Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 2, Samudera) - Imam Hassan

12 Maret 2024   04:15 Diperbarui: 12 Maret 2024   10:51 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri

            "Masjid Baiturrahman, terdiri dari dua kata 'Baitu' dan 'Al-Rahmn' yang berarti Rumah Ibadah dari Yang Maha Pengasih. Namanya sama dengan nama masjid di kota dekat pelabuhan. Alhamdulillah masjid ini masih bisa memuliakan tamu yang datang kemari, mencukupi keperluan musafir, dan dimakmurkan jamaah yang tidak sedikit," timpal Imam Hassan.

            "Oh iya, ada keperluan apa sebenarnya kalian berdua? Apakah benar hanya sekedar ingin mampir melihat-lihat tempat di Negeri Samudera ini? Kok rasanya..."

            "Mmm, sebenarnya tujuan utama kami ada di timur Imam Hassan, namun kapal yang kami tumpangi harus kemari terlebih dahulu untuk mengantarkan rombongan dagang karena memang begitu rutenya. Dimulai dari wilayah barat dahulu kemudian baru ke timur sebelum kita kembali ke Pelabuhan Banten," Dalem menjelaskan.

            "Kami juga ingin melihat pelaksanaan hukuman di Negeri yang dahulu dijuluki Serambi Mekah ini dan membandingkan dengan apa yang telah kami terapkan di Mataram. Yah, kami kan bisa dibilang baru memulai, masih harus banyak belajar..." ujar Abdi yang dibalas senyum Imam Hassan.

            "Alhamdulillah, negeri ini bisa memulainya terlebih dahulu karena Allah melimpahkan rahmatnya kepada kami."

            "Dahulu kami mulai menegakkan hukum dengan sebagian apa yang telah diturunkan Allah, kemudian secara bertahap barulah kami bisa melaksanakan semua apa yang diperintahkanNya kepada kami."

            "Tidak perlu tergesa-gesa dalam menegakkan Hukum Allah, perlahan tetapi pasti dan jangan terhenti. Dahulu pun seperti itu pada zamannya Rasulullah SAW."

            "Kami memulainya dengan makanan halal dan haram serta perjudian, kemudian kami lanjutkan dengan zina, tuduhan dan saksi palsu, pembunuhan, hingga akhirnya kami bisa menerapkan hukum Allah atas pencurian."

            "Urutan tidak menjadi masalah, karena banyak faktor yang mempengaruhi. Kondisi politik dan tekanan luar dari orang-orang yang tidak suka Hukum Allah ditegakkan saat kami memulainya dahulu juga sangat berpengaruh. Tetapi itu tidak menghentikan kami dalam menegakkan agama ini. Perlahan tetapi pasti, hal itu juga dikarenakan masyarakat Samudera sangat mencintai Islam semenjak dahulu dan tidak berubah hingga sekarang."

            Abdi membuka-buka catatannya yang telah lalu, di sana ada catatan kecil yang bukan tulisannya maupun Dalem, "Bahkan seluruh wilayah Nusantara dari dahulu sangat terbiasa melaksanakan hukum Islam."

            "Hingga..." Abdi melanjutkan kata-katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun