Mohon tunggu...
Rendra Manaba
Rendra Manaba Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat Kreatifitas

bermain dengan rasa yang sama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jembatan Bahteramas, Proyek Penghancuran Situs Sejarah Kota Tua

12 Februari 2015   23:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:19 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Kota Tua Kendari di Sore Hari"][/caption]

Peristiwa tragis dan sangat menyedihkan terjadi di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Tepatnya di Kota Tua Kendari, yang oleh warga Kendari dan masyarakat Sulawesi Tenggara fasih menyebutnya sebagai Kota Lama (Kolam) Kendari. Beberapa bangunan jaman doeloe,  yang bagi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menganggapnya hanya sebagai sebuah peninggalan sejarah sahaja, tanpa arti dan nilai sama sekali. Proyek pembangunan jembatan bahteramas yang bertujuan untuk menghubungkan dua Kecamatan dalam satu wilayah kota Kendari. Yaitu Kecamatan Kendari dan Kecamatan Abeli. Menghabiskan anggaran fantastik sebesar 540 milyar rupiah. Dana tersebut bersumber dari sharing APBD dan sebagian besar bersumber dari APBN.

Wilayah Kecamatan Kendari berpusat di Kelurahan Kandari yaitu Kota Tua Kendari, sedangkan wilayah Kecamatan Abeli berpusat di Kelurahan Lapulu, yang merupakan daerah pesisir laut teluk Kendari. Dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dari hasil laut dan transportasi laut. Untuk di Kelurahan Lapulu, demi keinginan untuk mewujudkan megah proyek ambisius pembangunan jembatan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara membutuhkan area seluas setengah hektar lebih, sehingga diharuskan melakukan pembebasan lahan warga yang ada disekitar kawasan lokasi proyek tersebut. Sebuah profesi ojek perahu (istilah lokal papalimbang) yang sudah turun temurun, bahkan sebelum masuknya Portugis, Belanda dan Jepang di kota Kendari. Papalimbang sudah ada dan menjadi aktifitas harian dari warga Lapulu dan sekitarnya sebagai alat transportasi utama, serta bagian dari sejarah penamaan kota ini oleh orang Portugis yang pertama kali menemukan teluk Kendari, pastinya itu akan punah karena adanya jembatan bahteramas.

[caption id="attachment_368480" align="aligncenter" width="576" caption="Perencanaan Jembatan Bahteramas di Kolam"]

14237307811661270199
14237307811661270199
[/caption]

Sebenarnya akses menuju ke seberang di daerah Kecamatan Abeli sudah ada dan sangat representatif. Dengan melewati by pass jalan raya besar dua jalur menyusuri pesisir laut dengan panorama teluk dan sinar mentari yang menawan. Perjalanan menuju kesana hanya menempuh waktu sekitar ±20 menit dari Kota Tua Kendari. Selain melalui jalan by pass, akses menuju ke Kelurahan Lapulu dapat pula melalui jalan utama, yaitu lewat jalan poros wua-wua menuju andounohu yang merupakan kawasan pengembangan menjadi kota metropolitan, serta sebagai cluster bisnis dan pusat perdagangan modern di kota Kendari. Untuk di Kelurahan Kandai, akibat dari proyek pembangunan jembatan bahteramas. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara membutuhkan area seluas 1,5 hektar khusus dikawasan Kota Tua Kendari, sehingga mewajibkan dilakukannya pembebasan lahan warga kota dan menghancurkan sedikitnya 81 bangunan jaman doeloe.

[caption id="attachment_368482" align="aligncenter" width="526" caption="Bukti Sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia di Kolam"]

14237311182084144052
14237311182084144052
[/caption]

Lebih ironis lagi, di wilayah Kelurahan Kandari yang merupakan pusat dari Kota Tua Kendari. Dimana dalam kawasan ini, seluruh bangunan jaman doeloe adalah situs sejarah peninggalan penjajahan Belanda dan Jepang serta peninggalan Kerajaan Laiwoi. Bahkan jauh sebelum kedatangan orang Portugis, Belanda dan Jepang. Bangunan rumah dan toko warga serta pelabuhan niaga di Kota Tua Kendari sudah berdiri. Selain sebagai peninggalan sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Kota Tua Kendari juga menjadi pusat peradaban pertama dan sejarah terbentuknya kota Kendari, yang ditandai dengan peristiwa pembangunan Istana Kerajaan Laiwoi pada tanggal 9 Mei 1832 oleh Vosmaer (orang Belanda) yang pertama kali membuat peta Kendari. Kini istana tersebut juga telah musnah tak tersisa. Istana Laiwoi berganti wujud menjadi kantor syahbandar dan pelabuhan kecil tempat berlabuh kapal kayu pengangkut barang dan transportasi antar pulau. Peristiwa tersebut oleh Pemerintah Kota Kendari dijadikan sebagai hari peringatan dirgahayu kota setiap tahunnya. Baca: http://www.kendarikota.go.id/index.php/beranda/sejarah-kendari

Kota Lama Kendari adalah saksi bisu yang menjadi bukti dari perjalanan panjang terbentuknya suatu kawasan perkotaan. Dari kehidupan warga asli yang sampai sekarang masih dapat kita jumpai, adanya bentuk penjajahan dari bangsa asing, kisah Kerajaan Laiwoi, kota niaga dengan aktifitas perdagangan yang aktif dan menguntungkan sehingga mengundang banyaknya para pedagang dari arab dan cina untuk menetap menjadi penduduk Kendari. Hingga awal masuknya modernitas di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, ditandai dengan adanya bangunan teater atau bioskop pertama dengan segala kecanggihan alat serta mesin pemutar film layar besar. Dan menjadi bangunan termegah dizamannya, membuat kota Kendari sebagai salah satu kota modern dipulau Sulawesi pada waktu itu.

[caption id="attachment_368483" align="aligncenter" width="567" caption="Tragedi Penghancuran Situs Sejarah Kolam Foto by Kendari Online 7/2/2015"]

14237312531235067995
14237312531235067995
[/caption]

[caption id="attachment_368484" align="aligncenter" width="567" caption="Tragedi Pertama Penghancuran Situs Sejarah Kolam Foto by Lhyna BliecIek 29/1/2015"]

14237315121128288092
14237315121128288092
[/caption]

Sebagian besar bukti peninggalan sejarah tersebut kini telah dihancurkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan menurunkan perangkat kekuasaan dan menggunakan dua alat beratnya, operasi penghancuran bangunan jaman doeloe hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Bangunan peninggalan sejarah di Kota Tua Kendari telah musnah dan rata dengan tanah. Yang anehnya dan menyedihkan, Pemerintah Kota Kendari telah mengizinkan dan memberi dukungan penuh kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk dilakukan pembongkaran bangunan yang merupakan satu-satunya kawasan yang menjadi situs sejarah di kota Kendari. Seharusnya itu dirawat dan dilestarikan sebagai ciri khas dan sebuah icon serta identitas dari Kendari. Perlakuan yang tepat buat Kota Tua Kendari sebaiknya dijadikan sebagai spot wisata sejarah, tempat aktifitas dan kreatifitas komunitas serta sebagai pusat industri kreatif. Baca: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/04/02/kota-teluk-lama-bersejarah-adalah-potensi-pariwisata-dan-pusat-industri-kreatif-646085.html

Proyek jembatan bahteramas jika dikaji dengan baik, tepat dan jujur. Hampa akan nilai ekonomi, minim untuk menjadi sumber PAD yang menguntungkan, jauh dari nilai etika dan estetika serta menghasilkan dampak sosial, budaya dan sejarah yang buruk. Jika menghitung jumlah kendaraan di kota Kendari yang masih minim dan jumlah penduduk sebesar ±315 ribu jiwa, dari itu tentunya dapat pula dikalkulasi pengguna kendaraan yang nantinya akan melintasi jembatan tersebut yang tidak efektif dan kurang efisien untuk keberadaan sebuah jembatan bahteramas. Hubungan aktifitas, jaringan bisnis dan kehidupan masyarakat antar dua wilayah pun tidak membutuhkan adanya jembatan penghubung. Jalur yang sudah ada dengan dua akses melalui jalan by pass dan jalan poros utama kota Kendari itulah yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat menguntungkan bagi aktifitas perdagangan dan bisnis serta kehidupan masyarakat antar dua wilayah tersebut.

[caption id="attachment_368485" align="aligncenter" width="567" caption="Sisa-Sisa Penghancuran Bangunan Jaman Doeloe Bersama Dengan Sejarahnya Foto by Daniat"]

1423732107633870289
1423732107633870289
[/caption]

Pemerintah pusat harusnya lebih jeli serta menyikapi secara utuh dan menyeluruh atas proyek pembangunan jembatan bahteramas, yang merupakan program dari Gubernur Sulawesi Tenggara. Membuang anggaran APBN hingga ratusan milyar rupiah hanya untuk sebuah jembatan penghubung antar dua Kecamatan, sangat tidak relevan dan mengancam kehidupan masyarakat serta menghilangkan bukti peninggalan sejarah. Kota Tua Kendari adalah situs sejarah yang menjadi Benda Cagar Budaya dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Baca: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbmakassar/2014/01/25/undang-undang-nomor-11-tahun-2010-tentang-cagar-budaya/. Jangan sampai peraturan perundangan tersebut hanya sekedar sebagai aturan yang tidak memiliki kekuatan hukum. Kalau Kota Tua Kendari hanya dianggap sekedar peninggalan sejarah, berarti Keraton Buton yang merupakan benteng terbesar di dunia bisa juga dibongkar demi pembangunan modern. Setiap kota membutuhkan adanya pembangunan, namun jangan sampai menghilangkan nilai sejarahnya. Negara yang besar adalah negara yang menghargai sejarahnya dan mengingat jasa-jasa pendahulu. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, pesan Soekarno.

Lampiran:

Video Penghancuran Kota Tua Kendari https://www.youtube.com/watch?v=hLKsGKptMEE&feature=youtu.be&a

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun