[caption id="attachment_374117" align="aligncenter" width="227" caption="Tugu Peringatan Peristiwa DI/TII di Bombana"][/caption]
Sebuah daerah yang terletak disisi tenggara pulau Sulawesi tepatnya diarah selatan. Daerah ini diketahui sebagai wilayah yang berpenduduk asli suku Moronene. Etnik yang merupakan penghuni tertua di daratan besar Sulawesi Tenggara. Bombana, sekarang menjadi sebuah Kabupaten diwilayah administratif Pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara dan dikepalai oleh seorang Bupati. Bombana merupakan daerah yang sungguh menawan, penuh dengan pesona dan panorama alam yang menakjubkan. Mungkin inilah maksud dari program GEMBIRA yang dikumandangkan oleh pemimpin dan seluruh penyelenggara pemerintahan di Kabupaten Bombana sekarang. Wilayah ini memiliki potensi alam dan hasil bumi serta laut yang luarbiasa mencengangkan. Disegala penjuru arah jazirah Moronene itu. Baik utara, timur, selatan maupun barat memiliki keunggulan masing-masing yang tidak terlepas dari kekayaan alam yang berlimpah ruah dengan beragam estetika dan aestetika serta memiliki etika kehidupan yang tetap dipegang teguh sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.
[caption id="attachment_374138" align="aligncenter" width="310" caption="Kawasan Purbakala dan Cagar Budaya Suku Moronene di Kotu"]
Kekuatan dari Bombana ada pada kearifan lokal, adat istiadat, keunikan seni dan budaya serta kehidupan masyarakatnya yang bertenggang rasa, toleransi dan menjunjung tinggi kerukunan antar umat beragama. Disini kita dapat merasakan kedamaian dan kesejukkan menikmati kehidupan pluralis, sudah tidak ada lagi perbedaan antara warga asli dan para pendatang yang sudah menjadi penduduk Bombana. Berdasarkan cerita orang Moronene, dahulu kala disebuah tempat yang dulunya bernama Tau Bonto dan kini disebut Taubonto. Dalam bahasa Moronene berarti tahun pembusukan. Alkisah, seorang Dewi Padi pernah turun ditempat tersebut, dimana pada saat itu terjadi hasil panen padi yang berlimpah ruah, akibatnya para penduduk kewalahan untuk memanennya, sehingga banyak padi yang membusuk dan ditinggalkan begitu saja oleh warga petani. Itulah cerita masyarakat yang sudah turun temurun menjadi sebuah kisah sejarah adanya Taubonto, dan kini menjadi ibukota Kecamatan Rarowatu.
Pada tahun 2008 Kabupaten Bombana telah menggemparkan se-antero nusantara, disebabkan adanya pendulangan emas secara massal oleh masyarakat Bombana. Hingga sebagian besar warga meninggalkan lahan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Bahkan melibatkan para pendulang dari luar Kabupaten dan luar pulau Sulawesi. Penemuan pertama adanya logam mulia ditanah Moronene ini, ditemukan didaerah sungai Tahi Ite oleh seorang warga setempat yang rutinitasnya mengolah tanah perkebunan, dan tanpa sengaja menemukan butiran emas murni. Tempat itu berada dalam wilayah Kecamatan Rarowatu. Kemudian para pendulang merebak ke wilayah Kecamatan Poleang Utara, Kecamatan Rarowatu Utara hingga ke daerah Transmigrasi (SP) untuk mencari butiran-butiran emas Bombana. Kegiatan pendulangan emas rakyat itu telah mengisahkan peristiwa tragis dan menjadi tragedi tersendiri bagi Kabupaten Bombana. Kini kegiatan pendulangan emas rakyat berkurang drastis, karena masuknya perusahaan tambang yang lebih professional, dan telah terbitnya aturan pemerintah tentang penambangan emas yang harus dilakukan secara bijak dan arif demi menjaga kelestarian alam, semoga saja begitu.
[caption id="attachment_374143" align="aligncenter" width="302" caption="Rumah Adat Moronene yang dipindahkan ke kompleks Pemakaman Mokole Beragama Muslim di Taubonto"]
Tau Bonto atau Taubonto adalah pusat pemerintahan pada zaman kekuasaan Mokole (Raja) dari Kerajaan Moronene dimasa lalu. Bukti peradaban dan situs sejarahnya pun masih dapat kita jumpai hingga sekarang. Namun tentunya masih perlu dilakukan kajian, riset dan penelitian yang lebih serius dan lengkap. Beberapa peninggalan Kerajaan Moronene yang ada di Taubonto adalah berupa rumah adat Moronene tempat pelantikan Raja (Mokole) sejak dahulu kala, prasasti Mokole, artefak, etnografis dan pemakaman para Mokole serta seluruh turunannya. Kini lokasi awal rumah adat tersebut sementara direvitalisasi dengan merenovasi menjadi sebuah bangunan beton. Dan bangunan rumah adat kayu dipindahkan ke lokasi pemakaman para Mokole dan turunannya yang beragama Muslim, sekitar ±500 meter dari jalan raya yang ditandai dengan adanya lapangan sepakbola rakyat. Kata Syukur Ipimpie saudara Mokole Rumbia, bahwa di daerah perbukitan lokasi tersebut merupakan area Kerajaan Moronene. Sementara lokasi pemakaman Mokole dan turunannya yang beragama Nasrani berada tepat disisi jalan raya dan jalan utama menuju Kecamatan Poleang, letaknya berdampingan dengan rumah pribadi Alfian yang menjadi Mokole Rumbia sekarang. Mokole Alfian adalah seorang Lurah Taubonto sampai saat ini. Setiap perkuburan para Mokole berciri khas lukisan batik Moronene dan identik dengan makam yang beratapkan rumah adat Moronene.
[caption id="attachment_374144" align="aligncenter" width="340" caption="Pemakaman Mokole Beragama Muslim dan Turunannya"]
[caption id="attachment_374145" align="aligncenter" width="340" caption="Makam Mokole H. Ipimpie (Raja Moronene ke V)"]
[caption id="attachment_374146" align="aligncenter" width="340" caption="Pemakaman Mokole Beragama Nasrani dan Turunannya"]
[caption id="attachment_374148" align="aligncenter" width="340" caption="Turunan Mokole Powatu"]
Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia pada masa Swapraja Boeton, daerah kekuasaan Kerajaan Moronene berubah menjadi empat wilayah berbentuk distrik, yang masing-masing wilayah memiliki Mokole sendiri. Yaitu; distrik Rumbia, distrik Polea (Poleang), distrik Kotu’a (Kabaena) kemudian ketiga distrik tersebut kini menjadi sebuah Kecamatan. Sedangkan distrik Watubangka (Watubangga) setelah pemekaran menjadi Kabupaten Bombana, tetap memilih untuk masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Kolaka.
[caption id="attachment_374152" align="aligncenter" width="341" caption="Distrik Watubangga"]
Berdasarkan historikal singkat tersebut dapat memberi beragam ke-GEMBIRA-an untuk menikmati perjalanan wisata sebagai paket destinasi yang harusnya dapat dimaksimalkan secara konkrit oleh Pemerintah Kabupaten Bombana. Potensi situs sejarah yang menjadi cagar budaya, keindahan alam berupa bukit dan pegunungan, goa, hutan savana, flora dan fauna serta kesenian, kebudayaan, kehidupan tradisional dan produk khas SDA karya SDM lokal. Tanah Moronene yang subur menjadi surga bagi aktifitas pertanian, perkebunan dan kearifan dalam mengekplorasi sumber geologi yang banyak terkandung di dalam bumi Moronene. Perairan laut Bombana yang menakjubkan memiliki hamparan pulau-pulau eksotis dan beberapa hasil laut dan kehidupan bawah lautnya. Sesuai dengan sejarahnya, distrik tersebut menjadi tujuan destinasi di Kabupaten Bombana untuk melengkapi kenikmatan berwisata di alam Moronene. Berikut hasil observasi yang men-GEMBIRA-kan tersebut:
Kecamatan Rumbia – Distrik Mokole Rumbia.
Kita mulai dari gerbang masuk ke Kabupaten Bombana yang berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan. Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (PPA) seakan menyambut kedatangan anda dengan ramah dibumi Moronene. Kawasan ini memiliki kekayaan alam yang luarbiasa, disini terdapat hutan savana dengan aneka flora dan fauna. Disepanjang jalan Kawasan Taman Nasional PPA, penglihatan kita akan dimanjakan dengan sebuah panorama hutan yang sungguh indah dan menawan, serta suasana alam yang bersahaja. Sajian kawasan hutan yang berbeda dengan hutan yang ada dibelahan dunia lainnya, menggugah rasa dan karsa denganpemandangan pepohonan yang tertata rapi dan rumput savana berwarna hijau dan hamparan gunung berwarna biru hasil pancaran sinar matahari petang yang dapat disaksikan di sore hari hingga memasuki pergantian waktu menjelang malam. Suasana itu bagaikan sebuah lukisan alam hasil fantasi yang bermain dengan imajinasi tinggi diluar nalar, namun nyatanya ada di PPA. Jika beruntung sesekali aneka satwa akan muncul memperlihatkan dirinya sebagai pembuktian bahwa alam dan satwa bersahabat dengan manusia. Selain itu, di area yang merupakan kawasan hutan lindung ini, kita dapat menikmati udara segar nan bersih dengan infrastruktur jalan raya berkualitas tinggi, sehingga akses kendaraan darat dapat dengan nyaman dan mudah ditempuh.
[caption id="attachment_374156" align="aligncenter" width="378" caption="Transportasi Kapal antar pulau yang disubsidi oleh Pemkab. Bombana"]
Kecamatan Rumbia adalah pusat dari Kabupaten Bombana, disini terdapat Kantor Bupati dan SKPD, Perbankan, Perusahaan Swasta, Kantor Muspida serta seluruh perangkat pemerintahan. Sebelum pemekaran menjadi Kabupaten yang mandiri. Kecamatan Rumbia mencakup Taubonto, Mata Oleo, SP (daerah transmigrasi) dan Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (PPA) yang dahulu menjadi tempat pemukiman suku Moronene. Setelah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung, maka terjadilah pengusiran paksa oleh aparat negara terhadap seluruh penghuni yang ada di kawasan PPA tersebut. Mokole Rumbia tinggal di Kelurahan Taubonto yang sudah turun temurun menjadi kawasan Kerajaan Moronene dan masih menyimpan peradaban bukti situs sejarah sebagai cagar budaya dunia. Sementara di Kasipute yang merupakan ibukota Kabupaten Bombana terdapat tugu peringatan peristiwa DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar yang memakan begitu banyak korban jiwa, baik dari pihak Mobrig (Mobile Brigade) yang kini menjadi Brimob dan warga sipil maupun dari pihak gerombolan yang menginginkan terbentuknya Negara Islam Indonesia. Di Kelurahan Kasipute yang menjadi Ibukota Bombana terdapat sebuah gunung yang bernama kahar, digunung itulah dulunya tempat gerombolan pasukan jihad pimpinan Kahar Muzakkar bermukim dan mengatur strategi untuk menguasai Bombana.
Kecamatan Poleang – Distrik Mokole Polea.
[caption id="attachment_374159" align="aligncenter" width="378" caption="Taman Teletubbies foto: Rhullye Oktanovian (Penggiat Kreatifitas Bombana)"]
Polea menjadi Poleang dalam penyebutannya terjadi pergeseran akibat pengaruh dialek dari para pendatang (orang Bugis Makassar). Poleang merupakan daerah subur buat pertanian dan perkebunan. Di daerah ini tidak mengenal musim, baik hujan maupun kemarau. Lahan pertanian tetap basah dan becek dengan irigasi sempurna yang selalu mengalirkan air keseluruh area persawahan dan tidak pernah kering. Selain penghasil padi tersubur, Poleang juga adalah penghasil kelapa (kopra) dan pisang terbesar di Sulawesi Tenggara hingga di distribusikan ke daerah lain. Kita dapat melihat bukit dan pegunungan yang ditumbuhi oleh pohon kelapa disepanjang mata memandang dan pohon pisang yang selalu berdampingan hingga dipuncak gunung. Disini juga terdapat kawasan pesisir laut yang dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai tambak, dan adanya peternakan hewan berupa sapi, kerbau, kambing, bebek dan ayam yang dapat memenuhi kebutuhan pangan diseluruh provinsi Sulawesi Tenggara. Bombana menyajikan wisata alam sekaligus wisata sejarah. Distrik Mokole Poleang terdapat kawasan perbukitan yang menyerupai taman bermain teletubbies.Kawasan ini oleh warga sekitar menyebutnya sebagai Pajongae atau Pajongang yang berada diwilayah Kecamatan Poleang Timur.Daerah yang sungguh indah dan unik tersebut kini terancam punah, karena adanya aktifitas penambangan pasir oleh sebagian warga.
[caption id="attachment_374160" align="aligncenter" width="384" caption="Panen Raya di Poleang foto: Rhullye Oktanovian"]
Jika tidak disikapi secara tegas oleh Pemerintah Kabupaten dengan membatasi area penambangan, pastinya bukit teletubbies itu akan kehilangan estetikanya dan merusak ekosistem yang ada. Lebih parahnya lagi bahwa dilokasi itu juga akan dibangun sebuah airport sebagai bandar udara pesawat. Sangat tragis jika hal itu benar dilakukan oleh Pemerintah, karena akan menghilangkan seluruh nilai-nilai luhur dari sebuah sejarah yang harusnya dilestarikan sebagai cagar budaya dan kaidah yang terkandung sebagai kekayaan alam yang wajib dilindungi. Hingga saat ini situs peninggalan alutsista Jepang berupa; meriam dan bunker dapat dijumpai dilokasi penambangan pasir. Tentara Nippon setelah berhasil mengambil alih wilayah tersebut dari kekuasaan Belanda, beberapa senjata mesin dan meriam serta tank sengaja diposisikan ditaman teletubbies oleh pasukan Jepang, untuk menjaga kemungkinan masih terdapatnya serdadu Belanda serta mencegah adanya serangan balik dari pasukan Sekutu. Saat Belanda menjajah ditanah Moronene, daerah Poleang merupakan pusat pemerintahan kolonial dengan membangun jalan raya di daerah Batu Putih sebagai jalur transportasi demi menguasai hasil bumi dan sumber daya alam serta membangun rumah beratapkan seng sebagai markas kolonial Belanda. Markas serdadu Belanda tersebut menjadi bangunan pertama yang menggunakan seng sebagai atap rumah, daerah itu sekarang bernama Tongkoseng.