Mohon tunggu...
Rendy Nur Zaqaria
Rendy Nur Zaqaria Mohon Tunggu... -

be teacher of the world PKnH UNY

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nyaleg Cabang Dari Gila

17 April 2014   05:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:35 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu menjadi ajang perlombaan untuk para Calon Legislatif, ratusan caleg bersaing untuk mendapatkan kursi panas di DPR, dan berbagai cara mereka lakukan untuk saling berkompetisi demi mendapatkan satu kursi, sehingga banyak cara kotor yang mereka lakukan demi mendapatkan suara dari para rakyat, baik dari janji-janji palsu, lembaran-lembaran uang ( money politic) yang bisa membuat rakyat yang buta politik tergiur dan memilih mereka pada pemilu. Tidak segan-segan para caleg mengeluarkan uang ratusan juta untuk biaya kampanyenya.

Jangan beranggapan cara seperti itu tidak beresiko, ketika mereka sibuk akan kampanyenya mereka berkeyakinan bahwa dengan uang yang mereka berikan kepada rakyat, mereka yakin bahwa rakyat akan memilih mereka, dan para caleg bisa memenangkan kursi di DPR. Tidak seperti yang dibayangkan, ketika pemilu usai ternyata banyak caleg yang gagal bahkan ada yang tidak mendapatkan suara sama sekali, sehingga apa yang terjadi, mereka sudah banyak mengeluarkan uang tapi kegagalan yang didapat, sehingga banyak caleg yang stres dan gila. Tidak sadar mereka membongkar aibnya sendiri yang membuat muak para rakyat, contohnya (via kompasislam.com) di Kabupaten Klungkung Bali caleg stres ketika tidak mndapat suara manyoritas saat pemilu sehingga dia memblokade akses jalan warga disekitar rumahnya di Nusa Penida, kemudian yang lebih miris lagi terjadi dikecamatan Tapango, Polewari Mandar, Sulawesi Barat harus kebingungan mengembalikan uang sumbangan caleg untuk masjid al-aqsha didesa Riso sebesar 7,5juta akibat calegnya gagal mendapatkan kursi dewan, dan masih banyak lagi kasus yang terjadi.

Dilihat dari cara mereka berkompetisi, mereka hanya mencari jabatan untuk memakmurkan diri mereka, memperkaya harta mereka. Dapat dipastikan jika para pejabat banyak yang seperti ini maka korupsi akan tetap kekal terus menerus Ila yaumil Qiyamah, jad para pemilih supaya pandai-pandai memilih pemimpin, jangan hanya karena mendapatkan selembar uang kemudian memilih mereka karena akibat yang dirasakan itu Lima Tahun...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun