Karena saya berasal dari Kepanjen maka, kali ini saya akan mengangkat tema sejarah kota Kepanjen. Awal mengetahui kisah ini karena ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, guru saya bercerita singkat tentang sejarah asal-usul mengapa kota tersebut diberi nama Kota Kepanjen. Selanjutnya akan saya jelaskan secara runtut pada tulisan saya kali ini.
Kota Kepanjen terletak pada Koordinat: 8.13189S 112.56128E, tepatnya pada bagian tengah selatan wilayah Kabupaten Malang. Kota ini diapit oleh tiga gunung besar, yaitu Gunung Semeru, Gunung Kawi, dan Pegunungan Malang Selatan. Dari beberapa sumber yang saya dapat ada beberapa versi mengenai asal-usul nama Kota Kepanjen ini. Untuk keterangan yang lebih lanjut berikut penjelasannya.
Raden Panji Pulang Jiwo merupakan Adipati Sumenep dari Madura yang namanya tidak bisa dilepaskan dengan sejarah Kota Kepanjen. Nama Raden Panji Pulang Jiwo dikenal sebab keberanian dan kesaktiannya saat tak mau tunduk pada pemerintahan Mataram. Raden Panji ini dikenal dengan kisah cintanya yang tragis bersama Putri Probo Retno. Dikisahkan pada masa kadipaten Malang yang dipimpin oleh seorang Adipati Ronggo Toh Jiwo, memiliki seorang putri yang bernama Roro Probo Retno. Putri adipati yang cantik jelita ini memiliki kesaktian yang luar biasa. Kisah cinta ini diawali pada saat Adipati Ronggo Toh Jiwo mengadakan sayembara yang barangsiapa dapat mengalahkan kesaktian putrinya, maka orang tersebut akan menjadi suami dari Roro Probo Retno. Raden Panji yang menjadi seorang adipati di Sumenep mengikuti sayembara itu. Singkat cerita Raden Panji yang ikut pada sayembara tersebut menjadi pemenangnya.Â
Dalam Kitab Babad Tanah Jawi Pesisiran dijelaskan bahwa adipati Malang dan seluruh adipati yang ada di Jawa Timur menolak tunduk pada Kesultanan Mataram. Karena adipati Malang dianggap melakukan pemberontakan terhadap kesultanan Mataram, maka Sultan Mataram memerintahkan adipati untuk menghadap padanya. Alih-alih memenuhi perintah dari Sultan Mataram, adipati Malang terlihat acuh tak acuh pada perintah tersebut. Karena tidak menghadap pada perintah tersebut, Sultanpun geram dengan mengirimkan pasukannya yang dipimpin oleh Joko Bodo. Pasukan Malang menyambut kedatangan pasukan tersebut di wilayah selatan yang dipimpin oleh Raden Panji dan Putri Probo Retno. Dan pada akhirnya terjadilah perang besar di wilayah tersebut. Terjadi perang tanding antara Putri Probo Retno yang melawan pimpinan pasukan Mataram, yaitu Joko Bodo. Sementara Raden Panji melawan pasukan-pasukan dari Kesultanan Mataram. Pada pertarungan sengit duel antara Joko Bodo dan Putri Probo Retno, pimpinan pasukan Mataram ini berhasil mengalahkan Putri Probo Retno dengan menancapkan keris pada tubuhnya. Pada saat itu Putri Probo Retno sempat diselamatkan, namun nyawanya tidak tertolong dan meninggal ketika perjalanan pulang menuju kadipaten.Â
Pada akhirnya dimakamkan secara Islam di wilayah yang sekarang terletak tepat di belakang kantor Dinas Pendidikan, Kabupaten Malang. Ketika mengetahui bahwa istri tercinta Raden Panji meninggal di tangan pimpinan pasukan Mataram, amarahnya memuncak. Dengan keberanian Raden Panji, beliau mengejar pasukan Mataram tanpa pikir panjang. Kala itu pasukan Mataram juga banyak yang terbunuh pada perang tersebut, dan pasukan yang tersisa mencoba melarikan diri ke hutan rimba yang saat ini bernama Desa Ngebruk. Tempat persembunyian pasukan Mataram ini tak lama kemudian dapat diketahui oleh Raden Panji melalui mata-mata Maka terjadilah perang tanding yang terjadi antara Joko Bodo dan Raden Panji. Akan tetapi Raden Panji dapat dengan mudah mengalahkan Joko Bodo disebabkan keris yang dimiliki oleh Joko Bodo telah hilang kesaktiannya. Hal tersebut terjadi disebabkan karena keris tersebut telah dipakai untuk menusuk Putri Probo Retno. Mengetahui kekalahan pasukan Mataram yang dipimpin oleh Joko Bodo, Sultan Mataram mengirimkan pasukan dengan jumlah yang lebih banyak dari pasukan awal. Pasukan ini tidak langsung menyerang Kadipaten Malang, melainkan menuju suatu tempat terlebih dahulu guna mengatur strategi untuk menghadapi kesaktian Raden Panji Pulang Jiwo.Â
Setelah meninggalnya Putri Probo Retno, Raden Panji mengalami guncangan jiwa akibat rasa bersalahnya. Raden Panji merasa berdosa karena tidak dapat melindungi istrinya yang seharusnya tinggal di Kadipaten dan tidak ikut berperang. Setelah melalui pertimbangan yang matang akhirnya pasukan Mataram menemukan strategi jitu untuk melumpuhkan Raden Panji Pulang Jiwo. Mereka membuat panggung yang di atasnya terdapat putri Mataram yang memiliki wajah mirip dengan Putri Probo Retno yang tak lain istri dari Raden Pulang Jiwo. Panggung itu dirancang dengan adanya tangga untuk naik pada panggung tersebut dan terdapat jebakan berupa sumur yang sangat dalam. Pada suatu hari diundanglah Raden Panji untuk menemui Putri Probo Retno yang palsu itu. Raden Panji yang merasa galaunya berkurang karena adanya Putri Probo Retno yang palsu ini akhirnya menuju pada panggung dengan diiringi tembang Asmaradana. Ketika hendak menuju panggung dengan naik tangga, Raden Panji terkejut dengan jebakan tersebut dan langsung terperosok pada lubang sumur yang telah dirancang itu. Beberapa pasukan Mataram mendekat pada bibir sumur untuk membunuh Raden Panji. Selanjutnya jenazah Raden Panji dimakamkan di daerah yang bernama Kepanjian yang saat ini bernama Kepanjen, sebagai simbol perlawanan Adipati Malang kepada Kesultanan Mataram.
Demikian asal-usul nama Kota Kepanjen yang dapat saya jelaskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H