Mungkin kita sering mendengar kata 'Superhero' akhir-akhir ini, banyak film yang menceritakan tentang bagaimana seorang superhero menyelamatkan banyak orang, dan bahkan dunia. Tetapi, definisi dari 'Superhero' sendiri tidak hanya dimaksudkan karena orang tersebut telah menyelamatkan banyak orang dari kejahatan, 'Superhero' juga kian sering di anggap telah membantu banyak orang dalam masa sulit mereka.
Dadang Heriadi, Pria 40 tahun yang tinggal di Banjarmasin ini telah menjadi seseorang yang menginspirasi banyak kalangan masyarakat. Ia kerap dianggap sebagai 'Superhero' untuk orang-orang yang dianggap 'minus'. Hal ini disebabkan karena Dadang telah membangun sebuah Yayasan bernama Keris Nangtung, yang ditujukan untuk merawat orang-orang gila, stress atau orang-orang yang mempunyai gangguan mental. Orang-orang yang mempunyai gangguan mental ini sering dianggap 'minus' oleh masyarakat, bahkan tidak sedikit yang segan untuk menghindari berpapasan dengan mereka saat berjalan di trotoar. Tetapi hal ini berbeda dengan Dadang, justru ia merasa kasihan dan simpati untuk orang-orang tersebut. Dadang, yang merupakan karyawan PLN, mengatakan bahwa jika ia tidak berhenti menjadi seorang pemabuk dan tidak berhenti menggunakan narkoba, ia mungkin tidak akan menjadi dirinya sekarang ini.
Ide untuk membangun Yayasan Keris Nangtung berawal dari ketika Dadang sedang makan siang dan melihat seseorang dengan gangguan mental mengais-ngais tong sampah mencari sisa-sisa nasi atau makanan yang ada. Beliau mengaku hal tersebut mengingatkannya akan masa mudanya yang suram, pengguna narkoba, dan sering bermabuk. Dari situ, Dadang memiliki ide untuk membangun sebuah Yayasan untuk merawat orang-orang gila tersebut, dan Yayasan tersebut tidak akan mengambil keuntungan sama sekali. Akhirnya beliau, bersama rekan-rekannya, mewujudkan ide tersebut dengan modal awal yang relatif kecil.
Di dalam Yayasan tersebut, pasien yang merupakan orang gila, diperlakukan layaknya seperti orang normal. Saat Yayasan sudah mulai berjalan, Dadang dan keluarga pun tinggal disitu untuk mempermudah akses dan membantu pegawainya. Dalam Yayasan sederhana ini, Dadang pun mengaku bahwa 'rezeki tidak pernah putus'. Pernah suatu saat ia kehabisan nasi, dan tidak tahu apa yang akan dimakan oleh pasien keesok harinya. Tapi pada saat pagi hari, ada seseorang yang mengirimkan beras ke Yayasan-nya. Sejak itupun, Dadang mengaku dia tidak pernah kekurangan lagi sampai sekarang. (Maret 2014)
Merawat orang dengan gangguan mental bukanlah hal yang gampang. Setiap tahun, semakin banyak pasien yang ditanggung oleh Yayasan Keris Nangtung, tetapi semakin sedikit pegawai yang ada. “Ini kan pekerjaan dari hati, kalau yang mengharapkan materi banyak, pasti gugur dengan sendirinya,” jelas ayah dari satu putri ini. Banyak hal positif yang dapat diambil dari kisah Dadang Heriadi ini mengingat sudah cukup banyak pasien yang sembuh dan dipulangkan ke rumahnya masing-masing. Saat pasien hampir sembuh, ia akan mulai mengingat-ngingat nama mereka dan alamat rumah. Bahkan ada yang berasal dari Flores, Lampung, dan Jawa Barat. Dadang pun kadang heran bagaimana cara mereka pergi sejauh ini sampai Banjarmasin. Satu persatu pasien yang sudah sembuh pulang mandiri dengan dukungan biaya transportasi dari Dinas Sosial setempat, dan jika yang tinggal di Jawa Barat dan sekitarnya, Dadang sendiri yang langsung mengatarkan mereka ke rumah.
Apa yang dilakukan Dadang ini menurut saya merupakan tingkah laku seorang 'Superhero' yang tidak menggunakan kostum atau topeng. Ia hanya mengandalkan kemauannya dan harapan untuk orang lain agar bisa memperbaiki hidupnya. Dan juga karena beliau sibuk mengurus Yayasan yang telah ia bangun, ia sampai berhenti menjadi Karyawan PLN untuk fokus merawat orang-orang gila tersebut.
Salah satu alasan Dadang membangun Yayasan ini dan merawat pasiennya dengan rutin adalah untuk belajar menghargai hidup.
Dadang mengakui bahwa masa lalunya dibebat obat-obatan terlarang, identitas preman pernah melekat. Tapi refleksi keseharian pasien terus menginspirasi, walaupun psikologisnya terganggu, jiwa sosial mereka masih terlihat secara utuh. Ketika sedang berbagi makanan misalnya, mereka tolong menolong saat temannya tidak menerima jatah. Orang-orang ini butuh bantuan, dan tidak banyak yang ingin membantu, dan justru membuang mukanya saat berpapasan.
Karena niat dan tekad yang dilakukan Dadang untuk membuat Yayasan Keris Nangtung tersebut, beliau menjadi panutan bagi banyak orang. Dadang telah membantu banyak orang yang ia tidak kenal untuk melanjutkan hidupnya sebagai orang normal. Hal seperti itu adalah hal yang sangat berarti bagi pasien-pasien Dadang walaupun mereka tidak menyadarinya.
Apa yang dilakukan Dadang ini menurut saya sudah pasti dapat dikatakan sebagai aksi yang mulia, aksi yang terlihat begitu kecil, membantu orang yang memiliki gangguan mental, tetapi merupakan aksi kemanusiaan yang memiliki arti yang sangat besar dibaliknya. Begitupula untuk kedepannya, saya mengharapkan adanya lagi superhero-superhero seperti Dadang dimasa mendatang, tidak perlu dengan tujuan untuk mengubah dunia atau hal besar semacamnya, cukup dengan hal kecil kemanusiaan yang pada akhirnya mengacu kepada perubahan-perubahan yang kecil tetapi bermanfaat bagi manusia lain yang membutuhkan.
Karena bagi saya perubahan kecil lebih berarti dibandingan tidak adanya satu pun perubahan sama sekali.