Â
Tahun 1978, saya masih remaja.Â
Ketika bersekolah di SMA Negeri (satu-satunya saat itu), di ujung pulau Sumatra: Lhokseumwe, Ibukota Kabupaten Aceh Utara. Saya tinggal selama dua tahun di kota minyak dan gas ini, mengikuti perjalanan dinas orang tua. Hari ini, setelah 39 tahun berlalu, saya kembali sejenak ke tempat masa lalu ini.
Setelah melalui perjalanan waktu yang panjang,  43  alumni kelas III-IPA1 angkatan 1980 ini, berkumpul mengadakan reuni. Reuni di hari Sabtu 09 Maret 2019, di siang yang panas itu,  bagai menapak tilas masa lalu tersebut sambil membandingkan kembali perjalanan hari ini.  Berbagai acara kami adakan di aula sekolah yang tampak  sederhana itu.
Di antara acara tersebut, memberikan sumbangan Sound System dan Kipas Angin Coller untuk Musholla. Kemudian ditutup dengan  membuat "seminar kecil" melakukan  "Knowledge Sharing" dari beberapa alumni, yang kini sudah menjadi dokter spesialis kandungan, pengacara, pengusaha sukses dan juga menjadi dosen di Jakarta, Bandung dan Denpasar (Bali). Acara pun berakhir, seiring  udara kota Lhokseumawe yang semakin gerah, di antara kesibukan dinamika aktivitas masyarakat kota pesisir ini...
Usai acara formal tersebut, saya berjalan menyusuri halaman sekolah. Sambil mencoba mengingat-ingat kembali kenangan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang dulu pernah saya lakukan sebagai siswa di halaman luas ini. Â Gedung sekolah ini, kini tampak sudah bertingkat dengan jumlah siswa yang sudah semakin banyak. . Tampak di sana-sini, para siswa aktif melakukan berbagai kegiatannya masing-masing, seperti olahraga dan berkesenian. Dua kegiatan ekstrakurikuler ini, hingga hari ini tampak menjadi kegiatan utama di luar mata pelajaran yang selalu menjadi "passion" para siswa sekolah ini sejak dahulu.
Tiba-tiba, saya melihat sekumpulan siswa yang sedang berkumpul berbincang agak serius. Dengan rona wajah remaja yang tampak ceria. Sekali-kali, mereka  membuka-buka HP nya,  seolah-olah tak acuh dengan topik yang sedang dibicarakan.  Mereka seperti lagi beristirahat usai latihan. Di sudut lain, tampak sekumpulan siswa yang sedang berlatih meniup Trumpet "Marching Band". Â
Salah seorang di antara yang duduk bergerombol itu, memegang sebuah gitar  akustik  sederhana. Namun di gitar tersebut  terlihat bekas-bekas tanda sering dimainkan. Dengan spontan, saya mendatangi mereka. Menyalaminya!  Setelah berdialog dan bercanda sejenak dengan adik-aduik kelas saya ini , yang rata-rata usianya sudah sebaya cucu saya tersebut. Lalu, saya  mengajak mereka sejenak bernyanyi dengan diiringi gitar yang saya mainkan
"Kalian mau, kalau kita menyanyikan satu lagu..?" tanya saya.
"Boleh, Pak..!" mereka spontan berdiri dan tampak bersemangat. Sepertinya mereka merasa tersanjung  diajak "tamu". Memang tidak lazim bila ada tamu mengajak bernyanyi siswa seperti ini.  "Lagu apa?" tanya salah seorang.... "Lagu Aceh saja ya. Gimana kalau lagu 'Bungong Jeumpa' ? "  ajak saya.
Lalu, dengan spontan, tanpa harus melalui latihan, mereka  kemudian berkerumun di sekitar saya, membentuk lingkaran . Mulai  bernyayi  dengan lantang tanpa terlihat sungkan. Tampaknya, memang sejak dulu sekolah ini sudah cukup kuat tradisinya di dalam berkesenian.  Suara mereka tidak terdengar false. Malah Enak didengar !Â