Internet hadir dengan kemudahan yang sangat luar biasa. Menggampangkan manusia dengan segala informasi yang ada. Terdapat jutaan bahkan milyaran informasi, kita hanya perlu menuliskan, membacakan dan menyebutkan, internet akan menyuguhkannya di depan muka kita. Salah satu diantaranya yang saya maksud adalah Google. Google sebagai Mesin pencari paling fenomenal yang hampir digunakan oleh seluruh umat manusia di dunia. Menjadi mesin cerdas yang tak jarang sebagai guru tempat bertanya. Orang-orang biasa menyebutnya sebagai "Mbah Google".
Meski Google menjadi mesin pencari paling mutakhir sebagai penyedia informasi, tapi bisa pula menjadi petaka besar bagi siapapun yang tidak mengerti kebutuhan untuk menggunakannya. siapa sangka Google bisa menjadi satu satunya sumber pengetahuan utama yang dipunya tanpa menggunakan otak untuk berpikir atau membaca buku sebelumnya. Google menjadi sarana untuk menjawab segala pertanyaan yang muncul tanpa perlu mencari tahu dan berpikir. Maka jangan salah orang-orang yang tidak berpengatahuan sekalipun akan merasa cerdas dan pintar dengan adanya Google. Inilah yang saya sebut sebagai "Kecerdasan Semu". Kecerdasan hampa dalam kedunguan yang berlindung dibalik surga pengetahuan (Google).
Karenanya orang merasa tidak perlu mendalami suatu hal atau membaca buku lebih banyak sebab segala informasi yang ingin dicari akan dijawab oleh Google. Jangan tanya jika dilempar satu persoalan untuk dijawab, jawabannya bisa seratus persen benar?. Tapi apakah si penjawab benar-benar mengerti dan paham apa yang ia jawab atau hanya mengutip dari Google?.
Setuju dengan pendapat Cardiff Dean Burnett dikutip dari laman kompas.com, mengemukakan bahwa informasi dari Google akan diperoleh lebih banyak, dengan begitu justru akan membuat kita jauh lebih pintar, serta dengan banyaknya informasi tersebut akan membuat otak kita bekerja untuk memprosesnya. Memang begitu dan itulah harapannya. Tapi dengan mengandalkan Google untuk menjawab pengetahuan tanpa melalui proses pemahaman yang lebih itu adalah tindakan yang keliru. Alih-alih pengetahuan dijawab oleh suatu pemikiran, tapi malah dijawab oleh Google.
Dilansir dari liputan6.com Burnett juga mengatakan "Manusia mungkin akan cenderung langsung bertanya pada Google dari pada mencoba menemukan jawabanya sendiri. Tapi jelas itu akan bervariasi dari orang ke orang"
Lanjutnya "Namun, pemrosesan informasi seperti ini hanya sebagian kecil dari apa yang dilakukan otak kita, jadi sulit untuk melihat bagaimana Google dapat lebih diutamakan dari pada otak dalam waktu dekat"
Awalnya saya setuju dengan gagasan Burnett bahwa memang kecenderungan orang akan bertanya langsung ke Google bervariasi, tapi gagasan selanjutnya, untuk saat ini agaknya tidak relevan. Sebab dengan bertebarannya informasi di Google, akses untuk mengetahui jawaban jauh lebih mudah, secara logika tidak mungkin orang mencari jawaban tersebut melalui buku atau berpikir dimana proses itu jauh lebih sulit dari pada menggunakan Google. Apalagi dengan kurangnya pengetahuan dan pengalaman serta minimnya minat baca.
Apa masalahnya jika kita menggunakan Google sebagai alat informasi utama dibanding buku atau pemikiran otak kita?
Kecerdasan semu memang mengkhawatirkan. Maskipun menurut Burnet Google tidak membuat manusia menjadi bodoh dan justru membuat lebih pintar. Tapi kehadiran Google justru membuat orang tidak berpengetahuan merasa cerdas dan itu sikap yang bodoh. Dilansir dari laman beritasatu.com, atas studi Journal of Experimental Psycology. Eksperimen tersebut dilakukan terhadap dua kelompok. Dimana salah satunya diberi akses internet. Hasil studi tersebut menyatakan bahwa kelompok yang mendapat akses ke internet merasa yakin bahwa mereka memiliki pengetahuan lebih. Masalahnya mengakui berpengetahuan lebih atas kesempatan menggunakan informasi dari internet (Google) merupakan bentuk kepalsuan pengetahuan (kecerdasan semu)
Sependapat dengan Trevor Bayliss dilansir dari detik.com, menyatakan bahwa seharusnya anak anak bisa mandiri dan tidak bergantung pada ponsel dan komputernya yang saat ini sangat bergantung pada Google. Sebab menurutnya dapat membuat otak mati karena terlalu bergantung pada internet serta tidak mampu bertindak dengan cara lama.
Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi penggunaan Google?