Mohon tunggu...
RENARD BERY
RENARD BERY Mohon Tunggu... -

Perbuater, volunteer,writer,,\\r\nFOLLOW TWITTER @RenardBery

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Segelas Susu Coklat atau Kopi Hitam Pekat II?

11 April 2012   15:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:45 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cincin yang melingkar di jari manis, benarkah bisa sebagai tanda ikatan kesetiaan ? benarkah kesetiaan, lebih baik dari pada rentetan perbuatan baik ? atau jangan-jangan itu hanya menandakan bahwa seseorang yang memakainya tidak lagi “available”? alias sudah ada yang mendampingi resmi, tercatat di departemen. Tapi, kalau di lihat dari sejarah kita sebagai orang Asia, saya belum menemui asal-muasal ritual cincin ini. Tapi, yang pasti saya ketahui ritual ini biasanya membahagiakan. Saya kira dalam hal ini kita kebanyakan pasti sepakat. Saya juga pernah melihat menonton sebuah acara dunia binatang, dimana seekor serigala dan sejenis turunannya, sering juga memberikan sebuah tanda pada daerah kekuasaanya dengan mengencingi. Ini juga saya kira sebuah ritual hewan, yang sangat alamiah memberikan peringatan kepada sesamanya untuk menghormati hak daerah kekuasaannya. “alam takambang jadi guru”, adalah nasehat dari manusia pulau Andalas, yang artinya paling tidak mengajarkan bahwa alam yang luas di semesta ini, bisa menjadi semacam kebijaksanaan berbuat. Saya tidak tahu apakah ada korelasi cara binatang tersebut dengan penyematan cincin pernikahan. Tapi, yang paling mungkin kesamaannya adalah tanda atau simbol yang menunjukkan suatu “kekuasaan” yang tidak bisa di ganggu gugat lagi. Tentu sangat mengesalkan sedikit, menyamakan ritual tanda kekuasaan binatang dengan pernikahan yang katanya juga kekuasaan, tapi lebih ke kesucian ikatan. Apakah kesucian ini, karena di hubungkan dengan kesetian yang di naungi dengan kitab suci ? saya kira jawabannya: Ya. Tarian dalam pikiran saya mendadak ingin mengajak berkarya ilmiah dalam pembuatan kopi yang sering saya lakukan. Saya rasa ini sama dengan spiritz “alam takambang jadi guru” tadi, walaupun hanya mengenai kopi. Paling tidak ada 6 rentetan lekuk perbuatan jasmani saya dalam membuat secangkir kopi yang beraroma nikmat. Begini rentetannya:

●Pertama saya pasti mempersiapkan gelas dan      sendok.

●Kemudian saya memastikan kopi dan gula

●Mempersiapkan memasak air panas

●Menakar kopi dengan gula

●Menyeduhnya dengan air panas sambil menikmati aroma the first

●Memastikan selera kopi detik itu juga

Ini biasanya di lakukan bagi pengopi tradisional alias kopinya bukan kopi instant yang sering di iklankan. Nah, dalam hubungan perihal ritual ini dengan ritual penyematan cincin pernikahan, saya kira ada kemiripan tujuan. Mari kita bedah dengan sederhana. Mudah-mudahan mengena.

●Pertama saya pasti mempersiapkan gelas dan sendok.

Nah, ketika kita ingin orang sopan kepada kita, kita sebaiknya melakukannya terlebih dahulu. Mirip dengan mencari yang mau di sematkan cincin pendamping hidup, kalau kita ingin yang rendah hati, ya sebaiknya kitalah yang rendah hati terlebih duhulu. Mau setia, ya kita setia terlebih dahulu. simplenya, kita yang “menjadi” mempersiapkan diri terlebih dahulu. Selalu yang pertama melakukan yang utama.

●Kemudian saya memastikan kopi dan gula

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun