Saat menunggu kereta untuk menuju Jakarta, saya heran melihat beberapa stiker berwarna pink menempel di luar salah satu gerbong KRL. Namun tidak saya dapati di gerbong KRL lainya. Saya coba memperjelas isi stiker unik tersebut dengan mendekatinya. Hingga berjarak kurang dari 6 meter barulah isi dari stiker tersebut tampak dan terlihat jelas. Sebuah tulisan berwarna putih: KERETA KHUSUS WANITA, dengan sebuah simbol besar yang menggambarkan sosok seorang wanita di bawahnya. Serta beberapa simbol peraturan di samping wanita tersebut. Dalam simbol peraturan yang tertera mudah ditafsirkan bahwa gerbong itu memang dikhususkan bagi kaum hawa, dan dilarang bagi pria untuk masuk dan menumpang disana kecuali yang masih dikategorikan balita dan anak-anak. Dan memang kebijakan yang belum lama dikeluarkan oleh pemerintah ini bertujuan untuk mengurangi kasus dan tindakan pelecehan terhadap wanita.
Perhatian saya teralihkan ke dalam, tampak raut-raut wajah yang nyaman dari mereka. Sambil menunggu kereta berjalan, para Kartini Indonesia secara rapih duduk di bangku-bangku kereta dan beberapa yang tidak mendapatkan bangku dengan ikhlas berdiri. Mereka saling menyapa, tersenyum, dan berbincang. Tak terbatas usia, serta latar belakang sosial apapun, semuanya membaur. Menikmati 'kesendirian' dalam Gerbong Hawa.
Ada keteraturan yang muncul dan tampak lebih baik di gerbong itu bila kita membandingkanya dengan gerbong-gerbong umum. Ketertiban bisa ditemukan dalam sirkulasi (turun-naik) penumpang. Keteraturan duduk. Kebersihan gerbong, dan berbagai ketertiban lain terkait peraturan-peraturan penggunaan gerbong khusus wanita. Sebuah wujud kondisi transportasi massal yang selama ini kita idamkan.
Secara singkat, Keamanan, Keselamatan dan Kenyamanan, merupakan tiga pilar utama pelayanan publik yang harus di penuhi. Dalam konteks pelayanan transportasi massal termasuk kereta api, Keamanan, bisa dikatakan bahwa para penumpang harus aman dari tindakan-tindakan kriminalitas dan premanisme. Keselamatan, tentu saja terkait dengan kehati-hatian alat transportasi untuk mencapai tujuan tanpa terjadi kecelakaan dan kemudahan. Sedangkan kenyamanan, bisa dipenuhi dengan melihat aspek kebersihan, mejaga kuantitas dan kualitas amenitis serta memberikan fasilitas tambahan.
Terlihat bahwa dalam gerbong khusus wanita unsur keamanan (security) menjadi yang utama. Hebatnya, pengelola gerbong khusus wanita tersebut juga memerhatikan aspek keselamatan (safety) serta kenyamanan (comfort) bagi para penumpangnya. Sehingga tiga pilar utama dalam membentuk pondasi pelayanan publik yang terbaik mulai dibangun, walaupun bermula dari lingkup yang sangat kecil. Tentu saja di luar aspek-aspek lain yang tidak kalah penting seperti ketepatan waktu dan biaya.
Semoga, berawal dari 'Gerbong Hawa' peningkatan kualitas pelayanan publik bisa meluas hingga pada pelayanan kereta api umum serta pelayanan transportasi publik lainya. Baik itu dalam kota ataupun antar kota dan provinsi. Kita sama-sama berharap agar pelayanan publik di Indonesia bisa semakin membaik, karena maju tidaknya sebuah bangsa bisa dilihat dari kualitas transportasi massal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H