Fenomena FOMO tidak selalu negatif. Di satu sisi, tren mengunjungi coffee shop bisa membawa dampak positif, seperti meningkatkan kreativitas, memperluas relasi, dan memberikan peluang bagi remaja untuk berekspresi. Banyak coffee shop yang kini menjadi tempat bagi remaja untuk belajar, bekerja, atau sekadar berdiskusi ide kreatif dengan teman-teman.Â
Namun, FOMO juga bisa berdampak negatif, terutama jika motivasi utama seorang remaja hanya untuk mengikuti tren. Ketergantungan pada pengakuan sosial dapat membuat remaja merasa tidak percaya diri atau rendah diri jika tidak bisa mengikuti tren yang sama.Â
Rasa cemas akan ketinggalan ini dapat memengaruhi kesehatan mental mereka, terutama jika mereka terus-menerus merasa perlu untuk berpartisipasi dalam aktivitas serupa hanya demi terlihat "up-to-date" di mata teman-temannya.
Menyadari dan Mengelola FOMO dengan Bijak
Mengelola FOMO bukan berarti remaja harus menghindari media sosial atau berhenti mengunjungi coffee shop. Namun, remaja perlu menyadari bahwa membangun relasi, menikmati momen, dan menemukan kebahagiaan pribadi adalah yang utama.Â
Dengan memahami dampak dari FOMO, remaja bisa lebih bijak dalam menentukan mana aktivitas yang benar-benar bermanfaat bagi mereka dan mana yang hanya diikuti untuk menghindari rasa ketinggalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H