[caption id="attachment_320650" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]
Indonesia sebagai negara berkembang menjadi lahan subur bagi negara lain, khususnya negara maju, untuk mendulang dolar. Keterbatasan produk berkualitas ditambah dengan hegemoni masyarakat yang bangga dengan produk luar negeri menjadikan pengusaha asing berlomba-lomba untuk menancapkan kuku bisnisnya di Indonesia.
Dalam taraf normal hal tersebut memiliki efek baik bagi perkembangan dunia investasi di Indonesia. Akan tetapi bila sudah berlebihan, bisa berefek buruk bagi kelangsungan hidup para pengusaha nasional maupun lokal yang masih berskala menengah dan kecil. Bukan hanya berpengaruh pada bidang perekonomian saja, tetapi juga akan berimbas pada pergeseran budaya.
Padahal dengan sedikit keseriusan dari pengusaha dan kesungguhan dukungan pemerintah, banyak produk khas Indonesia yang mampu bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri. Tidak menutup kemungkinan produk-produk tersebut bisa bersaing di pasar dunia, yang efeknya akan meningkatkan jumlah ekspor. Dengan peningkatan jumlah ekspor, didukung pula dengan berkurangnya jumlah impor diharapkan bisa mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia yang baru-baru ini justru “ditinggal pergi” menterinya.
Setidaknya ada 5 (lima) produk khas Indonesia yang berpotensi memiliki daya jual tinggi di pasar luar negeri. Kelimanya menawarkan eksotisme khas Indonesia.
.
1.Kopi
Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam (Indo-China). Bukan hanya jumlah kopinya saja yang besar. Lebih dari itu, Indonesia dikaruniai tanah yang unik sehingga kopi-kopi yang dihasilkan juga memiliki citarasa yang unik sesuai dengan indikasi geografisnya.
Sebut saja Kopi Gayo, Kopi Mandaling, dan Kopi Lampung dari tanah Sumatera. Kopi Kintamani dari tanah Dewata. Kopi Toraja dari Pulau Sulawesi. Dan yang sedang naik daun saat ini adalah Kopi Luwak.
Namun ironisnya orang Indonesia, khususnya anak muda, justru lebih bangga ketika sedang jalan-jalan mampir ke Starbucks Coffee. Jalan-jalan di mall lebih keren sambil menenteng gelas Starbucks. Uang 30 ribu rupiah untuk secangkir kecil espresso (kopi hitam) dianggap tak mahal demi menaikkan gengsi. Padahal faktanya Amerika bukan negara penghasil kopi, tetapi Starbucks Coffee mampu menjual kopi dengan harga mahal ke seluruh dunia, dan justru menjadi andalan orang Indonesia.
Dengan melimpahnya hasil kopi dan beragamnya jenis citarasa yang khas, seharusnya (pengusaha) Indonesia mampu membuat produk kopi yang setenar Starbucks Coffee dan memasarkannya ke seluruh dunia dengan harga tinggi.
2.Rendang
Rendang adalah makanan khas daerah Padang. Umumnya bahan makanan yang dimasak dengan cara dan bumbu rendang adalah daging sapi. Tetapi sekarang telah banyak bermunculan makanan lain yang dimasak dan dibumbui rendang.
Bumbu rendang sendiri didominasi oleh rempah-rempah yang bercitarasa khas, di antaranya lengkuas, jahe, kemiri, cabe merah, batang serai, dan santan kelapa. Cara memasaknya pun juga khas. Dibutuhkan keahlian khusus untuk memasak rendang yang dagingnya empuk dan bumbunya benar-benar meresap ke dalam daging.
Namun lagi-lagi rendang daging masih harus bersaing ketat di rumahnya sendiri dengan produk makanan berbahan dasar daging dari luar negeri, misalnya burger Amerika dan kebab Turki.
Sebenarnya dari segi keeksotisan rasa rendang daging tak kalah enak dengan burger atau kebab. Akan tetapi gerai-gerai waralaba di halaman parkir swalayan modern dan mall diramaikan dengan produk-produk burger, kebab, dan sosis.
Seharusnya rendang daging mampu diekspor untuk bersaing di pasar dunia dan terangkat derajatnya mengalahkan McDonalds atau King Burger. Apalagi beberapa bulan yang lalu rendang daging sempat dinobatkan sebagai makanan paling enak di dunia.
3.Silat
Silat adalah salah satu seni bela diri khas Indonesia. Di Indonesia banyak sekali aliran silat mulai dari Silat Harimau dari ranah Sumatera sampai dengan silat Cimande dari tanah Betawi. Gerakan-gerakan jurusnya begitu indah bak tarian sekaligus mematikan. Di samping itu dalam ilmu bela diri silat juga diajarkan kearifan-kearifan lokal macam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan dan rasa hormat pada guru atau orang tua.
Sayangnya silat masih kalah pamor dibandingkan dengan Kung Fu China, Mua Thai Thailand, Karate Jepang, atau Taekwondo Korea. Apalagi sekarang anak muda sedang demam Korea, jadilah semua hal yang bertema Korea dipelajari termasuk taekwondo.
Dilihat dari aspek seni dan keefektifan bela dirinya, silat sebenarnya tak kalah hebat dengan seni bela diri bangsa lain. Silat bisa dijual ke pasar dunia lewat bebagai cara. Jalan paling efektif adalah melalui film. Sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa film merupakan media berjualan yang paling efektif. Mua Thai dikenal luas di dunia lewat film produksi Thailand berjudul Ong Bak. Apalagi Kung Fu China, jangan ditanya sudah berapa ratus film produksi Cina tentang kung fu yang menembus pasar perfilman dunia.
Sebenarnya film The Raid—yang sekuel keduanya akan dirilis tahun ini—sudah baik dalam menyajikan seni bela diri silat lewat film, bahkan banyak dipuji di Hollywood sana. Ditambah pula dipercayainya Joe “Hantam Mereka” Taslim sebagai salah satu aktor dalam The Raid untuk ikut membintangi film fenomenal Fast and Furious 6. Hanya saja sineas Indonesia masih kurang kuat dalam hal membangun jalan ceritanya. Untuk efek dan adegan laganya sudah sangat baik, tetapi kurang didukung dengan jalan cerita yang unik dan menarik.
4.Minuman Beralkohol dari Nira Kelapa
Meskipun minuman beralkohol di Indonesia diidentikkan dengan kejahatan dan tindak kriminal, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa bangsa Indonesia punya tradisi khas mengenai minuman beralkohol. Iklim tropis di Indonesia menjadikan pohon kelapa dan jenis palem lainnya dapat tumbuh subur. Selain kayu, daun, buah, bahkan kulit buahnya, masih ada lagi bagian dari pohon kelapa yang bisa dimanfaatkan yaitu nira.
Nira adalah air sadapan mayang (bunga kelapa). Air ini kemudian difermentasi dengan cara tradisonal dan akan menghasilkan minuman beralkohol bernama arak (Inggris: arrack). Para penikmat minuman beralkohol mengatakan bahwa rasa arak nira sangat khas, diantara rasa wine dengan rum. Sedangkan kadar alkohol yang dihasilkan berkisar antara 38% sampai dengan 50%
Amerika punya wiski, Rusia punya vodka, Jepang punya sake, Perancis punya sampagne dan cognac. Semuanya memiliki citarasa yang khas dan memiliki pasar yang bagus di dunia. Sangatlah mungkin arak nira Indonesia menjadi produk andalan yang tersebar di pasar dunia dan mampu bersaing ketat dengan minuman-minuman beralkohol dari negara lain yang telah lebih dulu mendunia.
5.Batik
Sejak dipatenkan dan diakui oleh Unesco sebagai budaya asli Indonesia, batik telah naik kasta dari posisi sebelumnya yang dianggap pakaian wong ndesa. Sekarang artis dan pejabat sudah tidak malu lagi memakai batik dalam berbagai acara. Para desainer juga mulai aktif berkreasi dengan motif batik pada busana rancangan mereka. Dengan sedikit ketekunan dan kesabaran dalam mempromosikannya, yakinlah bahwa batik akan mendunia. Dengan keberanian mengkreasikan motif batik ke dalam produk-produk dengan cara yang out of the box, yakinlah batik akan mampu mendunia dan bersaing dengan Kimono Jepang.
Namun masih ada yang perlu menjadi perhatian kita semua. Bahwasannya paten atas batik bukan hanya dalam hal motif kainnya. Objek yang juga dipatenkan adalah proses dan teknik pembuatan batiknya, mulai dari pembuatan pola, pembatikan dengan cairan malam, sampai menjadi kain bermotif batik yang siap dijual ke pasaran. Sayangnya, proses pembuatan ini hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu saja. Sedangkan masyarakat dan generasi muda pada umumnya belum banyak yang tahu. Seharusnya pemerintah punya misi khusus agar proses pembuatan batik ini bisa diketahui oleh orang awam, sehingga kelestariannya tetap terjaga dan hak paten tetap bisa kita pertahankan.
.
Lima produk tersebut hanya sebagian kecil saja dari ribuan produk khas dan endemik Indonesia yang sebenarnya punya daya jual tinggi di pasar dunia. Hanya saja tampaknya belum ada keseriusan dari para pengusaha nasional dan dukungan pemerintah dalam rangka mengeksplorasi produk-produk ini.
Pemerintah harus menjadi tulang punggung pertumbuhan pengusaha-pengusaha kecil dan menengah agar produknya mampu mendunia. Jangan justru melindungi pengusaha-pengusaha asing bermodal besar yang pelan-pelan menghisap kekayaan Indonesia tanpa kita sadari, seperti lintah.
.
.
.
Klaten_04022013
Untuk Indonesia yang lebih baik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H