Pencarian Pengakuan dan Kesempatan: Beberapa WNI yang memilih pindah mungkin merasa bahwa mereka akan mendapatkan pengakuan dan kesempatan yang lebih baik di negara tujuan baru. Mereka mencari lingkungan yang memberikan penghargaan yang lebih besar terhadap prestasi dan usaha yang mereka lakukan. Ketika mereka merasa bahwa negara asal tidak mampu memberikan itu, mereka mencari kesempatan di tempat di mana mereka berharap mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang mereka rindukan.
Dampak dari perasaan tidak dihargai ini dapat meluas dan mempengaruhi individu secara emosional dan psikologis. Ini juga dapat berdampak pada hubungan mereka dengan tanah air, keluarga, dan masyarakat. Ketika individu merasa tidak dihargai, mereka cenderung memiliki ikatan emosional yang lebih lemah dengan negara mereka dan mungkin merasa lebih terhubung dengan negara baru yang mereka pilih.
Menggabungkan pemahaman atas alasan pindahnya WNI dan dampak emosional yang terkait dengan perasaan tidak dihargai di negeri sendiri, kita harus mengakui bahwa masalah ini memang wajar terjadi, apalagi bagi warga negara Indonesia.
Pemerintah bahkan menanggapi dengan biasa-biasa saja tanpa merasa perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi akar permasalahannya. Ketidakadilan sosial dan ekonomi, pendidikan yang murah dan berkualitas serta tentunya lapangan kerja menjadi perhatian di sini, juga perbaikan fasilitas dan infrastruktur yang ada.
Kasus-kasus seperti penemu Nikuba yang sebenarnya hanya perlu mendapat dukungan yang serius dari pemerintah serta pihak-pihak yang terkait sudah umum di Negeri ini.Â
Masyarakat sebenarnya diharapkan juga bisa memberikan pengakuan, apresiasi, dan dukungan kepada individu di sekitar mereka. Yah, mau bagaimana lagi, mungkin hanya keluarga dan tanah air yang indah yang tetap membuat kaki ini tetap tertahan di sini. Bagi mereka yang memiliki kesempatan lebih tentu perbaikan ekonomi dan tempat hidup yang layak menjadi lebih utama. Toh, bukankah jika rindu tinggal pulang saja ke tanah air yang selalu ramah kepada para pendatang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H