Tulisan ini bukan bermaksud untuk merendahkan kaum perempuan yang suka memakai celana legging. Jujur, sama sekali tidak. Saya hanya memandangnya dari sudut pandang kenyamanan mata saya :). Hal itu terjadi tatkala saya harus berjalan membelakangi seorang wanita yang memakai legging. Spontan saya kan langsung ingat perkataan Abu Bakar (sahabat Nabi) "Lebih baik saya berhadapan dengan seekor singa daripada membelakangi seorang wanita." Tak dapat dihindari, lenggak lenggok mereka membuat mata saya sakit. Dan ternyata legging ini juga dipakai oleh wanita yang berjilbab. Jadi kesimpulannya, tata busana ini sudah meluas ke semua kalangan.
Saya berfikir kenapa desain ini harus ada dan untuk apa kegunaannya. Gayakah? Kenyamanan? Fungsi? atau apa gitu?. Dugaan saya, desain legging ini pasti terinspirasi dari kaki anjing (maaf), karena tekstur kainnya yang mengikuti bentuk kaki si pemakai.
Akhirnya karena menyerah dengan kelemahan berfikir saya, meng-googling jadi alternatif referensi. Dan terkuaklah beberapa sumber yang menyatakan bahwa legging itu awalnya dipakai oleh kaum pria di eropa sejak abad 14 s/d 16 (zaman Renaissance). Di Amerika dipakai sebagai penghangat di musim dingin karena bahan dasarnya diambil dari kulit rusa jantan. Tapi di tahun 1940, celana ini ternyata juga berfungsi sebagai pelindung dari kotoran dan binatang berbahaya yang dapat menerobos masuk ke dalam pakaian dan sepatu mereka.
Entah bagaimana caranya fashion itu bisa masuk ke Indonesia, tapi yang jelas seseorang telah membawanya kemari. Dan seperti itu juga yang terjadi diseluruh aspek negeri. Seorang yang belajar di luar negeri, pasti hendak menerapkan ilmunya di negeri ini. Sosial, politik, budaya semuanya mengikuti. Melihat bangunan tinggi di Amrik,ia membangunnya juga di sini, padahal belum tentu tekstur tanahnya sesuai. Melihat artisnya memakai ini itu,ia mengikuti padahal belum tentu sesuai dengan corak kepribadiannya.
Seperti Lemming saja, sejenis binatang pengerat yang selalu bergerombol dalam satu komunitas besar. Jika yang paling depan bergerak ke satu arah, maka semua mengikuti tanpa tahu akan dibawa kemana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H