Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Terkena Covid Varian Terbaru

3 Mei 2023   11:00 Diperbarui: 3 Mei 2023   17:20 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           

Pada puasa bulan Maret lalu hingga awal April 2023 kami sekeluarga terkena covid. Penyebab asal virus kemungkinan besar ketika kami sekeluarga pergi ke Pantai Ancol dan area sekitarnya sebelum Ramadhan dimulai. 

Saat itu seharian kami menghabiskan waktu di sana, bersama dengan banyak orang, bahkan hingga berdesak-desakan, menikmati suasana libur menjelang bulan puasa. 

Hal yang kami sesalkan di kemudian hari karena prokes yang minim begitu pula orang-orang di sekitar hanya sedikit sekali yang nampak menggunakan masker, itupun mungkin karena fashion atau sekedar kebiasaan saat bepergian, bukan lagi untuk menghindari covid.

Baca juga: Doa Ayahanda

Tidak sampai seminggu, 3 hari kemudian saya dan istri saya demam, badan terasa lemas sekali. Saya yang malam terganggu tidurnya apalagi, benar-benar merasakan badan tak punya tenaga, bahkan setelah sahur sekalipun. 

Saya, istri, dan anak hanya berbaring seharian sampai menjelang sore hari, begitu pun pula halnya di hari kedua. Untung ada mbak yang membantu membersihkan rumah, datang setiap pagi hari dan pulang di sore harinya.

Kepala terasa pusing sekali, ditambah demam yang cukup membuat dunia berputar dan badan yang lemas membatasi gerak kita. Alhamdulillah anak tidak terlalu rewel, dia yang terakhir tertular, saat saya dan istri sudah mulai pulih.

 Setelah demam mereda, ada rasa tak enak di lidah yang berubah warna sedikit memiliki bercak putih. Bulir-bulir kecil juga terlihat menonjol dari ujung depan hingga belakang. Ada rasa-rasa pahit ketika memakan makanan dan yang paling terasa yakni indera penciuman yang tak lagi bisa dengan jelas membedakan bau.

Anehnya ada bau yang sama yang penulis rasakan, di manapun juga berada, yang sepertinya bukan berasal dari bau-bau benda di sekitar. Sensasinya seperti bau nanas dibakar, yang itu bertahan hingga dua minggu, cukup lama memang. 

Tak hanya tak bisa merasakan bau, tapi ada bau yang selalu mengikuti, padahal saat itu sudah berusaha sebersih mungkin karena tak ingin menyisakan virus berkeliaran terutama ke tetangga terdekat.

Alhamdulillah perasaan tak menyenangkan itu mulai berkurang setelah seminggu dengan demam rata-rata bertahan selama 4 hari saja, baik itu saya, istri, maupun anak. Putri saya yang terkena covid paling terakhir ternyata cukup tinggi demamnya mencapai 39 derajat, namun di hari ke-4 demam akhirnya turun dan dia yang pulih paling cepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun