[caption id="attachment_164887" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption] Oleh : Rendy Kharisma Hampir semua pengguna Internet pastinya sudah mengenal sebutan hacker. Siapa sih yang tidak takut dengan para hacker ini ? Mereka adalah orang-orang sakti yang bisa melakukan apa saja dari balik layar komputernya. Tidak peduli situs sebesar apapun, mereka bisa bongkar dengan mudah. Jadi jangan berani main-main dengan para hacker. Begitulah kira-kira pandangan orang awam terhadap kaum hacker. Bisa dibilang, jika orang dulu takut dengan dukun, hantu dan penyihir, orang-orang sekarang takutnya dengan hacker. Tanyakan kepada teman-teman anda yang sudah tidak percaya lagi dengan om dukun dan rombongannya, kemungkinan, mereka akan jauh lebih takut dengan para hacker, seringkali bahkan sampai pada level yang tidak rasional. Seorang teman saya misalnya, setelah berbulan-bulan belajar mati-matian, akhirnya lulus ujian sertifikasi dari sebuah badan internasional yang bergerak di bidang keamanan. Dengan bangga, diapun memajang gelar yang didapatkannya setelah bermalam-malah tidak tidur di kartu namanya. Namun siapa sangka, gelar CEH (Certified Ethical hacker) itu malah justru membuat dia jadi sasaran kecurigaan ketika seorang koleganya dihack akun Facebooknya. Bukan hanya itu, diapun mengaku sudah pernah dimintai temannya untuk membobol website yahoo, demi "menyelamatkan" akun temannya yang lupa password. Dia hanya bisa menggeleng sambil berkata, "jika saya sudah bisa membobol perusahaan sekelas yahoo, saya sudah ga bakalan kerja di kantor ini mbak, saya bakalan kerja disana saja". Ya, kaum hacker seringkali diibaratkan media massa sebagai dewa dunia internet. Padahal sebenarnya itu tidaklah tepat. Dari 1000 orang yang mengaku-ngaku hacker, saya yakin tidak sampai 20 orang yang benar-benar memiliki pemahaman yang cukup mendalam untuk bisa disebut hacker. 980 orang sisanya hanya mengandalkan software-software yang dibuat oleh 20 orang ini saja dan menempelkan sebutan hacker pada dirinya sendiri. Memang Hacking semudah itu ? Tentu saja jawabannya sangat bergantung dengan situasi dan kondisinya. Memasak Steak yang enak tentunya beda levelnya dengan memasak mie instant, tapi mie instant inipun sebenarnya sudah memenuhi kriteria memasak : bisa dimakan, mengenyangkan, dan cukup bersahabat di lidah. Hacking level mie instant pun juga begitu. Mau hack password facebook orang lain ? silahkan google "keylogger", install di komputer anda, dan bujuk si korban untuk menggunakan komputer anda, dan selamat ! anda mendapatkan passwordnya. Mau membongkar email dan akun-akun lain ? coba saja password yang sama. Sebagian besar orang menggunakan satu password untuk semua akunnya. Selamat, kini andapun bisa menyebut diri anda hacker ! Tapi sebagaimana memasak mie instan tidak akan memuaskan orang-orang yang sudah terbiasa makan enak, hacking level mie instant inipun hanya ampuh untuk orang-orang yang tidak mengerti soal keamanan komputer (sayangnya, karena minimnya pendidikan keamanan informasi di Indonesia, masih banyak sekali orang-orang seperti ini). Cara diatas sangatlah sederhana, tidak butuh belajar repot-repot untuk mendapatkan gelar CEH seperti teman saya, namun ampuh. Dan dimata korban yang tidak mengerti apa-apa, sepertinya aksi ini sangatlah luar biasa dan mencengangkan. Hacker dan Pesulap Benar, "hacker" (980 orang diatas tadi) lebih tepat jika diibaratkan dengan pesulap daripada dewa, sebagaimana yang seringkali didengungkan media massa. Mereka sama-sama bisa melakukan hal-hal yang luar biasa dan ajaib, setidaknya sepintas lewat. Tapi jika anda sudah mengerti trik dari sulap tersebut, maka segalanya akan tampak seperti aslinya, sederhana dan tidak seajaib kelihatannya. Oh ya, seandainya anda masih bertanya-tanya tentang kasus pembongkaran akun media sosial, saya akan memberitahukan sebuah rahasia kecil untuk anda. Dari 1000 "hacker" yang membongkar akun facebook anda, 900 diantaranya menggunakan cara diatas, 80 orang adalah keluarga/teman/mantan pacar anda yang mengetahui (atau seringkali, anda diberitahukan) password anda, 20 orang sisanya menggunakan metode recovery password. Bagaimana dengan hacker beneran ? percayalah, seandainya mereka memang benar-benar hacker ahli, mereka tidak akan membuang waktu mereka untuk membongkar akun anda. Kecuali kalau anda direktur bank, mungkin :p 19 Januari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H