Setiap perjalanan memiliki cerita tersendiri. Perjalanan saya tanggal 14 dan 15 Agustus 2015 ketika ditugaskan menjadi asesor menguji para mahasiswa jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Batam, yang mengambil sertifikasi profesi Teknisi Akuntansi dari LSp-TA BNSP itu, mengantarkan saya mengenal beberapa mahasiswa di sana. Di sela-sela tugas tersebut, ketika istirahat, berbincang dengan beberapa di antara mereka. Obrolan ke sana ke mari itu, terlihat antusias ketika mereka mengetahui saya dari Jakarta dan juga seorang Dosen di Politeknik Negeri dari Bandung. Salah seorang dari mereka yang menarik perhatian saya, yaitu Denok Mutiarawati. Mahasiswi berkerudung turunan Jawa kelahiran Batam ini, berperawakan mungil namun tampak pendiam itu, ternyata bisa menyeimbangkan kegiatan sehari-harinya sebagai mahasiswa Akuntansi yang intens berkutik dengan angka-angka dan hitungan, dengan kegiatan lain dalam Seni. Sebagai musisi, penggemar dan pengamat musik, saya kemudian jadi tertarik mengenalnya lebih jauh.
“Saya juga bekerja sebagai penyiar pak, di Radio RRI Pro 2 Batam,” katanya menjelaskan aktivitasnya sehari-hari selain kuliah. Saya kaget! Karena tidak biasanya mahasiswa Politeknik Negeri yang model perkuliahan vokasionalnya begitu padat, dimulai dari pagi hingga sore itu, dan penuh dengan tugas-tugas tersebut, masih bisa dilakukan oleh mahasiswa sambil bekerja di tempat lain. “Hm, pasti suaramu bagus ya...,” tanya saya menyelidik, sambil guyon. Karena saya dengar nada bicaranya juga agak beda dari yang lain. “ Betul, pak! Denok ini juga terkenal sebagai penyanyi di sini..,” timpal teman-temannya yang ikut nimbrung dalam perbincangan sesaat itu. Ah? Makin bertambah kekagetan saya! “Bagaimana kamu bisa membagi waktumu dengan kuliah di Politeknik, Bekerja sebagai Penyiar dan juga Penyanyi? ” tanya saya kembali, kali ini sambil mengkrenyutkan dahi.
Itulah awal saya mengenal mahasiswi ramah dan sederhana ini, namun aktif dan berprestasi. Dia kemudian bercerita tentang grup musiknya, bernama BOS (Batam Orcheska). “Kami aliran musik pop SKA, pak! Sudah mengeluarkan album perdana...,” tuturnya dengan nada yang tampak apa adanya. Wow, anak-anak muda kreatif dari pulau Batam, bisa juga ya mengeluarkan album musik, pikir saya. Yang membuat saya kemudian penasaran. “Oh ya? Boleh dong kirim ke saya. Saya jadi pengen tahu bentuk musik anak-anak muda Batam. Jelek-jelek begini, saya khan musisi juga dan penggemar berat musik..,” canda saya, sebelum akhirnya obrolan singkat itu pun bubar, karena ujian uji kompetensi sudah mulai masuk kembali ke sesi berikutnya. Saya berikan kartu nama saya, dan dia tampak senang menerimanya karena tampak membacanya berulang kali.
****
Beberapa minggu kemudian setelah saya kembali ke Bandung. Sebuah email masuk ke inbox saya, berikut enam file attachment Mp3. Pengirimnya adalah Denok Mutiarawati Sutrisno “Pak, ini beberapa lagu dari album perdana kami. Semoga bapak senang mendengarkannya, dan bisa menjadi bagian dari koleksi diskografi musik bapak. Ditunggu lho saran-saran dan masukkannya ...,” demikian isi email tersebut. Tadinya saya mengira lagu-lagu ini lagu biasalah (amatiran), sebagaimana kebanyakan lagu-lagu album indie buatan mahasiswa yang selama ini saya kenal dengan aliran musik keras, atau aneh-aneh yang tak akrab ditelinga saya.
Tapi, alangkah kagetnya saya..!
Suara Denok dalam lagunya tersebut begitu merdu dan terdengar unik. Dengan intonasi suaranya yang sedikit berat menggantung, namun bernyanyi dengan jernih. Sekilas mirip suara penyanyi Jazz Ermy Kulit. Suaranya yang khas itu memberikan ciri berbeda dari album indie mereka dari grup lain. Teknik menyanyinya juga bagus! Saya kira tidak kalah dengan para penyanyi dari Bandung dan Jakarta yang katanya gudang para musisi itu.
Tiba-tiba, terbayang di mata saya kampus Politeknik Negeri Batam yang minggu lalu saya kunjungi tersebut. Gedung depan kampus itu terlihat indah: ber-arsitektur unik. Lokasinya terletak tidak jauh dari Pelabuhan Internasional Batam Centre. Dari ruang kelas di lantai 6, tampak di kejauhan gedung pelabuhan yang ber-arsitektur unik: seperti layar perahu. Laut di depannya langsung menghadap ke pelabuhan Harbour Front di Singapore. “Kalau malam hari, samar-samar puluhan gedung tinggi dengan kerlap kelip lampunya itu terlihat lho pak dari Batam..,” kata seorang mahasiswa. Batam yang merupakan kota ketiga terbesar di Sumatera, dan nomor dua tersibuk di Indonesia tersebut, tidak hanya ramai dengan urusan bisnis, wisata dan perusahaan serta pabrik berskala internasional. Namun juga memiliki potensi seni! Yang membuat sebagian anak-anak muda berbakat di sini terlihat lebih maju selangkah, sebagaimana Batam Orcheska Band ini. Mereka sudah bisa menciptakan beberapa lagu yang apik dan enak didengar, yang sebenarnya layak dikumandangan di seantero udara (radio) kota-kota besar di Indonesia.
Dalam lagu “Semangat Hari Esok” ini misalnya. Tidak saja pemain musik yang mengiringi suara khas Denok ini, sudah terhitung matang karena memiliki skill di atas rata-rata pemain band kampus. Namun juga sudah mampu meramu musik Pop SKA mereka secara unik dengan etnik musik Jawa yang bernada pentatonik. Di tengah-tengah lagu (interlude) masuk musik Jawa, yang kemudian menjadi suguhan musik unik tersendiri. Ini proses kreatif yang pantas diacungi jempol, karena secara teknis sebenarnya cukup sulit menyatukan nada musik Pop yang diantonik dengan lagu Jawa yang pentatonik tersebut.
Untuk album akan datang, saran saya: masukkan juga sebagai interlude lagu/musik etnik Melayu Riau. Bukankah hal ini akan memperkuat posisi (postioning) dan ciri-ciri musik kalian? Ingat, kalau mau masuk ke pasar musik (nasional, apalagi internasional), kalian harus miliki diferensiasi (keunikkan tersendiri). Etnik musik Melayu Riau juga punya beat/ritme yang cocok buat menari, jadi agak miriplah dengan SKA, tentu jika diramu dengan tepat! Tampilkan keunikkan kalian sebagai musisi muda anak-anak Batam Islands dengan memasukkan unsur musik daerah anda sendiri. Bukankah akhir-akhir ini, di dunia sedang berkembang pesat pula apa yang dikenal dengan genre “World Music”, yaitu perpaduan antara musik pop dan musik etnik? Eksplorasi lagi lebih dalam musik etnik yang sesuai, agar bisa menjadi trade mark musik kalian. Asyik khan, kalau nanti ada aliran musik yang tetap dinamis (sebagaimana ciri SKA kalian) untuk bergoyang, yang kemudian dikenal dengan aliran: Pop SKA Melayu...? Mungkin di dunia belum ada... Ingat, musisi seperti Dwiki Darmawan, The Karimata dan The Krakatau Band, menjadi bolak-balik diundang festival di berbagai negara, karena keunikan dan kemampuan mereka menggabungkan musik etnik Indonesia dengan musik jazz yang menjadi aliran mereka.
Lagu kalian yang lain yang saya suka adalah “Imagine”.
Lagu berbahasa Inggris ini dinyanyikan oleh Denok dengan pronunciation-nya yang pas. (Wah, pasti kamu dapat nilai A terus nih, pada mata kuliah Bahasa Inggris di kampus. Hehe2..) Memang betul! Kalau mau go internasional, sekalian saja buat lagu-lagu berlirik bahasa Inggris seperti ini. Siapa tahu kelak diundang ke Singapore yang jaraknya cuma 30 menit dari tempat kalian itu, sudah siap, bukan? Lagu ini kayaknya sesuai dengan karakter suara sendu-berat Denok. Denok dalam banyak hal tampaknya berhasil mengeksplorasi nada-nadanya hingga masuk ke area ekspresi yang lebih luas. Memasukkan unsur Blues tampaknya cocok juga dengan karakter warna suara Denok.