Mas Rade juga menunjukkan kepada mereka Kabanti, yakni puisi dan syair yang berisi catatan sejarah, kisah-kisah teladan, dan hikmah. Selain itu juga banyak karya-karya terbaru dari sebagian rakyat Buton yang berisi berbagai macam hal, termasuk tulisan tangan para calon sultan dapat ditemukan di sini. Abdi dan Dalem menghabiskan hari-hari terakhir di perpustakaan sebelum kembali ke Pelabuhan. Mereka berdua amat senang karena bisa mengambil banyak sekali ilmu.
      Hampir tiba saat Abdi dan Dalem harus kembali ke pelabuhan. Abdi membuka-buka buku catatannya kembali, ia sekali lagi mengecek tulisan di sana yang bukan tulisan tangannya.
      "Hmm.. sepertinya sudah semua Lem, bahkan yang ini juga sudah kita baca di perpustakaan. Eh, kemarin bukannya kuliah umum dari Ustad Murhum juga itu?"
      "Apa sih Di, ini itu, sini aku juga ngecek," Dalem menjulurkan tangannya meminta buku catatan yang langsung diserahkan Abdi.
      "Hmm.. tapi gak begitu paham aku Di, bagian 'Khalifah di Muka Bumi' ini?" tanya Dalem.
      "Lah, kan kemarin sudah kita cari di perpustakaan," jawab Abdi.
      "Terus apa hubungannya sama khilafah?"
      Keduanya cukup seru membahas beberapa hal yang harus mereka selesaikan, sepertinya dituliskan oleh orang yang menyuruh mereka untuk kemari.
      "Sepertinya sih udah Lem, asal kita bisa menjelaskan dengan baik saja nanti hasil perjalanan kita. Hmm.. sistem pemerintahan yang unik di Buton dan pemilihan calon Sultan..."
      "Iya Di, itu yang unik di sini, wah semoga Raden puas dengan catatan ini," Dalem terlihat khawatir.
      Tiba-tiba dari belakang mereka ada suara yang memanggil keduanya,