Mohon tunggu...
Renata Amalia Putri
Renata Amalia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Halo! Saya mahasiswa semester 5 di UIN Malang, jurusan Teknik Informatika. Saya memiliki minat besar di bidang data science dan machine learning, di mana saya senang mengolah data untuk menemukan insight baru. Di luar akademik, saya menikmati membaca manga, menonton anime, serta belajar bahasa asing. Kadang-kadang, saya juga menulis sebagai bentuk ekspresi diri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Evaluasi Chatbot: Bagaiman Percakapan Interaktif Meningkatkan Keterbukaan Pengguna

17 September 2024   14:29 Diperbarui: 17 September 2024   14:30 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penggunaan chatbot. (Sumber: Freepik.com)

Evolusi Chatbot: Bagaimana Percakapan Interaktif Meningkatkan Keterbukaan Pengguna

Perkembangan teknologi antarmuka pengguna telah mendorong perubahan signifikan dalam cara situs web berinteraksi dengan penggunanya, terutama melalui penggunaan Interactive Decision Aids (IDAs) berbentuk chatbot. Sebagai alat bantu pengambilan keputusan yang semakin populer, chatbot kini memainkan peran penting dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi pengguna. Dalam artikel yang ditulis oleh Martin Adam dan Alexander Benlian (2023), penulis mengeksplorasi bagaimana dua fitur utama dari desain dialog chatbot, yakni gaya percakapan dan pemicu resiprokal, memengaruhi tingkat pengungkapan informasi pengguna. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan IDA berbentuk chatbot telah berkembang pesat, dengan 20% orang dewasa di AS serta 80% generasi Z telah menggunakan chatbot untuk mencari informasi atau melakukan transaksi pada tahun 2018. Pasar global untuk IDA percakapan diperkirakan akan meningkat dari 41 miliar dolar AS pada tahun 2021 menjadi lebih dari 290 miliar dolar AS pada tahun 2025. Angka-angka ini menggarisbawahi besarnya dampak yang dapat dihasilkan oleh chatbot dalam konteks pengumpulan data pengguna yang diperlukan untuk mendukung keputusan bisnis yang lebih baik dan memberikan layanan yang lebih personal. Namun, seperti yang diuraikan dalam artikel tersebut, tantangan tetap ada, terutama terkait dengan bagaimana desain dialog chatbot memengaruhi persepsi pengguna tentang privasi dan kehadiran sosial dalam interaksi online. Artikel ini memberikan landasan penting untuk diskusi lebih lanjut tentang bagaimana teknologi IDA dapat dirancang untuk meningkatkan pengalaman pengguna tanpa menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan terkait privasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Martin Adam dan Alexander Benlian (2023) menawarkan wawasan menarik tentang peran gaya percakapan dan pemicu resiprokal dalam meningkatkan pengungkapan informasi pengguna. Dengan menggunakan metode multi-eksperimen, mereka menguji bagaimana kedua fitur ini dapat memengaruhi keputusan pengguna untuk memberikan informasi pribadi, seperti alamat email. Dalam eksperimen lapangan yang melibatkan 386 peserta dan eksperimen online lanjutan dengan 182 peserta, ditemukan bahwa chatbot dengan gaya percakapan yang interaktif dapat meningkatkan komitmen pengguna secara bertahap. Hal ini sejalan dengan teori konsistensi, di mana pengguna cenderung merasa terdorong untuk tetap memberikan informasi ketika mereka telah memulai interaksi, terutama ketika pertanyaan diajukan satu per satu, mirip dengan percakapan manusia.

Selain itu, fitur pemicu resiprokal terbukti menjadi alat yang efektif dalam mendorong keterbukaan informasi pengguna. Ketika chatbot pertama kali memberikan informasi, seperti berbagi alamat email perusahaan atau data serupa, pengguna merasa lebih nyaman dan terdorong untuk membalas dengan informasi pribadi mereka sendiri. Ini berdasarkan prinsip dasar resiprositas dalam interaksi sosial, di mana satu pihak merasa wajib membalas tindakan pihak lain. Adam dan Benlian menunjukkan bahwa kombinasi dari gaya percakapan dan pemicu resiprokal tidak hanya meningkatkan pengungkapan informasi, tetapi juga memperkuat persepsi kehadiran sosial, yaitu perasaan bahwa pengguna sedang berinteraksi dengan entitas yang lebih manusiawi.

Namun, peningkatan pengungkapan informasi ini bukan tanpa tantangan. Penelitian ini juga menemukan bahwa kehadiran sosial yang meningkat dapat memicu kekhawatiran tentang privasi. Pengguna mungkin merasa terlalu terekspos atau khawatir tentang bagaimana data mereka akan digunakan. Dalam konteks IDA percakapan, penting untuk memahami bahwa meskipun fitur-fitur desain ini efektif dalam mengumpulkan informasi, mereka juga dapat memicu reaksi negatif jika tidak dikelola dengan baik. Misalnya, dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 oleh Benlian et al., ditemukan bahwa lebih dari 60% pengguna chatbot melaporkan kekhawatiran tentang penggunaan data mereka, terutama di bidang yang melibatkan informasi sensitif seperti keuangan atau kesehatan.

Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi oleh desainer sistem IDA adalah menemukan keseimbangan antara memaksimalkan interaksi percakapan untuk meningkatkan pengungkapan informasi, sambil tetap mempertimbangkan kebutuhan privasi pengguna. Pemahaman yang mendalam tentang cara pengguna merespons interaksi ini dapat membantu perusahaan merancang chatbot yang tidak hanya efektif dalam mengumpulkan informasi, tetapi juga menghormati privasi dan kepercayaan pengguna.

Penelitian Martin Adam dan Alexander Benlian (2023) memberikan gambaran mendalam tentang potensi chatbot dalam meningkatkan pengungkapan informasi pengguna melalui desain dialog yang strategis. Dengan memanfaatkan gaya percakapan yang interaktif dan pemicu resiprokal, chatbot dapat meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan pengguna. Namun, keberhasilan ini juga membawa tantangan baru terkait privasi. Pengguna semakin khawatir tentang bagaimana informasi mereka digunakan, terutama ketika chatbot meniru interaksi manusia yang dapat memicu perasaan terlalu terekspos. Oleh karena itu, penting bagi desainer sistem untuk menerapkan fitur-fitur ini dengan hati-hati, memastikan bahwa pengguna merasa nyaman dan aman saat berinteraksi dengan teknologi tersebut.

Dalam dunia yang semakin didorong oleh data, chatbot yang dirancang dengan baik dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk bisnis, baik dalam mengumpulkan data pelanggan maupun menyediakan layanan yang lebih personal. Dengan pasar IDA yang diproyeksikan mencapai lebih dari 290 miliar dolar AS pada tahun 2025, masa depan teknologi ini sangat cerah. Namun, keberhasilan jangka panjangnya akan sangat tergantung pada kemampuan penyedia layanan untuk menjaga keseimbangan antara keterbukaan dan perlindungan privasi pengguna.

Referensi

Adam, M., & Benlian, A. (2023). From web forms to chatbots: The roles of consistency and reciprocity for user information disclosure. Information Systems Journal, 34(4), 1175--1216. https://doi.org/10.1111/isj.12490

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun