Mohon tunggu...
Surya Narendra
Surya Narendra Mohon Tunggu... ASN -

Kapan kita akan melakukan revolusi, Kawan Bejo?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gantungkan Nafsumu Menjadi PNS (Menjawab Artikel "Gantungkan Cita-Citamu Setinggi PNS)

24 Agustus 2015   07:51 Diperbarui: 24 Agustus 2015   08:14 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya bandingkan dengan teman kuliah seangkatan saya yang membuka usaha sablon kaos. Karena dia pintar, penghasilannya jauh lebih tinggi daripada saya yang CPNS. Padahal waktu kita hampir bersamaan saat memulai profesi masing-masing.

Tentang penghasilan lagi-lagi kembali pada pribadi masing-masing. Gaji seratus juta sebulan kalau kebutuhannya dua ratus juta sebulan itu namanya masih kurang, sudah tidak jadi tinggi lagi.

Dan sampai sekarang saya masih percaya dengan nasehat turun-temurun dari kakek saya, "Yen mung arep cukup nggo urip, dadia pegawe. Yen arep sugih, ya dagang". Jika hanya ingin cukup untuk hidup sehari-hari, jadilah pegawai. Jika ingin kaya, berdaganglah (berwiraswastalah).

Kerja santai? Ini tambah jauh dari dugaan saya. Sebelum terjun ke dunia birokrasi, saya melihat banyak PNS yang jam kerja keluyuran di mall, jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, bahkan kata koran ada juga yang bukannya kerja malah "ngerjain" lawan jenisnya.

Namun semua dugaan itu sirna. Di kantor saya, jam kerja lumayan ketat. Setiap keterlambatan jam masuk kerja dikenai sanksi mulai dari mengganti jumlah menit keterlambatan sampai pemotongan tunjangan. Presensi berlapis diberlakukan untuk mencegah kecurangan. Selain ada presensi finger print, juga diwajibkan presensi manual dengan tanda tangan.

Pekerjaan datang silih berganti tak kenal istirahat. Tak jarang ada yang lembur di kantor sampai malam. Saya sendiri memilih membawa pulang pekerjaan, karena otak saya sudah keracunan kisah-kisah mistis di kantor.

Kebetulan saya ditempatkan di Inspektorat Jenderal, jadi saya tahu banyak pegawai yang terkena hukuman disiplin sampai dengan pemecatan hanya gara-gara tidak masuk kerja tanpa ijin. Jauh dari rumor yang mengatakan bahwa PNS mau mangkir sampai sebulan tidak akan ada masalah, santai.

Untuk urusan uang pensiun saya tidak bisa bilang itu suatu keistimewaan, karena sesungguhnya uang pensiun itu adalah sebagian kecil penghasilan PNS yang ditabung lalu diambil sedikit demi sedikit saat PNS tersebut telah purna tugas. Sebenarnya tidak perlu jadi PNS, manajemen jaminan hari tua bisa dilakukan siapapun dengan profesi apapun. Masih ingat seorang kakek penarik becak yang menabung tiap hari hingga bisa naik haji? Itu bukti tak terbantahkan bahwa jaminan hari tua tak melulu berbentuk uang pensiun.

Sedangkan urusan gengsi adalah urusan mental dan budaya. Saya akui PNS adalah profesi yang gengsinya lumayan tinggi. PNS adalah the most wanted mantu in Indonesia saat ini, dan saya mengalaminya sendiri (tentu selain karena saya juga ganteng, heuheu..). Tapi apa iya anak kita mau dikasih makan gengsi? Apa iya anak kita mau dijejali pendidikan tentang gengsi? Apa iya anak kita mau diajari menyembah gengsi?

Semua akhirnya kembali ke hati nurani masing-masing. Silakan mau jadi PNS, pegawai bank, produsen baju, pedagang makanan, atau bahkan agen MLM. Namun satu hal yang pasti, jangan setitikpun terbersit keinginan jadi PNS jika hanya memikirkan gaji tinggi dan kerja santai. Kasihan negara ini. Kasihan saudara-saudara kita yang kerja keras banting tulang demi membayar pajak, tetapi pajaknya mengalir ke kantong para Keparatur Sipil Negara yang kerjanya hanya menunggu transferan gaji sambil karaoke di mall saat jam kerja. PNS itu abdi negara yang seharusnya diisi anak-anak muda idealis yang diharapkan mampu mendayung negara ini menjauh dari badai, bukan diisi sarjana pemalas yang isi otaknya hanya uang dan senang-senang.

rendra_23082015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun