Mohon tunggu...
RENARD BERY
RENARD BERY Mohon Tunggu... -

Perbuater, volunteer,writer,,\\r\nFOLLOW TWITTER @RenardBery

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filsafat Immanuel Kant versi Pemahaman Kelas User (Pemula)

5 Juni 2012   16:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:22 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

my blog: www.berbuat-tidakmesti-hebat.blogspot.com

twitter> @renard_jugul

Motto pencerahan adalah “berani mengetahui”, ini saya ketahui dari buku sebuah buku filsafat bagi pemula dari sang tokoh filsuf hebat kenamaan Immanuel Kant. Berani mengetahui adalah kemampuan bertindak yang akhirnya menimbulkan dampak bagi pribadi kita. Dan hasilnya sudah pasti biasa di sebut dengan pengalaman. Dalam tindakan “mengalami” di dalam keseharian kita menjadi makhluk sosial, ada baiknya kita berpegang pada prinsip Moral. Dalam pertanyaan moral  yang nantinya akan berisikan tindakan kita harus punya pertanyaan :

“ apa perbedaan antara orang yang bertindak secara moral dengan yang tidak? apa yang akan anda katakan?

Kant yakin akan pentingnya pertanyaan seperti ini. Di dalam menanyakannya, ia menunjuk pada dua macam tindakan :

●    Tindakan yang di lakukan bertolak dari “kecendrungan”

●    Tindakan yang di lakukan bertolak dari suatu rasa “kewajiban”

Bila saya bertindak karena kecendrungan, maka saya bertindak berdasarkan selera atau pilihan. Contoh yang lagi hangat-hangatnya sekarang adalah kasus korupsi di jajaran tinggi dewan perwakilan rakyat. Mereka yang terkena kasus pastilah bertindak berdasarkan selera. Selera memiliki kekayaan karena ingin menikmati dunia ini dengan lebih terlihat sempurna. Baik itu memiliki harta , uang dan benda yang pastinya mewah, dengan cepat dengan menilap. “kecendrungan” harus di bedakan dengan “kewajiban”. Suatu kewajiban adalah apa yang harus di kerjakan, apa pun kecendrungan saya. Kant dengan tegas menolak suatu moralitas yang menekankan kecendrungan saja. Menurutnya, moralitas berkaitan erat dengan tugas dan kewajiban seseorang, dan tergantung pada keberadaannya sebagai pelaku bebas yang tidak dipaksakan untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang memakai helm karena ia takut tertangkap, bukanlah orang bermoral. Hanya bila seseorang memahami bahwa ia harus menaati hukum karena ada kewajiban moral untuk melakukannya dialah seorang yang bermoral asli.

Maka, manusia harus berusaha untuk memperkembangkan “kehendak baik” sehingga mereka bertindak sesuai dengan ketetapan-ketetapan budi— bila mereka melakukan ini, mereka akan bertindak secara moral.

saya jadi tergoda untuk berspekulasi mengenai dua pertanyaan mengenai kecendrungan dan kewajiban versi Kant tersebut. Saya anggap, saya sekarang sebagai seorang ayah atau bunda. Apakah sebagai seorang ayah-bunda kita hanya berkewajiban memberikan sekolah dan kebutuhan sehari-hari yang baik kepada anak kita ? Saya pernah dengar tetangga saya berteriak marah-marah kepada anaknya ketika anaknya tidak lagi becus sekolah ataupun kuliah, karena pengaruh obat-obatan terlarang, sex bebas, maling, dan bermacam perbuatan yang melanggar moral. Atau mungkin terlalu bodoh. Nah, dengan dalih yang sempurna sebagai orang tua kita sering memposisikan diri kita sebagai orang yang harus “di iyakan” dan “di benarkan”, karena, toh, memang kitalah yang mengeluarkan keringat untuk biaya pendidikan tersebut. Kesempurnaan posisi tadi tentunya menjadi pertanyaan. Pertanyaannya “ apakah tujuan ketika kita memberikan pendidikan kepada anak, kita sebenarnya berharap dia menghormati dan syukur-syukur kalau berprestasi membuat kita “besar hidung” di lingkungan sosial kita sebagai orang tua? Ataukah, kita memberikan pendidikan tersebut karena memang kita tahu pendidikan akan mengembangkan kemampuan, karakter dan kesempatan bagi sang anak ? atau lebih dalam lagi, itu merupakan tanda “kasih sayang” kita kepada sang anak ?

Bagaimana kalau saya posisikan diri saya sebagai seorang anak : Apakah ketika saya berpendidikan baik adalah suatu kewajiban yang menghormati orang tua saja ? Lulus dengan baik adalah tujuan utama, bukan lagi smuangatz mengetahui, siapakah saya ? atau lebih dalam lagi : Mau jadi karakter seperti apakah saya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun