Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bioavtur: Penerbangan Menuju Masa Depan yang Lebih Ramah Lingkungan

2 November 2023   08:51 Diperbarui: 13 November 2023   00:25 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Dalam era perubahan iklim yang semakin parah, industri penerbangan telah berada di bawah sorotan tajam. Sebagai salah satu penyumbang besar emisi gas rumah kaca, para pemain dalam sektor ini merasa bertanggung jawab untuk mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Salah satu jawaban atas tantangan ini adalah penggunaan bioavtur, bahan bakar alternatif yang berasal dari bahan organik dan memiliki potensi besar untuk mengurangi dampak lingkungan penerbangan.

Artikel ini akan membahas perkembangan baru dalam penggunaan bioavtur, meliputi penerbangan perdana di Indonesia, potensi harga, dan manfaat besar yang ditawarkannya dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan kita.

Penerbangan Pertama Bioavtur di Indonesia: Masa Depan Terbang Lebih Ramah Lingkungan

Pada tanggal 27 Oktober, Indonesia mencatat sebuah tonggak sejarah dalam penggunaan bioavtur. Dalam kolaborasi antara Pertamina dan Garuda Indonesia, penerbangan komersial perdana menggunakan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur berhasil diluncurkan. Ini adalah langkah besar yang menandai komitmen Indonesia dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan menjalankan visi menuju penerbangan yang lebih ramah lingkungan.

Penerbangan perdana ini menempuh rute dari Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) menuju Bandara Adi Soemarmo (Surakarta), dan kembali ke Jakarta, dengan bahan bakar aviasi ramah lingkungan. Inisiatif ini juga merupakan bukti kolaborasi antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam upaya penurunan emisi dan pencapaian target Net Zero Emission.

Inisiatif Pertamina SAF ini bukanlah hasil kebetulan semata. Perjalanan ini dimulai sejak tahun 2010 melalui upaya riset dan pengembangan yang gigih.

Pertamina telah berinvestasi dalam Riset & Teknologi Inovasi untuk mengembangkan produk dan katalis, dan pada tahun 2021, Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap.

Apa yang membedakan SAF ini adalah penggunaan teknologi Co-Processing yang memanfaatkan bahan baku dari Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), yang merupakan minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas, dan bau.

Baca juga: Optimisme Kemarau

Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, SAF melewati serangkaian pengujian ketat, termasuk pengujian pada mesin dan unit pesawat. Hasilnya, SAF J2.4 terbukti memiliki performa yang setara dengan avtur konvensional.

Potensi Harga Bioavtur: Tantangan dalam Perubahan Harga CPO

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun