Tempat Pembuangan Sampah Terbesar di Indonesia
Bantar Gebang dan Kehidupan Sekitarnya
Bantar Gebang adalah nama tempat pembuangan sampah terbesar di Jakarta. Bukan hanya sebagai tempat pembuangan sampah, tetapi juga menjadi tempat tinggal bagi ribuan orang yang mengobrak-abrik sampah dari kota-kota besar setiap harinya.
Sampah yang setinggi lutut, mereka berdiri diantara sisa-sisa yang menyengat hidung. Dikelilingi kotoran, sisa-sisa makanan, dan plastik yang sudah membusuk, mereka menggali sampah dengan sebuah besi dengan ujung yang runcing atau dengan tangan kosong. Setiap hari para pemulung memanjat tumpukan sampah dengan harapan menemukan sesuatu yang berguna untuk dijual kembali. Dari situlah mereka bertahan hidup.
Di Tempat Pembuangan Sampah Bantar Gebang yang terletak didekat Ibukota Indonesia, Jakarta, tinggi sampah sudah mencapai sekitar 40 meter. Dengan luas yang hampir sebesar 200 lapangan sepak bola, Bantar Gebang merupakan Tempat Pembuangan Akhir terbesar di Indonesia.
Menurut Bank Dunia, 440 juta ton sampah diproduksi di Asia setiap tahunnya yang merupakan 36,7 persen dari sampah dunia. Baru dari Jakarta saja sampah yang dihasilkan mencapai hingga 10.000 ton setiap harinya. Namun secara keseluruhan di Indonesia, hanya 1,9 persen sampah yang didaur ulang, sisanya dibuang ke TPA.
Penduduk yang telah bermukim di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Bantar Gebang, secara resmi ada sekitar 6.000 orang, namun warga setempat meyakini jumlah dilapangan jauh lebih banyak. Mereka sudah lama mengeluhkan bau busuk yang sangat menyengat dan membayangi kehidupan mereka serta gangguan-gangguan kesehatan yang mereka derita. Dikarenakan oleh air yang telah sangat tercemar dan sama sekali tidak dapat digunakan lagi oleh penduduk yang tinggal disekitar Bantar Gebang.
Bahkan anak kecil pun harus ikut mengulurkan tangannya. Setelah pelajaran sekolah yang diadakan disalah satu kampung didekat Bantar Gebang, anak-anak langsung pergi ke tumpukan sampah untuk membantu orangtua mereka karena anak-anak tidak mempunyai pilihan lain selain membantu mencari sampah.
Pandemi Covid-19 juga memperparah keadaan bagi para pemulung. Ditutupnya TPA karena Regulasi Covid-19, menimbulkan keresahan bagi banyak warga yang khawatir dengan sumber pendapatannya yang sempat terhenti dikarenakan selama masa pandemi kebanyakan dari mereka harus tinggal dirumah. Oleh karena itu, sumber pendapatan mereka dari menjual plastik-plastik berkurang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H