Sanggar Seni Arsa Jumangkah merupakan sebuah kelompok kesenian tari dan drama yang terletak di Jalan Muh. Yamin No.88, Jayengan, Kec. Serengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Sanggar ini berdiri pada tanggal 22 Oktober 2016. Sanggar Seni Arsa Jumangkah dibentuk oleh Dzari Wahyu Luhur Prakoso bersama dengan keempat temannya. Sanggar ini dibentuk tanpa menggunakan dana sepeserpun. Sanggar ini kemudian diresmikan oleh Dinas Pariwisata pada tahun 2020. Pada awalnya sanggar ini hanya beranggotakan warga sekitar, kemudian terdapat tambahan warga dari daerah lain yang bergabung. Visi dari dibentuknya Sanggar Seni Arsa Jumangkah adalah memperkenalkan budaya kepada anak-anak. Sedangkan misi dari sanggar ini yakni mengembangkan dan melestarikan budaya. Sanggar Seni Arsa Jumangkah mencakup kesenian tari dan drama. Anggota Sanggar Seni Arsa Jumangkah berjumlah 40 orang yang mencakup dari berbagai jenjang pendidikan. Sanggar ini juga memiliki kepengurusan yang dicantumkan dalam struktur organisasi di bawah ini:
Pembina      : Dwi Handoko
Ketua        : Raden Dzari Wahyu Luhur Prakoso
Sekretaris     : Diah Ayu Larasati
Bendahara    : Meiwati Mayasari
Humas       : Novianto Seno Saputro
Dalam pemilihan pengurus Sanggar Seni Arsa Jumangkah tidak ada pemilihan secara spesifik. Pengurus dipilih secara langsung oleh ketua sanggar. Cara untuk bergabung dengan Sanggar Seni Arsa Jumangkah bisa menghubungi ketua sanggar melalui informasi yang terdapat dalam media sosial sanggar yaitu @arsajumangkah.
Dalam merencanakan/memilih naskah dilakukan dengan membaca berbagai referensi dan bertukar pikiran dengan para narasumber. Referensi diambil dari buku, dan tokoh-tokoh yang ahli, serta melakukan penafsiran. Selain itu, sanggar Seni Arsa Jumangkah juga melakukan kunjungan ke Mangkunegaran. Sanggar ini memiliki rutinitas berlatih setiap hari Selasa dan Jumat, pelatihan dilakukan mulai dari pukul 16.00-selesai. Kemudian, setiap 35 hari sekali dalam penanggalan Jawa dilakukan pementasan secara pribadi. Saat ini sanggar bentukannya yang berlokasi di Jayengan diisi oleh anggota yang memiliki kemampuan dasar tari dan teater atau sudah memiliki 14 pengalaman. Sementara sanggar di Kemlayan benar-benar mengajarkan tari pada anak-anak warga setempat yang belum atau tidak pernah mengenal dunia tari. Sama halnya dengan sanggar lainnya yang tentu saja memiliki kendala dalam perencanaan pementasan. Sanggar ini juga mengalami kendala selain dalam hal pendanaan yaitu dalam menyatukan banyak kepala untuk menyamakan langkah menjadi tantangan terbesar yang ditemukan sejauh ini. Silang pendapat hingga menyulut kemarahan menjadi hal lumrah selama sanggar-sanggar ini berdiri. Sejauh ini pencapaian terbesar dari Sanggar Seni Arsa Jumangkah adalah berkesempatan melakukan pentas dihadapan Menparekraf Sandiaga S Uno. Bersama dua orang siswanya yang masih kecil Dzari membawakan tari kuda[1]kuda di depan menteri dan sejumlah pejabat tinggi lainnya. Dalam kesempatan tersebut, selain menampilkan kesenian tari, Sanggar Seni Arsa Jumangkah ini juga diberikan apresiasi berupa uang. Dari pihak sanggar langsung memanfaatkan uang pembinaan itu untuk membeli sejumlah kebutuhan sanggar dan menciptakan satu tarian baru berjudul Tari Golek Puspandayu.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H