Sumberdaya alam dan manusia merupakan hal krusial dalam melihat kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan menjadi salah satu jalan dalam meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa karena dengan pengetahuan itulah yang bisa menjadi bekal manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Banyak negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk mengembangkan sumberdaya manusia di era modernisasi ini. Beberapa negara Eropa banyak melakukan hal ini pasca perang dingin terjadi, contohnya penjelajahan luar angkasa yang melibatkan Rusia, Inggris, Cina, Jepang, dan Amerika. Kemunculan hingga penyebaran ilmu pengetahuan yang saat ini terjadi merupakan hasil dari pendidikan dan penelitian.Â
The Royal for Improving Natural Knowledge dan The French Academy of science merupakan lembaga penelitian yang berdiri pada abad 16 di Inggris yang bertujuan untuk mensponsori para peneliti untuk eksplorasi alam. Negara Inggris memang merupakan salah satu negara yang memiliki kualitas pendidikan yang bisa dibilang baik dibanding negara lain kala itu. Sebelum abad 18 perekonomian Inggris sangat bergantung pada sektor agraris. Barulah setelah memasuki abad 18 terjadi perubahan besar pada masyarakat Eropa yang tadinya men ggunakan tenaga manusia berubah menggunakan tenaga mesin. Hal itu merupakan salah satu dampak dari adanya pendidikan dan didukung oleh masyarakat Inggris yang memang suka meneliti.Â
Tak pernah terbayangkan kita dapat hidup di era dimana digitalisasi terus berjalan. Keberadaan Laptop, Handphone, Televisi dan alat elektronik lainnya mampu menjadi media yang memberitakan informasi dan edukasi. Hal-hal tersebut tak terlepas dari sebuah peristiwa penting yang pernah terjadi di Inggris pada abad ke 18 yang sering disebut dengan Revolusi Industri. Mungkin kalian berpikir mengapa Revolusi Industri pertama kali harus terjadi di Inggris? pertanyaan tersebut merujuk pada latar belakang terjadinya revolusi. Penting diketahui mengapa Inggris menjadi tempat pertama kali terjadi revolusi industri di antara negara-negara lainnya di Eropa. Berdasarkan tulisan Hagen yang berjudul "British Personality and the Industrial Revolution: The Historical evidence" mengungkapkan bahwa orang-orang Inggris dan Wales secara batin cenderung berbeda dibanding wilayah lainnya di benua Eropa. Sebagai reaksi dari pendapat ini Hartwell dalam tulisannya "The Causes of the Industrial Revolution: An Essay in Methodology" mengungkapkan terjadinya Revolusi Industri Inggris merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi sebelumnya. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa terjadinya Revolusi merupakan puncak dari proses pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tidak seimbang. Hartwell juga menjabarkan beberapa faktor yang biasanya digunakan sejarawan dalam menjelaskan percepatan pertumbuhan pada abad ke-18.
Pertama ialah Capital Accumulation, yaitu peningkatan tabungan dari perdagangan dan pertanian. Suku bunga rendah peningkatan investasi, membajak kembali sebagian besar keuntungan industri yang meningkat, peningkatan investasi dan inflasi dari laba, mobilisasi tabungan yang lebih baik karena lembaga keuangan yang lebih baik. Selanjutnya, Innovation-Changes in the Technology and Organization of Agriculture and Industry, yaitu peningkatan inovasi yang menghasilkan mesin baru yang lebih baik, sehingga dapat menjadi kekuatan baru dalam industri skala besar. Ketiga, Fortunate Factor Endowments : batu bara, bijih besi dan mineral lainnya yang diperlukan untuk industrialisasi: tenaga terampil, peningkatan input tenaga kerja, dan kewirausahaan. Keempat, Laissez Fairez yaitu perubahan jangka panjang dalam filsafat, agama, sains dan hukum yang berpuncak pada abad ke 18 dalam sekularisme, rasionalisme, dan individualisme ekonomi. Market Exfamion, merupakan peningkatan perdagangan luar negeri dan peningkatan konsumsi domestik Karen peningkatan jumlah barang dan pendapatan riil, urbanisasi, serta perbaikan transportasi. Terakhir ialah Miscellaneous perang benua yang meguntungkan Inggris dan menghambat perkembangan benua Eropa.Â
Terdapat faktor lain yang disoroti oleh sejarawan. Djaja sendiri menggarisbawahi faktor utama terjadinya Revolusi Industri yaitu, Revolusi pendidikan yang terjadi di Inggris pada abad 16. Pada zaman itu juga muncul berbagai ilmuwan di benua Eropa seperti, Galileo Galilei, Thomas Allen, dan John Falconer. Djaja juga menyoroti kekayaan Inggris dalam SDA. Inggris memiliki banyak  akan batu bara dan bijih besi yang merupakan bahan penting untuk produksi. Selain itu, negara Inggris juga relatif aman dari tindakan kejahatan kriminalitas sehingga menjadi alasan mengapa Revolusi Industri terjadi di sini. Inggris juga memiliki banyak jajahan karena memiliki banyak pos terdepan dan koloni di seluruh dunia. Di masa Revolusi Industri yang tadinya menggunakan tenaga manual digantikan dengan mesin-mesin canggih sehingga mendorong terjadinya produksi massal. Barang yang dihasilkan itu tentunya tidak hanya dipasarkan di negara itu sendiri sehingga negara koloni menjadi salah satu tujuan pemasaran barang hasil produksi massal tersebut. Revolusi Agraria yang terjadi jadi di Inggris juga mendorong terjadinya Revolusi Industri karena banyak pemilik tanah mengalih fungsikan lahannya ke peternakan domba akibat dari permintaan kulit domba yang tinggi untuk dijadikan wol. Akibatnya pemilik tanah kehilangan pekerjaan dan melakukan urbanisasi ke kota kota besar seperti Manchester dan Liverpool.
Terjadinya Revolusi Industri di Inggris salah satunya didorong oleh adanya pendidikan. Di Inggris pendidikan sudah ada jauh sebelum terjadinya Revolusi Industri ditandai dengan berdirinya  Grammar School, Charty School, Girl's School. Namun, pada masa Revolusi Industri pendidikan di Inggris lebih dikembangkan dalam bentu Workhouse sekaligus sebagai tanda pertama tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakatnya. Tindakan yang dilakukan para majikan ialah dengan menyuruhnya membaca, menulis dan aritmatik setidaknya selama empat tahun dari tujuh tahun mereka magang. Kebanyakan pemagang merupakan anak muda yang dibawa dari tunawisma untuk diperkerjakan di tempat penggilingan kapas.Â
Revolusi Industri sejatinya ditandai dengan meningkatnya pembangunan pabrik-pabrik, terdapat pembagian spesialisasi tenaga kerja, tingginya urbanisasi ke kota kota besar seperti Birmingham dan Manchester, munculnya pemukiman kumuh akibat upah yang rendah, memperkerjakan anak sehingga Revolusi malah memperburuk keadaan masyarakat bahkan muncul 2 lapisan masyarakat yakni orang pemilik modal dan orang yang tidak memiliki kekayaan. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan masyarakat bawah dan mengajarkan mereka hal-hal dasar untuk bekerja di pabrik bersamaan dengan pergolakan industrialisasi. Pada 1832 terjadi transformasi yang memberikan satu juta orang hak untuk memilih. Transformasi Politik, Sosial, dan Ekonomi ini dilaksanakan untuk mengatasi ketidakcakapan pemerintah membuat kebijakan dalam hal pendidikan di Inggris. Sejumlah bukti laporan hadir menyoroti kekurangan dan masyarakat meminta kualitas yang lebih layak, beragam, dan baik. Mereka juga meminta jenis sekolah baru untuk mengatasi kesenjangan dan industri baru sehingga dibangunlah sekolah minggu dan sekolah industri.Â
Menurut (Williams, 1961, p.136) sekolah minggu merupakan sekolah yang ditujukan orang miskin baik anak-anak maupun dewasa dengan mengajar membaca Alkitab tanpa mengajarkannya menulis dan aritmatik. Sementara sekolah industri merupakan sekolah khusus orang miskin yang dibentuk untuk memberikan pelatihan dan skill untuk diperkerjan. William menuturkan untuk memperbaiki keadaan masyarakat miskin, anak-anak diajarkan membaca, menulis, geografi dan agama. Anak-anak perempuan yang lebih tua dibekali skill khusus agar bisa menjahit, merajut dan basic skill untuk pekerja rumah tangga. Anak-anak perempuan yang lebih muda hanya berkerja membantu sebagai pegawai penjahit saja karena masih dalam pengembangan skill. Anak laki-laki yang lebih tua diajarkan membuat sepatu dan anak laki-laki yang lebih muda disiapkan untuk bekerja pada carding wool (mesin penyisir wol). Anak-anak perempuan yang lebih tua juga disiapkan untuk membantu menyiapkan sarapan.
Penjelasan William tersebut menandakan sudah terdapat pemisahan pendidikan berdasarkan gender sejak Revolusi Industri. Awalnya kesadaran akan pentingnya pendidikan dari majikan atau pemilik mereka. Menurut report juga menjelaskan bahwa mereka juga diajarkan mengenai laundry work. Berdasarkan catatan dari Hadow, pada 1846 Komite Dewan Pendidikan mulai memberikan hibah kepada sekolah-sekolah industri untuk membantu pembiayaan sekolah dan penyediaan perkebunan, bengkel perdagangan, dan dapur. Selain itu, dana juga dimanfaatkan untu membayar guru. Catatan Hadow diatas memberikan gambaran jelas pada kita bahwa sudah terdapat struktur organisasi yang jelas, walaupun sekolah tidak selalu formale berada di dalam kelas tetapi juga dirumah-rumah yang mempekerjakan orang-orang dari kalangan bawah.
Sekolah Minggu atau Sunday School. Di sekolah ini memiliki 3 kurikulum yakni, membaca, menulis, dan aritmatik ditambah aktifitas praktek untuk laki-laki yang berupa berkebun dan pertanian sederhana serta untuk perempuan yakni menjahit, merajut, memperbaiki sepatu, membuat renda dan membuat kue. Anak-anak dibawah usia 2 tahun akan dirawat sedangkan orangtuanya bekerja. Instruksi untuk anak-anak usia 6 tahun seperti apa yang biasanya mereka lakukan yakni, menyanyi, menari, dan bermain. Berdasarkan repot tersebut bahwa kebutuhan akan tenaga kerja dalam bidang industri tidak dapat dielakkan karena industri saat itu sangat diperhitungkan dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu, berdirilah Departemen Ilmu Pengetahuan yang awalnya merupakan Departemen Seni pada tahun 1856.
Keberadaan revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke-17 telah memberikan model baru terhadap penyelesaian masalah melalui pemikiran rasional dan percobaan-percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Berawal dari pertengahan abad ke-16 dengan teori matahari sebagai pusat alam semesta oleh Copernicus menggantikan teori Ptolemy yang mengatakan bahwa bumi merupakan pusatnya, serta teori tentang deferent dan epicylcle yang diterima sejak dulu. Kejadian ini memuncak dengan kemunculan Sir Isaac Newton dengan karyanya principia pada 1687 yang menjelaskan dunia permesinan seluruhnya melalui hukum gerak. Dua cendikiawan Inggris yakni Hobes (1588-1697) dan filsuf John Locke (1632-1704) adalah beberapa diantara orang-orang yang melakukan pemikiran ilmiah untuk mempelajari manusia dan masyarakat. Masa pencerahan merupakan masa-masa produktif Eropa yang salahsatunya Inggris. Dimana masyarakat Inggris dikenal dengan kepribadiannya yang rajin dalam melakukan percobaan ilmiah dan penelitian ilmiah sehingga pemerintah pun mendirikan departemen khusus untuk mendukung penelitian ilmiah ini.