Mohon tunggu...
rendra kompasiana
rendra kompasiana Mohon Tunggu... -

Aku lahir dari kerdilnya impian impian harap teori kebutuhan, juga topeng kemunafikan diatas altar kesucian. wajah serta telingaku tebal setebal dinding pemisah antara aku dan kaum yang berjubah. sebab wajah dan telingaku telah melekat kuat bercampur pada keras hati jalang. ============== by. RendraNesyaRaya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Esensi Liar Drama kecil

4 Oktober 2010   08:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

laksana induk diperah puting susunya nyaman mengelitik menggeliat nikmati terbelalak dibalik kelambu reranting sang burung hantu tua keladi asyik beronani diatas dahan saksikan drama kecil murahan kelas pinggiran. diantara rel kereta api,sungai busuk dan randu kering, terlihat bocah dekil bersebelah sekat kardus ia tetap setia taati titah ibunya nan memainkan esensi liar drama kecilnya. berbekal mainan aneh;balon tiup bergerigi sungsang lonjong kecil di ujungnya. sang bocah meniup asyik temuannya,sambil sesekali menarik sontak ingus kental nan keluar tiba tiba. entah, keluar sang ingus terpelanting atau malah sengaja keluar. mungkin,sang ingus ingin pula saksikan drama liar bersama sang burung hantu tua keladi. masih bersama sang bocah dekil serta balon kecil tertiup besar terikat memaksa, sang bocah kemudian lelah merebah sembari berucap.. "balon kecil kamu sekarang bobo ych, memangnya besok kamu ga sekolah? Hmm,balon kamu tau ga', aku sekarang udah ga sedih lagi, soalnya kata ibuku, jika uang tabungan malam ini ditambah uang tabungan kemarin dari om om yang lain sudah kumpul, aku pasti bisa merasakan sekolah juga". (NB: cerita ini hanya sebuah imaginasi liar RendraNesyaRaya, semoga mutlak tak nyata adanya) (reference dari perbincangan pagi tadi tentang dunia hingga tercekik sekarat pulsa melarat...hahaa ) salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun