Mohon tunggu...
Rendy Liu
Rendy Liu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan FEB UNTAN

Meneliti

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potret Sebuah Keluarga Miskin Penerima Bansos di Desa Parit Mayor Kecamatan Pontianak Timur Provinsi Kalimantan Barat

12 April 2024   13:04 Diperbarui: 12 April 2024   13:06 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Narasumber yang saya temui adalah Ibu Susi Wati yang merupakan seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Desa Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Beliau saat ini berumur 43 tahun dan memiliki warung minuman yang juga tersedia makanan berupa mie instan dan roti-rotian atau snack di bagian belakang rumahnya yang menghadap langsung ke sungai kapuas sebagai pekerjaan sampingan. Suami ibu Susi Wati bekerja sebagai buruh tukang di Siantan. 

Tingkat pendidikan terakhir ibu Susi yaitu lulusan sekolah dasar saja. Terdapat sejumlah tujuh orang yang tinggal dalam satu rumahnya. Yang terdiri dari enam orang tanggungan keluarga termasuk ibu Susi dan 5  anaknya. Diketahui satu anaknya sudah lulus sekolah dan belum bekerja dan tiga anaknya masih bersekolah, serta satu anak nya masih di balita dan belum sekolah. 

Keluarga ibu Susi ini mendapatkan bantuan sosial yang diterima yaitu jenis bantuan PKH (Program Keluarga Harapan) yang berupa biaya Rp300.000 untuk membeli beras dan uang saku, biaya bantuan ini diperoleh setiap bulannya. Pendapatan total dari keluarga Ibu Susi yaitu sekitar Rp2.000.000 setiap bulannya. 

Dan pendapatan totalnya di alokasikan ke dalam kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak. Pengeluaran kebutuhan sehari-hari dari keluarga ibu Susi yaitu kisaran nol sampai Rp50.000 per harinya tergantung kebutuhan dan situasi. Dan keluarga Ibu Susi makan sebanyak dua sampai tiga kali dalam satu hari. 

Rumah yang ditinggal saat ini merupakan rumah milik pribadi dengan luas rumah dan tanah yaitu sepanjang 10 m dan lebar 4 m. Dinding rumah Bu Susi menggunakan triplek bahkan sebagian dindingnya hanya menggunakan terpal saja (dibagian dalam rumah). Rumah ibu Susi berada di tepian sungai Kapuas, atap rumahnya sudah menggunakan seng dan lantai rumahnya menggunakan papan kayu yang rata-rata terlihat sudah usang dan sebagian menggunakan semen. 

Rumah Bu Susi terdapat dua bagian ruangan yang terdiri dari dapur serta tempat tidur yang cukup luas untuk keluarga tidur. Dan untuk bagian belakang berupa teras tanpa tembok atau outdoor yang biasa digunakan untuk tamu serta keluarga bersantai. Kondisi rumah beliau sangat memprihatinkan bagi saya, papan-papan kayu lantai di bagian outdoor rumahnya yang sudah usang dan tidak rapat sehingga menciptakan celah-celah atau lubang. Dan bagian dinding dalam rumahnya yang hanya menggunakan terpal dan lantai bagian dalamnya di alasi karpet plastik lantai. 

Sumber air minum keluarga Ibu Susi yaitu air hujan yang ditampung dan di masak. Untuk sumber air mandi dan cuci, mereka mengandalkan air sungai yang tepat berada di belakang rumah. Keluarga beliau melakukan buang air besar juga di sungai. Keluarga ibu Susi biasanya memasak menggunakan kompor gas dan jenis penerangan di rumahnya sudah menggunakan lampu listrik. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Keluarga Bu Susi biasanya berobat di Puskesmas terdekat dan daya listrik di rumahnya sebesar 900 Watt. Keluarga ibu Susi ini mempunyai satu buah sepeda motor dengan tahun yang sudah tidak diingat karena sudah lama dan pajaknya sudah mati. Beliau memiliki satu buah TV dirumahnya, satu buah kulkas, satu buah speaker, memasak nasi dengan menggunakan satu rice cooker, dan memiliki dua kipas angin yang menyejukkan ruangan serta satu buah handphone milik anaknya dan satu mesin cuci bekas yang di beri oleh tetangga. 

Dan keluarga ibu Susi tidak memiliki aset pertanian seperti sawah, ladang atau kebun, tambak, kolam, atau lainnya. Menurut saya keluarga Ibu Susi ini sangat layak mendapatkan bantuan sosial karena kondisi perekonomiannya yang tergolong tidak mampu dan memprihatinkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun