perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan yang seutuhnya tidak lepas dari peran pahlawan yang berkontribusi tidak hanya melalui gencatan senjata tapi melalui jalur diplomasi cerdik dan cermat seperti yang dilakukan sang Bung kecil Sutan Sjahrir. 

Awal Mula Kehidupan

Sutan Sjahrir kita kenal sebagai Perdana Menteri pertama Indonesia, berkat Bung kecil Indonesia berhasil menggetarkan dewan keamanan PBB di New York melalui pidatonya . Sjahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang Sumatera Barat, pada 1926 ia berlayar ke Jawa tepatnya ke Bandung. Di sana ia bersekolah di Algemeene Middelbare School (AMS). Sjahrir beruntung mengenyam pendidikan di tengah perkembangan politik etis. Rasa nasionalisme Sjahrir muncul pertama kali ketika mendengar pidato Cipto Mangunkusumo di alun-alun Bandung, Sjahrir tumbuh di lingkungan yang pro Belanda dan ayahnya seorang pegawai pemerintah Belanda. Sjahrir melanjutkan pendidikannya ke Belanda di Fakultas Hukum Universitas Amsterdam. Nyatanya Sjahrir lebih aktif berdiskusi saat di Belanda ketimbang kuliah secara teratur, Ia aktif dalam Perhimpunan Indonesia Belanda yang saat itu dipimpin oleh Muhammad Hatta. Di sanalah ia mendalami ideologi sosialis, dari sini yang membuat Sjahrir kelak membuat Partai Sosialis Indonesia atau PSI. Pada Penghujung 1931 Sjahrir meninggalkan kuliahnya untuk kembali ke tanah air.


Sutan Sjahrir dan Bung Hatta

Sesampainya di tanah air Sjahrir bergabung dalam organisasi partai pendidikan nasional Indonesia atau PNI Baru, pemerintah kolonial Belanda menilai gerakan politik Hatta dan Sjahrir dalam PNI baru lebih radikal ketimbang Soekarno dengan PNI nya yang mengandalkan mobilisasi massa. Pada Februari 1934 pemerintah kolonial Belanda memutuskan untuk menangkap Hatta dan Sjahrir mereka dikirim ke Boven Digoel Papua, hampir setahun dalam kawasan malaria itu Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira selama 6 tahun. Sjahrir tidak terkekang malah Banda Neira adalah tempat yang spesial untuk dia, selama 6 tahun di sana ia mengajar untuk anak-anak di Banda bahkan ada yang jadi anak angkatnya yaitu Des Alwi. Ketika pulau Ambon diserang Jepang pesawat kecil milik Amerika Serikat datang menjemput Sjahrir dan Hatta. Pada 31 Januari 1942 mereka meninggalkan Surga Di mana mereka hidup selama 6 tahun ke Surabaya. Setelah sampai di Surabaya Sjahrir dan Hatta langsung dipindahkan dan dibawa ke Komplek kepolisian di Cirebon, Hatta bekerja sama dengan Jepang sedangkan Sjahrir memimpin gerakan bawah tanah melawan Jepang.


Jejak Hatta dan Sjarhrir (Historia)
Jejak Hatta dan Sjarhrir (Historia)


Diplomasi Mandiri

Untuk mengetahui perkembangan perang Jepang melawan sekutu Sjahrir mengandalkan siaran radio. Ia mempunyai radio yang sudah dilepas rangkanya dan diletakkan dalam lemari ditutupi kain batik agar tidak kentara oleh Jepang. Jika ia bilang "Des butuh batik" kami sudah tahu maksudnya kata Des Alwi anak angkat Sjahrir. Pada 14 Agustus 1945 Sjahrir mendengar dari BBC bahwa Jepang akhirnya menyerah kepada sekutu, ia buru-buru menemui Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan namun ditolak. Syahrir kecewa lalu meminta dokter Sudarsono memproklamasikan kemerdekaan di alun-alun Kejaksaan di Cirebon maka dari itu di Cirebon Indonesia merdeka lebih dulu dua hari dari Jakarta. Sjahrir selalu menekankan untuk Indonesia merdeka sendiri tanpa Jepang, namun Soekarno tetap pada rencana dari Jepang "Aku penuh semangat, Aku yakin saatnya telah tiba. Sekarang atau tidak sama sekali" kata Syahrir. Peristiwa Rengasdengklok pun terjadi namun ide tersebut bukanlah dari Sjahrir, ia tidak menyetujuinya namun Soekarno dalam autobiografinya menyatakan bahwa Sjahrir lah yang memanasi pemuda untuk melawannya, meski Sjahrir yang paling vokal untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia namun ia sendiri menolak hadir dalam peristiwa bersejarah pembacaan proklamasi oleh Bung Karno pada 17 Agustus 1945. 5 hari setelah kemerdekaan diumumkan Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP, Sjahrir didorong untuk menjadi ketua namun ia menolak. Melalui maklumat Nomor 10 pada 16 Oktober 1945 di sidang KNIP, kekuasaan luar biasa presiden berakhir dan fungsi KNIP bukan lagi pembantu presiden. Kemudian pada 14 November 1945 Sjahrir diangkat jadi perdana menteri Indonesia, diangkatnya Sjahrir menjadi perdana menteri tidak jauh dari persepsi yang beranggapan maklumat Nomor 10 itu adalah kudeta halus dari Sjahrir terhadap kekuasaan presiden Soekarno.

Membobol Blokade Belanda (Good News From Indonesia)
Membobol Blokade Belanda (Good News From Indonesia)

Perundingan PBB

Sjahrir sempat diculik pada Juli 1946 oleh kelompok oposisi persatuan perjuangan yang tidak puas atas diplomasi yang dilakukan Indonesia dengan Belanda, presiden Soekarno sangat marah atas aksi penculikan ini. Seusai penculikan perjalanan diplomasi Sjahrir berlanjut, ia memimpin Indonesia dalam perundingan Linggarjati .Perjanjian itu menghasilkan Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah Sumatera, Jawa, dan Madura. Namun hasil perundingan itu membuat pro dan kontra banyak pihak yang mengakibatkan lengsernya Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri. Sjahrir konsisten memperjuangkan kedaulatan RI lewat jalur diplomasi, Sjahrir tak ingin menghadapi tentara sekutu dengan senjata. Melalui diplomasinya Indonesia mencapai kemenangan sementara, puncaknya ketika Indonesia digempur pada agresi militer Belanda pertama. Aksi Belanda tersebut justru mengantarkan Indonesia ke forum perserikatan bangsa-bangsa. Pada 14 Agustus 1947 Syahrir berpidato di muka sidang dewan keamanan PBB berhadapan dengan para wakil bangsa-bangsa sedunia. Sjahrir menjelaskan kejayaan Indonesia 1000 tahun silam sebagai sebuah bangsa yang berabad-abad berperadaban telah dieksploitasi oleh colonial, secara piawai Sjahrir mematahkan satu persatu argumen yang disampaikan perwakilan Belanda. Berkat pidatonya dukungan internasional mengalir negara seperti India hingga Rusia mendukung Indonesia salah satu yang paling menggetarkan di Dewan Keamanan menurut New York Tribun mengenai pidato Syahrir.

Pahlawan Diplomasi di PBB (Kumparan)
Pahlawan Diplomasi di PBB (Kumparan)

Pahlawan Nasional

Seusai disibukan dengan agenda diplomasi Syahrir mencoba peruntungan dalam pemilu dengan membuat partai sendiri yakni Partai Sosialis Indonesia atau PSI. Ia membuat PSI sebagai partai alternatif partai lain yang tumbuh dari gerakan komunis. Sjahrir sendiri sebenarnya merasa pesimis dengan partainya sendiri, perhitungan suara selesai dan benar seperti perasaan Bung kecil jumlah kursi yang diraih PSI hanya 5 kursi . Pada 1958 terjadi pemberontakan PRRI atau Permesta ada aktivis PSI yang terlibat dalam peristiwa itu seperti Sumitro Djojohadikusumo. "Sjahrir sudah menegaskan kepada Sumitro boleh melakukan oposisi tapi jangan bentuk pemerintahan tandingan" kata Subadio Sastrosatomo tokoh PSI. PSI sebagai organisasi sebenarnya bukan dalam pemberontakan, akhirnya pada 17 Agustus 1960 Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 201 tahun 1960 menyatakan pembubaran PSI, 2 tahun setelahnya Sjahrir bersama tokoh PSI lainnya ditahan. Pada tahun 1964 Sjahrir yang masih jadi tahanan politik meminta izin kepada presiden Soekarno untuk berobat karena sakit, Sjahrir memilih berobat ke Zurich Swiss karena presiden meminta untuk ke negara yang netral. Tepat pada 9 April 1966 Sjahrir menghembuskan nafas terakhirnya karena stroke dan komplikasi. Sjahrir meninggal sebagai tahanan politik. Sesuai Dekrit Presiden, Sjahrir ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional di hari ia meninggal dunia, ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Sjahrir sosok yang selalu menginginkan Indonesia merdeka dengan mandiri, ia juga memilih memperjuangkan kemerdekaan dengan cara elegan yaitu diplomasi. Syahrir merasa dirinya tidak populer di kalangan nasionalis dan intelektual Indonesia namun kontribusinya dalam kemerdekaan setelahnya menunjukkan ialah sang nasionalis sejati.

 "Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan" -- Sutan Sjahrir.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun