Mohon tunggu...
Renata Sadewa
Renata Sadewa Mohon Tunggu... Wiraswasta -

"Hidup adalah Perjuangan penuh pilihan dengan segala resikonya dan Keraslah pada diri anda agar alam lunak pada anda".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korelasi Nilai Terhadap Harga Diri

3 November 2014   22:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:46 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nilai (value) menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara pribadi/sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, bukan konkret. Nilai hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan, dan hal-hal yang bersifat batiniah. Menilai berati menimbang, yaitu kegiatan manusia yang menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk mengambil suatu keputusan. Nilai harus dibangun pada diri Anda, terutama nilai positif yang harus dijaga dan ditingkatkan, sedangkan segala hal tentang nilai negatif yang menjadi parasit harus ditinggalkan. Nilai yang melekat pada diri Anda itulah yang disebut harga diri (self-esteem). Pembahasan selanjutnya saya kerucutkan ke permasalahan harga diri.

Harga diri adalah suatu nilai yang terdapat dalam diri dan dibangun atas dasar nilai-nilai positif. Seseorang dinyatakan memiliki harga diri tinggi ketika ia selalu memberikan nilai tambah dalam dirinya. Pengertian harga diri sebenarnya adalah suatu tingkatan di mana Anda menghormati diri Anda dan menganggap diri Anda penting, dan sangat berharga.

Nilai diri Anda tidak dapat diganti dengan uang atau apapun yang lain. Semakin berharga sesuatu di mata orang, semakin tinggi nilai jualnya. Ada berbagai macam contoh yang dengan mudah dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, harga emas pasti jauh lebih mahal dari pada perak. Emas 24 karat, jelas jauh lebih tinggi nilainya atau harga jualnya dibanding emas 18 karat.

Manusia juga punya “harga jual“ masing masing. Namun alangkah tidak etisnya bila manusia diberi label harga seperti halnya sebuah barang. Maka kata “harga jual” diperhalus dengan kata “harga diri”. Kalau menggunakan kata-kata “harga jual”, pasti ada yang menawar “wani piro ?”.



Saya tegaskan bahwa harga diri tidak dapat ditukar ataupun dibeli dengan apapun. Kalaupunitu terjadi, itu pasti orang tolol.

Nilai diri Anda yang sesungguhnya tidak diukur dengan instrumen berupa uang, harta, jabatan, status sosial, gelar ataupun popularitas. Ukuran ini tidaklah mutlak dan sementara sifatnya. Penghasilan ataupun harta tidaklah abadi. Hari ini harta masih ada, besok bisa lenyap.

Jangan minder, gelisah, atau menganggap bahwa nilai diri Anda kurang berarti sekalipun kondisi Anda seperti salah satu yang saya sebut di atas. Penghasilan sekecil apapun, bila didapat dengan cara yang benar, itu jauh lebih baik dari pada penghasilan besar yang didapat dengan cara tidak benar.

Penghasilan besar, tapi dari hasil penipuan, perampasan, atau pemerasan, bukanlah penghasilan yang perlu Anda kagumi. "Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan." Begitu juga harta yang didapat dengan cara tidak benar, gelar yang dibeli, dan popularitas yang semu, semua tidak ada artinya.

Proses menikmati hidup ini, tergantung bagaimana kita bersyukur. Seberapapun penghasilan kita kalau kita syukuri akan terasa nikmat. Karena kekayaan dan kebahagiaan tidak ada batasnya mendekati limit tak hingga. Percuma berlomba-lomba mengejar yang sesuatu yang tak ada batasnya, meskipun dengan kesederhanaan kita dapat bahagia. Belum tentu sesuatu yang melimpah itu mendatangkan kebahagiaan, mungkin yang ada berupa ancaman dan merasa tidak aman karena munculnya rasa iri. Dengan catatan kita bukanlah orang hedonis.

Sebanyak apapun penghasilan atau harta Anda, setinggi atau serendah apapun status sosial Anda, setinggi apapun gelar Anda, sehebat apapun popularitas Anda saat ini tidak bisa menggantikan harga diri Anda yang sesungguhnya.

Jaman sekarang sudah memperihatinkan, mengingat pemikiran orang sekarang bersifat materialisme. Segala sesuatu diukur dengan instrumen berupa uang. Harga diri seseorang dinilai dari seberapa banyak uang/kekayaan yang dimiliki. Bahasa jawanya” Wong sugih luwih diajeni tinimbang wong kere”. Itu dari sudut pandang pemikiran masyarakat sekarang, berbanding terbalik dengan persepsi Tuhan (bagi teis) bahwa Manusia yang lebih tinggi derajatnya (harga diri) yaitu orang yang bertaqwa dan banyak berbuat amal kebaikan, tapi semua itu tergantung hak prerogatif Tuhan juga. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalankan apa yang diperintahkan dalam kitabsuci kita masing-masing.

Namun, ini tidak berarti Anda dan saya menjadi pasif menerima diri kita apa adanya. Masih banyak potensi-potensi yang belum kita ketahui atau sadari dan yang belum terungkap. Kita mungkin belum menemukan diri kita yang sesungguhnya. Kita harus menggali nilai diri yang tersimpan dalam diri kita masing-masing.

Anda dan saya diberikan tugas untuk mengaktualisasikan potensi diri kita masing-masing. Kita harus mengasah dan mempertajam keahlian kita. Sebagai catatan penting bahwa kita tidak perlu berambisi mencari jati diri, tapi bagaimana kita mengkreasikan hidup kita. “Life isn't about finding yourself. Life is about creating yourself”. Saya yang menulis ini yakin bahwa dengan terus mengkreasikan hidup kita, di situlah nanti jati diri didapatkan. Tentu, pencarian identitas diri tidak berarti bahwa pada akhirnya kita akan selalu sama dengan orang lain.

Langkah-langkah sederhana untuk meningkatkan harga diri diantaranya: 1) Temukan tujuan hidup, tujuan memiliki pengaruh yang besar terhadap harga diri Anda, karena tergantung bagaimana Anda menulis rencana yang matang dan menggambarkan peta hidup. 2) Buat standar nilai, buatlah aturan tentang apa yang dianggap ideal untuk diri Anda dan usahakan untuk meningkatkan standar tersebut seiring dengan meningkatnya harga diri. 3) Bandingkan dengan orang lain, perbandingan ini untuk mengetahui seberapa baik yang telah kita lakukan. Bandingkan dengan orang-orang yang Anda anggap memiliki sikap positif/bukan negatif terhadap standar nilai yang Anda buat. 4) Realisasikan tujuan, pastikan poin-poin di atas berjalan baik untuk meraih prestasi dengan merealisasikan impian Anda. Ketika bisa merealisasikan tujuan Anda, maka Anda akan merasakan percaya diri yang tinggi dan di situlah Anda akan menghargai diri anda lebih.

Bila Anda sudah mengerjakan pekerjaan sesuai bakat Anda dengan sungguh-sungguh dan Anda mengikuti etika untuk manusia dan hukum alam, Anda sudah melakukan hal yang terbaik sekalipun penghasilan Anda kecil.

Tiap orang punya rezekinya masing-masing, tiap orang mendapat karunia masing-masing. Kita hanya perlu mengenal diri kita dengan mengoptimalkan kelebihan, mengatasi kelemahan, memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman di masa depan. Menerapkan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oportunities, Threats) dalam kehidupan. Mengaktualisasikan nilai diri kita, menemukan dan mengasah karunia dalam diri, dan setia menggunakannya. Dengan demikian, nilai diri yang tertanam dalam diri bisa di-implementasikan dalam proses kehidupan yang singkat ini. Hidup di dunia ini hanya sementara, hidup yang kekal ada di Akhirat. Contohnya seperti proses perjalanan hidup seorang wanita.

Waktu kecil nyanyi "Ambilkan BULAN bu"

Waktu ABG nyanyi "Aku datang BULAN bu"

Waktu dewasa nyanyi "Sembilan BULAN bu"

Waktu tua nyanyi "Panggil amBULAN bu"

Terima kasih, Semoga bermanfaat untuk Anda !!

#Djogja, 3-11-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun