Andi dan Bima telah menjadi sahabat sejak masa sekolah menengah. Mereka berdua memiliki kesamaan dalam banyak hal, termasuk minat pada bidang studi yang sama di perguruan tinggi. Saat mereka mulai kuliah, tak seorang pun dari mereka berpikir bahwa persahabatan mereka akan diuji oleh kehadiran seorang gadis bernama Dara.
Dara adalah seorang mahasiswi baru di jurusan yang sama. Kecantikannya dengan cepat menarik perhatian banyak orang, termasuk Andi dan Bima. Keduanya merasakan getaran yang sama di dalam hati mereka ketika melihat Dara. Persaingan tanpa sadar pun dimulai.
Andi dan Bima saling berusaha untuk mendapatkan perhatian Dara. Mereka mengikuti langkah-langkahnya di kampus, berlomba-lomba untuk membantunya, dan berusaha menarik perhatiannya dengan candaan dan lelucon. Namun, Dara tetap netral dan tidak menunjukkan pilihan yang jelas antara keduanya.
Suatu hari, ketika mereka bertiga sedang duduk di taman kampus, Dara memberitahu mereka bahwa dia harus pindah ke luar kota karena urusan keluarga yang mendesak. Andi dan Bima merasakan kekecewaan mendalam. Mereka tahu bahwa kesempatan mereka untuk bersama Dara akan semakin terbatas.
Setelah mendengar kabar tersebut, Andi berpikir bahwa dia mungkin memiliki kesempatan lebih besar jika Bima tidak ada di sisi Dara. Maka, tanpa berpikir panjang, dia memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya pada Dara saat itu juga. Dia ingin memberitahunya betapa besar cintanya padanya.
"Dara, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," ujar Andi dengan berdebar-debar.
Dara mengangkat alisnya, menunjukkan rasa penasarannya. "Apa itu, Andi?"
"Andi, aku harus memberitahumu sesuatu," kata Andi dengan suara bergetar. "Aku mencintaimu. Aku sudah merasakan hal ini sejak pertama kali aku melihatmu di kampus. Kamu adalah sosok yang indah dan menawan, dan aku ingin menjadi orang yang berada di sampingmu."
Dara terdiam sejenak, dan wajahnya tampak memperlihatkan raut kebingungan. Dia menatap Andi dengan penuh perasaan. "Andi, aku merasa terhormat karena perasaanmu itu. Tapi, aku harus jujur padamu. Aku juga merasa ada perasaan khusus terhadap Bima."
Andi merasa seperti ada yang mencabik-cabik hatinya mendengar kata-kata itu. Namun, dia menyadari bahwa dia tidak bisa mengharapkan Dara untuk memilih di antara mereka. Dia mencoba menyembunyikan kekecewaannya dan tersenyum pahit.