Mohon tunggu...
rendra kompasiana
rendra kompasiana Mohon Tunggu... -

Aku lahir dari kerdilnya impian impian harap teori kebutuhan, juga topeng kemunafikan diatas altar kesucian. wajah serta telingaku tebal setebal dinding pemisah antara aku dan kaum yang berjubah. sebab wajah dan telingaku telah melekat kuat bercampur pada keras hati jalang. ============== by. RendraNesyaRaya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menakar Derajat Jalang

31 Oktober 2010   09:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usah lagi kau bersusah payah
Harga diri ini takkan mampu kau beli Tuan,
biar saja nanti aku hibahkan pada Iblis bersama kemunafikanku sendiri!

Kesadaran itu seperti sepiring nasi tanpa lauk pauk,
dapat menjadi rasa syukur atau penyangkalan penikmatan.


Kesadaran itu bagaikan kotoran ternak,
jijik terhinakan atau malah menjadi bagian penyuburan.

Kesadaran itu apalah entah, tuk kesekian kalia aku geram!
Tungging-i saja wajahku dengan bokong busukmu!

Bukan lagi merasa terninakan, Aku malah akan tetawa geli.
Sebab setelah itu, pasti akan kulumat "Mataharimu" dengan tombak besar
penghias dinding rumahku hingga Sang Tombak menembus kedalaman sesakit sakitnya tubuhmu.

Telapak kakiku terbiasa berpijak tanpa alas diatas kerikil tajam,
tanah becek bekas air seni, juga ludah para pelakon kebijakan sekarat.

Silahkan menakar derajatku dari alas sepatu mengkilatmu Tuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun