Mohon tunggu...
Rendy ArthaLuvian
Rendy ArthaLuvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG. Anggota FLP (Forum Lingkar Pena). Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.

Pegawai biasa dan pemimpi yang mencurahkan hikmah, ide, serta gagasan ke dalam tulisan karena menulis adalah bagian dari membangun sebuah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pengaruh IMF Dalam Investasi Asing di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998

26 Agustus 2024   12:47 Diperbarui: 26 Agustus 2024   12:52 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis ekonomi Asia yang melanda pada akhir 1997 hingga 1998 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah ekonomi Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi yang parah, ditandai dengan penurunan tajam nilai tukar rupiah, lonjakan inflasi, dan keruntuhan sektor perbankan, memicu kebutuhan mendesak yang akhirnya memaksa membuka pintu kepada intervensi internasional.

Dalam konteks ini, International Monetary Fund (IMF) memainkan peran kunci dengan memberikan bantuan finansial dan mendorong reformasi struktural. 

Namun bantuan yang diberikan bukan tanpa syarat, yang justru seolah kembali 'menjajah' kedaulatan ekonomi yang telah dibangun. Pengaruh IMF terhadap investasi asing di Indonesia, serta dampaknya terhadap kebijakan lokal dan perspektif global, menjadi topik yang penting untuk ditelaah.


Sejarah Masuknya IMF Saat Krisis 1998

Krisis ekonomi Asia pada akhir 1997 mulai merembet ke Indonesia, menimbulkan efek domino pada nilai tukar mata uang, sektor perbankan, dan ekonomi secara umum. 

Menyadari dampak serius dari krisis ini, pemerintah Indonesia pada Januari 1998 meminta bantuan dari IMF. IMF setuju untuk memberikan paket pinjaman yang besar dengan syarat-syarat ketat yang mencakup reformasi ekonomi dan struktural yang luas (IMF, 1998).

Program IMF di Indonesia melibatkan serangkaian langkah-langkah, termasuk pengetatan fiskal, restrukturisasi sektor perbankan, perbaikan sistem perpajakan, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas. Reformasi ini dirancang untuk menstabilkan ekonomi dan memulihkan kepercayaan investor internasional (Rosser, 2002).


Pengaruh IMF pada Investasi Asing di Indonesia
Kehadiran IMF dan program pinjaman yang ditawarkannya memiliki dampak signifikan terhadap iklim investasi asing di Indonesia:

*Reformasi Ekonomi: Program IMF mendorong reformasi yang bertujuan untuk memperbaiki iklim investasi, seperti restrukturisasi sektor perbankan dan peningkatan transparansi. Langkah-langkah ini membantu menurunkan risiko ekonomi dan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi (Tarmidi, 2021).

Baca juga: Kegilaan dan Asa

*Penurunan Risiko Ekonomi: Kebijakan IMF berfokus pada stabilisasi makroekonomi, termasuk pengendalian inflasi dan fluktuasi nilai tukar yang ekstrem. Dengan menurunkan risiko-risiko ini, investor asing menjadi lebih percaya diri dalam menanamkan modal mereka di Indonesia (Radelet & Sachs, 1998).

*Peningkatan Kebijakan Investasi: IMF juga mendorong reformasi kebijakan investasi yang mempermudah proses berbisnis, mengurangi birokrasi, dan meningkatkan kepastian hukum. Ini termasuk perbaikan regulasi dan penurunan hambatan bagi investor asing, yang meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai lokasi investasi (Haggard, 2000).

IMF dan Kebijakan Lokal: Perspektif Imperialis dan Kapitalis
Dari sudut pandang imperialis dan kapitalis, pengaruh IMF terhadap kebijakan lokal seperti di Indonesia dapat dipandang sebagai upaya untuk memperluas pengaruh dan kepentingan kapitalis global:

*Kebijakan Penyesuaian Struktur: IMF sering menerapkan kebijakan penyesuaian struktural yang mendorong liberalisasi ekonomi, privatisasi, dan deregulasi. Kebijakan ini membuka sektor-sektor ekonomi yang sebelumnya mungkin dilindungi atau dikelola negara. Dalam perspektif kapitalis, hal ini dianggap sebagai langkah positif untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dan menarik modal asing (Stiglitz, 2002).

*Kepentingan Kapitalis Global: Reformasi yang diusulkan IMF sering kali sejalan dengan kepentingan investor global. Deregulasi dan privatisasi menciptakan peluang bagi perusahaan multinasional untuk memasuki pasar baru dan mengeksploitasi sumber daya yang sebelumnya tidak tersedia. Dengan mempermudah akses ke pasar dan aset, kebijakan IMF mendukung ekspansi kapitalisme global (Babb, 2001).

*Imperialisme Ekonomi: Dari perspektif imperialis, kebijakan IMF dapat dilihat sebagai alat untuk memperluas pengaruh ekonomi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Dengan menerapkan syarat-syarat pinjaman yang mengharuskan reformasi ekonomi yang menguntungkan investor asing, IMF berperan dalam memperkuat ketergantungan ekonomi negara-negara berkembang pada negara-negara pengeskpor modal dan lembaga-lembaga internasional. Hal ini dapat mengakibatkan pengurangan kedaulatan ekonomi lokal dan penguatan posisi dominan kapitalis global (Williamson, 1999).


Pengelolaan Investasi Asing dan Hubungan Antara Negara dan PMN

Pada dasarnya Investasi asing dan hubungan antara negara dan Perusahaan Multinasional (PMN) dikelola di tingkat global melalui serangkaian kebijakan dan interaksi antara berbagai aktor, termasuk negara-negara tuan rumah (host countries), negara asal PMN (home countries), dan PMN itu sendiri. Proses pengelolaan ini melibatkan sejumlah dinamika dan tantangan yang berbeda yang dikareakan kepentingan berbeda pula dari para pihak yang terlibat di dalamnya:

PMN: Berusaha untuk beroperasi secara bebas di seluruh dunia dengan sedikit pembatasan dari pemerintah. Mereka tertarik pada kebijakan yang memudahkan ekspansi dan operasional internasional.

Negara Tuan Rumah: Ingin memastikan bahwa PMN yang beroperasi di wilayah mereka memberikan manfaat ekonomi yang signifikan, seperti transfer teknologi, keterampilan manajerial, dan integrasi ke jaringan pemasaran global. Namun, mereka juga ingin menjaga kedaulatan dan memastikan bahwa keputusan-keputusan penting tetap berada di tangan lokal.

Negara Asal PMN: Memiliki kepentingan untuk melindungi investasi mereka di luar negeri dan memastikan bahwa hak-hak mereka dihormati dan investasi mereka aman dari campur tangan yang tidak perlu dari negara tuan rumah.

Di tingkat nasional, pengelolaan investasi asing melibatkan upaya untuk menarik PMN dengan menawarkan insentif dan kemudahan, sambil memastikan dampak negatifnya dapat dikelola. Negara-negara pengimpor modal seperti Indonesia berusaha untuk menciptakan lingkungan yang menarik bagi investor dengan mengurangi birokrasi dan memberikan insentif, sementara tetap menjaga kontrol atas aspek-aspek penting dari ekonomi nasional (O'Brien & Williams, 2020).

Di tingkat global, pengelolaan investasi asing menjadi lebih kompleks. Negara pengimpor modal dan pengeskpor modal sering memiliki kepentingan yang berbeda, mempengaruhi aturan internasional yang mengatur investasi. Negara pengimpor modal berfokus pada cara-cara untuk menarik investasi dan memaksimalkan manfaat ekonomi, sedangkan negara pengeskpor modal berusaha melindungi dan mengamankan investasi mereka di luar negeri (UNCTAD, 2020).

Posisi Indonesia yang pada saat itu tidak menguntungkan dimanfaatkan oleh IMF untuk melakukan 'pemaksaan' regulasi seperti perluasan program privatisasi hingga perluasan dan penambahan modal asing yang masuk ke Indonesia. IMF sering mendapatkan kritik karena dianggap terlalu mengintervensi kedaulatan ekonomi negara, khususnya terkait dengan privatisasi dan deregulasi investasi asing. Selain itu, IMF sering menunda pencairan stand-by credit, yang menghambat Indonesia dalam proses pemulihan ekonominya. Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi korban, salah satu diantaranya yang memiliki potensi paling besar di masa depan adalah Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) (Soesastro, Aswicahyono, & Narjoko, 2009).

IMF juga terus mengharuskan Indonesia untuk melakukan reformasi politik sebelum dapat mencairkan bantuan. Penundaan ini menyebabkan lembaga lain juga menunda penyaluran bantuan karena mereka menunggu keputusan dari IMF (Tarmidi, 1999).

Rezim Internasional yang Mengatur Isu Investasi Asing
Berbeda dengan isu perdagangan dan keuangan yang memiliki rezim internasional yang lebih terstruktur seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan lembaga-lembaga keuangan internasional, regulasi internasional mengenai investasi asing masih dalam tahap perkembangan. Upaya untuk menciptakan aturan internasional yang komprehensif sering kali terhambat oleh konflik kepentingan antara negara maju dan berkembang. Belum ada rezim global yang seragam untuk mengatur investasi asing, yang mengakibatkan ketidakpastian dan kesulitan dalam merumuskan peraturan internasional yang efektif (Stiglitz, 2002).
Ketika sengketa terjadi, maka biasanya dilakukan arbitrase investasi di bawah International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID), yang membantu menyelesaikan perselisihan antara investor dan negara. Misalnya saja kasus Pertamina melawan Karaha Bodas Company (KBC). Kasus ini bermula ketika proyek PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) Karaha Bodas dihentikan pada 1998 akibat krisis ekonomi. KBC memenangkan arbitrase internasional di Jenewa pada tahun 2000, yang memutuskan kompensasi sebesar $261 juta. Meski Pengadilan Negeri Jakarta Pusat membatalkan putusan arbitrase pada tahun 2002, pengadilan internasional tetap mengakui dan menegakkan putusan tersebut (Wells, 2007).

Kesimpulan
Pengaruh IMF terhadap investasi asing di Indonesia pasca krisis ekonomi 1998 sangat signifikan dan kompleks. Program bantuan IMF, yang dilengkapi dengan serangkaian reformasi ekonomi, berhasil membantu menstabilkan makroekonomi dan memperbaiki kebijakan investasi di Indonesia. Langkah-langkah ini pada satu sisi meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi bagi investor asing, terutama dengan peningkatan transparansi dan pengurangan risiko ekonomi.

Namun, dari perspektif imperialis dan kapitalis, kebijakan IMF juga membawa konsekuensi lain yang berdampak pada kedaulatan ekonomi Indonesia. Reformasi yang didorong oleh IMF sering kali dianggap lebih menguntungkan kepentingan kapitalis global daripada kepentingan nasional, dengan membuka sektor-sektor strategis untuk investasi asing dan mengurangi kontrol pemerintah terhadap ekonomi lokal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa ketergantungan pada IMF dapat memperlemah kedaulatan ekonomi Indonesia dan meningkatkan pengaruh kapitalis global.

Selain itu, pengelolaan investasi asing yang melibatkan berbagai aktor internasional dan domestik menunjukkan bahwa, meskipun reformasi IMF berhasil menarik investasi asing, dinamika antara negara tuan rumah, perusahaan multinasional (PMN), dan negara asal PMN tetap menjadi tantangan yang kompleks. Di tingkat global, ketiadaan rezim internasional yang komprehensif untuk mengatur investasi asing membuat regulasi investasi menjadi lebih sulit dan sering menimbulkan sengketa. Hal ini menambah tantangan bagi Indonesia dalam menjaga keseimbangan antara menarik investasi asing dan melindungi kepentingan ekonomi nasional.

Daftar Pustaka
1.Babb, S. (2001). Managing Mexico: Economists from Nationalism to Neoliberalism. Princeton University Press.
2.Haggard, S. (2000). The Political Economy of the Asian Financial Crisis. World Bank Publications.
3.IMF. (1998). Indonesia: 1998 Article IV Consultation---Staff Report. International Monetary Fund.
4.O'Brien, R., & Williams, M. (2020). Global political economy: Evolution & dynamics (6th ed.). Red Globe Press.
5.Radelet, S., & Sachs, J. (1998). The East Asian Financial Crisis: Diagnosis, Remedies, Prospects. Brookings Papers on Economic Activity.
6.Rosser, Andrew. (2002). The Politics of Economic Liberalization in Indonesia: State, Market, and Power. New York: Routledge.
7.Soesastro, H., Aswicahyono, H., & Narjoko, D. A. (2009). Economic reforms in Indonesia after the economic crisis. Institutions for economic reform in Asia (1st ed., pp. 15-33). Routledge
8.Stiglitz, J. E. (2002). Globalization and its Discontents. W.W. Norton & Company.
9.Tarmidi, L. T. (1999). Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak, Peran IMF Dan Saran. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
10.Tarmidi, L. T. (2021). Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran.  Student Journal of International Law Vol. 1, No. 1, (Agustus, 2021), pp. 13-32.
11.UNCTAD. (2020). World Investment Report 2020: International Investment Agreements and Sustainable Development. United Nations Conference on Trade and Development.
12.Wells, Louis T., 2007. Karaha Bodas Company: Turning to Arbitration, Making Foreign Investment Safe: Property Rights and National Sovereignty. Oxford Academic.
13.Williamson, J. (1999). The Washington Consensus and Beyond. Institute for International Economics.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun