Mohon tunggu...
Surya Narendra
Surya Narendra Mohon Tunggu... ASN -

Kapan kita akan melakukan revolusi, Kawan Bejo?

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Asal Mula Ungkapan 'Buka Sithik Joss'

21 Januari 2014   11:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 3028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_317251" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption]

Hei kenapa kamu

Kalau nonton dangdut sukanya bilang

Buka sithik joss..!!

.

Tentunya anda semua sudah tahu atau bahkan hafal dengan penggalan lirik lagu dangdut tersebut. Apalagi dengan irama hentakan ketika kalimat ‘buka sithik joss’ dinyanyikan, pasti sudah akrab di telinga anda semua. Meskipun anda termasuk dalam golongan YKS Haters, tapi tahu kan lagu itu?

Namun tahukah anda asal muasal kalimat ‘buka sithik joss’ tersebut? Kalau belum tahu, coba kita ikuti analisa sejarah tentang kalimat yang booming sejak bulan Ramadhan yang lalu itu.

.

Dangdut Koplo

Musik dangdut merupakan musik bernuansa Melayu yang tumbuh cukup subur di Indonesia sebagai musik rakyat. Dalam perkembangannya, dangdut mengalami percabangan genre. Sebut saja rockdut yang mengangkat nama dua bersaudara yaitu Fetty Vera dan adiknya, Alam ‘Mbah Dukun’. Ada juga dangdut yang “ditumis” dengan irama disko oleh Neneng Anjarwati.

Termasuk kemudian muncul yang namanya dangdut koplo, modifikasi musik dangdut yang bisa membuat para pendengarnya seakan-akan koplo, fly, mabuk, lepas segala beban perasaan. Dangdut koplo sendiri masih bisa terbagi menjadi dua jenis, yang saya sebut koplo barat dan koplo timur. Koplo barat berkembang di Jawa bagian barat. Irama dangdut koplo barat lebih cenderung ke arah R’nB dengan sedikit campuran pop Sunda dan disko. Liriknya sebagian besar berbahasa Indonesia. Beberapa lagu dangdut koplo barat misalnya Alamat Palsu-nya Ayu Tingting atau Cinta Satu Malam yang dilantunkan oleh Melinda.

Sedangkan dangdut koplo timur berkembang di Jawa bagian timur. Irama dangdutnya terkontaminasi oleh irama campursari dengan setetes distorsi ala musik rock. Dari segi lirik juga kebanyakan berbahasa Jawa. Bahasa Jawa itupun sebagian besar didominasi dengan logat Jawa Timuran. Kalaupun menyanyikan lagu berlirik Bahasa Indonesia, biasanya dengan jalan menyanyikan lagu pop Indonesia yang di-dangdut-kan. Pasti sudah tahu lagu Oplosan kan? itu salah satu contohnya. Contoh lainnya yaitu lagu dengan judul Ngamen yang dibuat sekuelnya sampai belasan seri. Berikut ini penggalan salah satu lagu Ngamen :

Iku ngono ra sepiro, Mas (Seperti itu belum seberapa, Mas)

Ibarat aku nduwe konco (Ibaratnya aku punya teman)

Lagake koyo jutawan (Lagaknya seperti jutawan)

Ngalor-ngidul nggowo Koran (Mondar-mandir bawa Koran)

Tibake gendheng anyaran (Ternyata orang gila baru)

Ditapuk setan (Gara-gara ditampar/kesambet setan)

.

Kawin Silang Dangdut Koplo dan Reggae

Meskipun dangdut koplo versi timur (selanjutnya saya sebut dangdut koplo saja) ini telah hidup sejak tahun 2000-an, tetapi sekitar tahun 2010 baru mencapai puncak kejayaannya. Musik ini sangat digemari oleh masyarakat khususnya warga Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur. Banyak bermunculan orkes melayu yang mengusung konsep dangdut koplo ini. Misalnya saja OM. Sera yang berasal dari Gresik dan OM. Sagita (Nganjuk) yang namanya melejit bak roket gara-gara lagunya, Oplosan.

Bersamaan dengan itu, genre musik reggae yang sempat mati suri setelah generasi Rama Aipama perlahan tapi pasti mulai bangkit kembali. Selanjutnya muncul banyak grup band dan penyanyi baru yang mengusung musik ‘santai di pantai’ ini. Anak-anak muda mulai akrab dengan kata-kata uye atau woyo yang bisa dibilang reggae banget.

Kebangkitan musik reggae, yang makin hari makin banyak peminatnya, memunculkan ide dari para penyanyi dangdut koplo untuk memasukkan unsur-unsur reggae saat pentas. Para backing vocal dalam sebuah orkes melayu kemudian menambahkan kalimat ‘woyo-woyo joss!’ yang asalnya dari ungkapan woyo ala reggae. Untuk lebih memahaminya, bisa anda coba dalam salah satu penggalan lirik lagu dari Wali berjudul Cari Jodoh berikut. Saya pilihkan lagu ini karena lagu ini merupakan lagu sejuta umat, hampir tiap orang tahu nadanya.

Apa salahku

Apa salah ibuku

Hidupku dirundung pilu (woyo-woyo joss!)

Tak ada yang mau dan menginginkan aku

Tuk jadi pengobat pilu

Uniknya, di hampir tiap lagu, para backing vocal selalu bisa menyisipkan kata-kata ini. Ternyata hal ini disukai oleh para pecinta dangdut koplo. Mereka selalu menunggu bagian lagu dimana unsur woyo-woyo joss ini akan dinyanyikan untuk kemudian mereka tirukan. Lama-lama justru hal inilah yang menjadi salah satu ciri khas dangdut koplo versi timur.

.

Buka Sithik Joss!

Penyanyi dangdut koplo didominasi oleh perempuan. Umumnya mereka masih muda-muda dengan wajah cantik dan body aduhai. Ditambah lagi cara berpakaian yang membuat jakun pria naik-turun. Ketiak agak terbuka, dada agak menyembul, dan paha yang sedikit ditampakkan sudah menjadi hal yang wajar saat pentas dangdut koplo.

Penampilan seksi ini mengundang celetukan-celetukan dari para penonton pria yang nakal. Pada awalnya mereka menirukan kalimat woyo-woyo joss, tetapi melihat perempuan seksi bernyanyi sambil bergoyang membuat mereka mengganti kalimat tersebut dengan celetukan ‘buka sithik joss!’ (buka sedikit joss). Itu belum seberapa dibandingkan celetukan lain yang lebih nakal berikut ini :

Buka sithik joss! (buka sedikit joss)

Buka akeh joss joss! (buka banyak joss joss)

Buka kabeh joss joss joss! (buka semua joss joss joss)

Begitulah selanjutnya buka sithik joss makin meluas gaungnya. Apalagi sejak ungkapan itu dibuat menjadi sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Juwita Bahar kemudian dipopulerkan oleh Soimah dalam acara talk show-nya. Sesuatu yang pada awalnya hanya celetukan nakal sebagai bentuk  kekaguman atas keseksian penyanyi dangdut koplo, sekarang telah menjadi sebuah fenomena dalam dunia musik nasional.

.

.

Catatan kaki : sumber tulisan ini didapat dari hasil pengamatan dan obrolan ringan penulis—yang selama 6 tahun hidup di Solo—dengan para penikmat dangdut koplo, dimana saat itu Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang mengalami eforia dangdut koplo dan musik regae secara bersamaan. Untuk itu penulis membuka kesempatan diskusi bila ada Kompasianer yang mungkin lebih tahu atau memiliki pengalaman dan pengamatan yang berbeda.

.

.

.

Klaten_21012014

Seperti tangga nada, hidup kita dimulai dengan nada Do rendah dan diakhiri dengan nada Do tinggi. Diawali dengan kehidupan dan diakhiri oleh kematian. Tetapi diantara keduanya ada nada Re sampai nada Si yang bisa kita rangkai menjadi sebuah lagu—yang indah atau jelek. Itulah yang kita lakukan semasa hidup, merangkai sendiri kehidupan kita, menentukan sendiri akan jadi indah atau burukkah hidup kita. (originally quoted by Surya Narendra)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun