Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada hari Senin menolak seruan untuk gencatan senjata sampai lebih dari 200 warga Israel yang ditawan oleh Hamas dibebaskan. Dalam sebuah wawancara dengan media barat, ia juga mengusulkan bahwa Israel akan mengelola keamanan Gaza jauh setelah berakhirnya perang dengan Hamas.
Pernyataan yang sangat mengerikan, karena mengelola keamanan Gaza bisa berarti pengambilalihan wilayah tersebut secara terang-terangan. Pengusiran secara perlahan dan pengekangan terhadap hidup mereka yang tinggal di sana, yang selalu ditutup-tutupi media barat, juga akan menjadi keseharian yang tidak bisa dielakkan. Israel akan menjadikan wilayah Gaza semakin menyempit.
Tidak Ada Tempat Aman di Gaza
Israel telah meningkatkan serangannya di Gaza, yang menyebabkan hancurnya sejumlah rumah sakit. Sejumlah ruangan jebol imbas serangan jet-jet tempur di Kompleks Medis Nasser dan mengakibatkan delapan orang tewas dan lainnya luka. Kompleks Medis ini terdiri dari empat rumah sakit, yakni RS anak Al-Nasser, RS khusus Rantisi, RS mata dan RS Jiwa.
Salah satu insiden paling signifikan terjadi di Rumah Sakit Al-Shifa, fasilitas medis terbesar di Gaza. Sistem panel surya rumah sakit, yang memberikan pasokan energi penting selama pemadaman listrik, disasar secara sengaja. Serangan ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait kemampuan rumah sakit untuk berfungsi secara efektif, karena pasokan energinya terganggu parah.
Saluran komunikasi pun sudah diputus pada 5 November 2023, yang mencakup jaringan telepon dan internet. Komunikasi yang masih mungkin antara lain komunikasi dengan satelit seperti yang dilakukan oleh para wartawan yang bertugas di sana.
Ada cerita yang cukup menyedihkan dari jurnalis di Gaza yang bertugas, mereka bahkan merasa bahwa sudah tidak ada lagi tempat yang aman di sana. Rekan-rekan sesama jurnalis juga turut menjadi sasaran serangan ganas Israel yang semakin membabi buta. Ia merasa jika tanda dan tulisan yang menandakan bahwa ia adalah jurnalis tidak lagi berguna di sana. Ia bahkan mengatakan "Tidak ada tempat aman di Gaza, bahkan untuk jurnalis, kehidupan di gaza hanya soal waktu..."
Kemungkinan Eskalasi atau Gencatan Senjata
Eskalasi perang bisa terus membesar, namun yang pasti eskalasi itu akan berdampak kerugian yang lebih besar pula bagi Gaza dan Palestina. Wilayahnya yang berada di ujung barat daya akan terus mengalami kerusakan akibat invasi agresif militer Israel. Namun demikian, kepentingan politik, yang berasal dari luar, yakni Rusia dan Korea Utara semakin menambah potensi membesarnya perang yang sedang terjadi.
Selain pejuang Houthi dan Hizbullah yang selalu memberikan dukungan aktif kepada Hamas, negara-negara Islam lainnya juga turut memberikan dukungan kepada Palestina. Pemerintah Indonesia sendiri ikut aktif memberikan bantuan yakni berupa Kapal Rumah Sakit TNI sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan, membantu warga Palestina di sana yang notabene kehilangan tempat tinggal dan fasilitas kesehatan. Israel sendiri menuduh RS Indonesia di Palestina digunakan oleh para pejuang Hamas sebagai tempat bersembunyi.
Opsi gencatan senjata selalu menjadi pilihan setelah beberapa lama perang berlangsung, seperti sebelum-sebelumnya di Gaza. Akan tetapi hancurnya berbagai fasilitas di Palestina tidak akan bisa pulih dengan cepat begitu saja. Apalagi Israel sejak lama sudah mendambakan supaya seluruh wilayah Palestina menjadi bagian dari Israel Raya.