Mohon tunggu...
Rendi Al Farizki
Rendi Al Farizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang manusia yang tengah menjalankan kewajibannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sulitnya Mencari Lokasi untuk Syuting

29 Maret 2023   23:47 Diperbarui: 30 Maret 2023   00:08 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Film adalah salah satu media karya audio visual yang sangat populer di media. Dilansir dari databoks.katadata.co.id “Menurut laporan triwulan ketiga 2022 yang dirilis Netflix Investor Relations (2/11), Raksasa streaming itu mengatakan sekarang memiliki 223 juta pelanggan di seluruh dunia.” Dari satu platform streaming itu saja tidak dapat dipungkiri betapa banyaknya peminat film di dunia. 

Film-film yang dimuat di layar lebar terlebih film dari Holywood selalu memiliki budget atau dana yang sangat fantastis, contohnya saja film Avengers: Endgame karya sutradara Anthony Russo dan Joe Russo yang memiliki anggaran anggaran sekitar 356 juta dolar, apabila di rupiahkan sekitar 5.3 triliun rupiah, sebuah nilai yang sangat fantastis. 

Contoh lainnya adalah Everything Everywhere All At Once karya sutradara Daniel Kwan dan Daniel Schneinert yang memiliki budget yang katanya cukup rendah dibandingkan film lain sekelasnya, yaitu sekitar 25 juta dolar Amerika Yang bila dirupiahkan sekitar 376 biliar rupiah. Angka-angka yang tidak masuk akal, tapi karena uang dan budget-budget tinggi itu yang dapat mengizinkan film-film itu jadi seperti itu.

Dana dalam film akan dialokasikan ke berbagai hal, mulai dari aspek kreatif dalam film seperti kebutuhan peralatan rekam, artistik, audio, pencahayaan dan tidak lupa seperti keperluan kesejahteraan kru yang bekerja. Kebutuhan-kebutuhan itu sangat diperlukan untuk melancarkan proses produksi film. Pada produksi film-film kecil atau film pendek banyak dari keperluan itu yang tidak bisa didapat karena dana yang terbatas. Padahal produksi-produksi kecil adalah suatu langkah pertama dalam menghasilkan tunas-tunas muda para sineas masa depan. 

Keterbatasan para sineas muda ini seolah-olah membatasi hasil jadi dari karya-karya yang mereka ciptakan. Salah satu kendala yang paling umum dalam proses produksi adalah mencari lokasi atau set tempat lokasi syuting. Lokasi atau set tempat yang tidak sesuai bisa mempengaruhi cerita, kualitas, bahkan kinerja produksi yang akan terhambat. Tidak jarang tim produksi perlu berimprovisasi terlebih kamerawan yang harus menyesuaikan kondisi dengan set karena ketidaksesuaian dengan ide awal dalam konsep.

Salah satu masalah yang sering dialami untuk produksi media kreatif yang memerlukan set baik Interior maupun exterior adalah masalah perizinan dari warga sekitar dan juga suara disekitar yang menyebabkan noise yang pastinya akan mengganggu jalannya kegiatan. Terlebih dalam produksi film jarak dan lokasi yang berbeda-beda membuat efisiensi waktu sangat berkurang bila memerlukan perpindahan satu set ke set yang lain, pastinya juga akan menguras sumber daya yang ada.

Kendala di set adalah suatu masalah yang dapat menurunkan efisiensi namun hal itu tidak dapat dihindarkan. Maka dari itu apapun harus dilakukan untuk meminimalisir kendala yang akan terjadi dan dari lima sineas asal Bandung mengaku bahwa set lokasi menjadi salah satu tantangan yang cukup menyulitkan. Berdasarkan pengalaman empiris penulis sendiri sebagai seorang sineas muda, hal-hal diatas memang benar adanya. Mulai dari perizinan, komplain warga disekitar, noise bising, dan lain sebagainya.

Dengan masalah-masalah yang ada di atas, apabila kita berandai sebuah set yang flexible yang bisa menjadi ruang berbeda akan menjadi sebuah pengefektifan waktu dan sumber daya bagi para pengguna. (Studio Film Rekayasa), dimana disana akan tercipta sebuah rumah yang dikhususkan untukproduksi sebuah film ataupun televisi. Studio Film Rekayasa itu akan mudah di modifikasi untuk ke fleksibelan dalam konsep cerita. Temboknya akan bisa digerakkan, dipindahkan, di cat dan diganti warna. 

Listrik pun harus mudah diakses dan memiliki banyak sumber listrik. Semua komponen dan furniture dari Studio Film Rekayasa akan mudah. Jendela juga menjadi komponen dalam film yang cukup penting, maka tembok di Studio Film Rekayasa ini beberapa bagian bisa dilepas pasang dan mempunyai beberapa bagian yang sudah tertanam jendela di dalamnya. Hal itu membuat kemungkinan modifikasi yang tidak terbatas karena semua komponen yang ada di dalam rumah dapat di modifikasi.

Studio Film Rekayasa ini pun akan terdiri dari minimal 2 lantai, untuk memberi opsi sebuah adegan yang memerlukan set di tempat yang lebih tinggi atau kamar yang memerlukan tempat yang tinggi, juga memberikan akses pada adegan yang memerlukan tangga. Fitur lainnya adalah penyedian kain green screen untuk penciptaan karya-karya yang memerlukan visual efek. Tidak dilupakan juga fitur-fitur kesejahteraan kru dan pemanfaatan ruang untuk berbagai macam acara lainnya.

Dengan sebuah penciptaan tempat yang seperti itu bila kita bercermin pada pandangan sosial ekonomi yang adalah Sosial ekonomi adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Secara lebih spesifik, sosial ekonomi mempelajari interaksi antara faktor sosial seperti budaya, pendidikan, nilai-nilai, dan institusi dengan faktor ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi, dan pertumbuhan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun