Mohon tunggu...
Renanda Nvs
Renanda Nvs Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobinya Nonton DraKor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relevansi Pemikiran Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara pada Kurikulum Merdeka Belajar

12 Desember 2023   12:40 Diperbarui: 12 Desember 2023   12:41 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hello friends!! Jadi sesuai judulnya aku disini akan memberitahukan tentang relevansinya. Sebelum ke relevansinya, gimana kalau kita bahas atau mengingat kembali siapa itu Ki Hajar Dewantara???

Okay, so siapa sih yang ga kenal sama Ki Hajar Dewantara? Yes, that's right.  Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Indonesia, perjuangannya dalam mendirikan sekolah-sekolah agar rakyat Indonesia pada saat itu mendapatkan pendidikan yang layak. Eittss wait--wait guys, kalian tau ga nama asli dari Ki Hajar Dewantara?, sini aku kasih tau jadi nama aslinya itu Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau lahir pada tanggal 2 mei 1889 di keluarga terpandang di keraton daerah Yogyakarta. Sebagai keturunan bangsawan ia mendaptkan hak untu mengenyam pendidikan yang layak dari kolonial Belanda.  Ki Hajar Dewantara mulai sekolah di ELS (Europeesche Lagere School), lalu meneruskan pelajarannya ke STOVIA (sekolah dasar Daerah Yogyakarta). Dikarenakan sakit, ia tidak bisa meneruskan pendidikannya di STOVIA. Walaupun begitu beliau tidak menyerah, ia mulai menulis untuk beberapa surat kabar dan aktif di berbagai kegiatan sosial dan politik.

Sindiran Ki Hajar Dewantara melalui tulisannya dalam beberapa surat kabar menyulut kemarahan Belanda, puncaknya Gubernur Jenderal Idenburg memerintahkan agar Ki Hajar Dewantara beserta kedua rekannya yaitu Dr. Douwes Dekker dan Dr. Cipto Manguoenkusumo diasingkan ke Pulau Bangka tanpa proses peradilan terlebih dahulu. Masa pengasingkan tersebut tidak disia-siakan oleh Ki Hajar Dewantara, ia mendalami bidang penddikan dan pengajaran, hingga akhirnya memperoleh sertifikat Europeesche Akte.

Sekembalinya ke tanah air pada tahun 1918. Ki Hajar Dewantara bersama rekan-rekan lainnya mendirikan Onderwijs Institut Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Taman Siswa tersebut merupakan sebuah perguruan bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan, cinta tanah air, dan semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Pada tahun 1957 ia mendapatkan gelar Doktor kehormatan (Doctor Honoris Causa) dari universitas tertua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasanya dalam merintis pendidikan umum ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata.

Nah kan tadi udah bahas tuh tentang perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam merintis pendidikan masa itu. Tapi kalian tau ga nih friends?,  ada 3 semboyan dalam dunia pendidikan yang merupakan konsep untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik. 3 semboyannya yaitu:

  • Ing Ngarsa Sung Tuladha: Guru atau pendidik harus menjadi teladan bagi semua siswa.
  • Ing Madya Mangun Karsa: Pendidik harus mampu menciptakan ide untuk siswa.
  • Tut Wuri Handayani: Pendidik harus mampu mendorong dan memimpin siswa.

Okay, sekarang kita bahas yuk tentang relevansi. Relevansi itu apa sih? Relevansi adalah keterkaitan atau kesesuaian antara kurikulum dalam dunia pendidikan dengan dunia luar yang telah dirancang dengan teratur guna menghadapi perkembangan atau tuntutan hidup yang ada di masyarakat (jurnal: eprints.uny.ac.id).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengusulkan konsep pendidikan yang disebut "Merdeka Belajar". Konsep ini terkait dengan gagasan Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan harus memerdekakan manusia dalam segala aspek kehidupan mereka: fisik, mental, fisik, dan spiritual. Selain itu, ia menekankan pentingnya memberikan kemerdekaan dalam belajar, yang berarti bahwa siswa harus diberi kebebasan untuk mengembangkan minat, bakat, dan potensi mereka secara maksimal. Konsep belajar merdeka ini sejalan dengan gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya meningkatkan budi pekerti. Dengan demikian, konsep ini tidak hanya membebaskan guru dan siswa, tetapi juga mendukung gagasan Ki Hajar Dewantara tentang memerdekakan manusia melalui pendidikan.meningkatkan kecerdasan peserta didik sambil memperhatikan kesehatan mereka.

Kebijakan belajar bebas, yang disampaikan oleh Nadim Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan bahwa guru harus memiliki kebebasan untuk memerdekakan siswanya. Kebijakan ini mencakup hal-hal berikut:

  • (USBN) akan digantikan oleh penilaian sekolah yang dapat dilakukan secara menyeluruh sesuai keinginan guru, memberikan guru lebih banyak kebebasan untuk menilai hasil belajar siswa mereka.
  • (UN) akan diubah menjadi penilaian kompentensi minimum.
  • Menyederhanakan RPP, guru akan memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran.
  • Sistem zonasi akan memberi pemerintah daerah, sekolah, dan guru lebih banyak wewenang untuk menentukan proporsi wilayah zonasi.

Jadi tahukan kenapa kurikulumnya berubah? Tenang friends semua itu ada tujuannya, ada sisi positif dan negatifnya. So sekarang tugas kita sebagai pelajar yaitu membuat Indonesia menjadi negara yang maju dan berkembang ditengah teknologi digital saat ini. Mari lanjutkan perjuangan para pahlawan dengan belajar yang giat demi semua anak-anak di Indonesia agar mendapatkan pendidikan yang layak. Sekian trimakasi🙂🙃

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun