Sore yang cerah dengan langit berwarna jingga. Matahari sudah mulai mengantuk rupanya. Gareng, Petruk, dan Bagong seperti biasanya sedang nongkrong dengan asyiknya di angkringan Yu Cangik. Sambil nyruput kopi dan nguntal gethuk, Petruk yang terkenal melek politik nguda rasa tentang Pemilu Capres.
“Hooaalaah..ada-ada saja tingkah para pendukung Capres. Segala bikin puisi, bikin black campaign, bikin provokasi pakai tulisan. Apa ndak ada kerjaan lain ya?” kata Petruk.
“Ngomong apa to, Truk? Sok politis kamu itu..” kata Gareng.
“Loh..kan kita ini memang makhluk politis, Kang Gareng. Zoon Politicon, hewan yang berpolitik,”jawab Petruk.
“Yaaa..tapi kan kita ini bukan politisi, Truk. Kita ini hanya rakyat kecil, makhluk jelata. Nyari makan saja susah, ngapain ikut-ikut politik? Nambahi ngelu ndhase,”
“Boleh saja kita ndak ikut-ikut berpolitik, Kang Gareng. Tapi jangan sampai kita ini buta politk,”
“Aku setuju sama Petruk,” kata Bagong sambil mengunyah apem.
“Setuju apa, Gong?” Tanya Gareng.
“Ya itu tadi pokoknya. Setuju pokoknya. Yang penting amplopnya. Serangan fajar,”
“Lambemu, Gong..Gong..” sahut Petruk.
“Lha memangnya ada apa dengan Pemilu Capres, Truk? Kok ada puisi sama black campaign itu apa? Ndak mudeng aku..” tanya Gareng.
“Itu lho, Kang Gareng..sekarang ini kan lagi ramai dibicarakan di media sosial tentang calon-calon presiden Astina ini,”
“Memangnya yang mau nyalon jadi Presiden Astina siapa, Truk?” Bagong menyela.
“Sudah ada dua yang mendeklarasikan diri. Dari Partai Garuda Mematuk Ikan Terasa Enak dan Nyaman, yang disingkat jadi Pagar Makan Tanaman, ada Pangeran Destarastra. Lalu dari Partai Peminat Banteng Tunggal Senang Makan Siang, atau disingkat jadi Pembantu Seksi, ada Pangeran Pandu,” jawab Petruk.
“Wah..kalau saya ya pasti milih Pangeran Pandu, Truk..biarpun kurus tapi orangnya hebat. Suka menyapa rakyat kecil seperti kita ini. Datang langsung ke kantong-kantong masalah. Istilahnya itu apa ya, TruK? Blu..blu..blue film kayanya,” kata Bagong.
“Blusukan, Gong..blue film itu koleksinya yang nulis cerita ini,” sanggah Gareng.
“Nah..iya itu..Blukuthuk-blukuthuk..” kata Bagong.
“AsuuuDahlah, Gong..ngomong karo kowe marai pengen ngising. Tapi kalau aku ya..lebih milih Pangeran Destarastra sebagai Presiden Astina. Orangnya tegas, bekas senopati perang. Saya jamin kalau dia jadi presiden, ndak ada negara lain yang berani cem-macem sama Astina,” kata Gareng.
“Tapi dia itu punya banyak dosa masa lalu, Kang Gareng. Pelanggaran HAM, penculikan mahasiswa, bahkan sudah pernah mau mengkudeta Resi Bisma. Hayoo..wong kejem kaya ngono kok arep dadi Presiden. Diculik, kapok kowe, Kang..” kata Bagong penuh semangat.
“Halah..kamu itu dapat kabar darimana? Itu kan cuma kabar burung. Padahal burung saja ndak pernah bawa kabar, burung itu malah bawa telur kemana-mana. Lagipula Pangeran Pandu itu juga bisanya cuma blusukan. Dia itu ndak bakalan berani tegas sama negara asing. Nanti yang ada negara Astina ini dikuasai asing. Persis kaya pendahulunya, Kanjeng Ratu Setyawati, yang sukanya jual-jual aset negara,” kata Gareng tak kalah semangat.
“Halah..kamu itu juga ngomongnya ngawur, Kang! Itu cuma isu..pengalihan isu..black campaign!” kata Bagong.
“Kamu yang ngawur, Gong! Dasar Pasukan Nasi Aking!” Gareng tak mau kalah.
“Daripada Kang Gareng?? Pasukan Nasi Goreng!!!” balas Bagong.
“Kamu! Nasi Padang!” balas Gareng lagi.
“Kang Gareng! Pasukan Nasi Liwet!” teriak Bagong sambil melemparkan nasi kucing ke muka kakak tertuanya.
“Kamu itu lho, Gong! Pasukan Tempe Mendoan!,” Gareng melempar tempe mendoan ke mulut Bagong yang langsung ditelannya bulat-bulat.
“Kang Gareng juga! Pasukan Tahu Susur!” Bagong menjejalkan tahu susur ke muka Gareng.
Tak pelak terjadi saling lempar celaan dan juga saling lempar makanan. Angkringan Yu Cangik berantakan. Ada nasi sambel bandeng terserak di tanah. Ada nasi sambel teri nyangkut di kondenya Yu Cangik. Tempe mendoan bertebaran di mukanya Petruk. Tahu susur beterbangan di atas gerobak angkringannya Yu Cangik.
“Kojuuurr…kojuuurrr…daganganku!!! Angkringanku…!!!,” Yu Cangik hanya bisa menjerit sambil melindungi kepalanya dari lemparan apem.
Sementara Petruk ngeloyor pergi sambil nggembol 5 bungkus nasi sambel teri dan 10 buah tempe mendoan,”Mau pasukan nasi bungkus, nasi liwet, nasi padang, nasi aking, sampai nasi basi, aku ndak peduli. Siapapun presidennya, yang penting aku masih bisa makan nasi. Aku lebih cinta negaraku daripada calon presidenku. Berantem kok membela calon presiden. Berantem itu membela kehormatan negara, membela tanah airnya. Huuuu..wong edyan..”
Dan dari kejauhan, Sengkuni tertawa puas melihat kekacauan di angkringan Yu Cangik. “Membodohi orang bodoh itu sudah biasa. Tapi bisa membodohi orang yang ngakunya pintar, itu baru sesuatu..alhamdulillah yaaahh…” bisik Sengkuni yang ngefans sama Syahrini.
.
.
Klaten_23042014
Ngono ya ngono, nanging aja ngono.
.
.
Serial Goro-Goro yang lain:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI