Mohon tunggu...
Renaldy Sitepu
Renaldy Sitepu Mohon Tunggu... Lainnya - Seleb WA

Slow But Sute

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Daring Belum Efektif di Indonesia

27 Juli 2020   13:50 Diperbarui: 27 Juli 2020   13:51 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

      Pemerintah masih akan menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan juga dalam jaringan (daring) pada tahun ajaran baru 2020 - 2021 yang akan datang. Menurut saya ada beberapa hal harus diperhatikan agar kegiatan belajar mengajar bisa efektif. Menurut saya, di satu sisi pembelajaran daring memiliki kelebihan tersendiri. Di salah satu perguruan tinggi di Inggris yang menerapkan pembelajaran daring, mahasiswa menjadi lebih mudah menyusun materi yang ingin dipelajarinya sendiri. Selain itu, pembelajaran bisa disesuaikan dengan kecepatan menyerap materi masing-masing.   

      Walaupun demikian, pembelajaran daring juga memiliki kelemahan yang harus diperhatikan. Khususnya di Indonesia yang pada Juli 2020 akan memulai tahun ajaran baru kemungkinan besar masih menerapkan pembelajaran daring. Pembelajaran daring memerlukan persiapan dari guru dan siswa lebih banyak. "Misal pada pelajaran tertentu yang memerlukan instant feedback. Karena tidak adanya mekanisme instant feedback maka persiapan guru harus ekstra. Hal kedua yang harus diperhatikan adalah penyesuaian materi ajaran yang tidak sefleksibel apabila mengajar langsung di kelas. Sebab, ketika pembelajaran dilakukan langsung di kelas dan siswa belum mengeri, maka guru bisa langsung mengubah materi agar sesuai dengan yang tidak dimengerti.

      Masalah ketiga yang harus diperhatikan adalah belajar dari rumah membutuhkan kejujuran dan disiplin tinggi. Ia memahami kondisi di rumah berpotensi untuk mengganggu konsentrasi seseorang yang sedang belajar. Belajar di rumah juga bisa menimbulkan perasaan terkucilkan, karena tidak bertemu dan tidak berinteraksi sosial dengan siswa lainnya. Sehingga makin sulit mengidentifikasi siswa yang tertinggal.

      Dan masalah yang paling harus diperhatikan yaitu pemerintah harus memberikan solusi kepada masyarakat menengah kebawah, ada banyak siswa yang kurang mampu dan tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar jarak jauh karena keterbatasan ekonomi. Mereka tak punya alat penunjang seperti smart phone (telepon pintar) ataupun komputer sekalipun.

      Sejumlah negara termasuk Indonesia, telah melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran virus Corona (Covid-19). Salah satu langkah yang dinilai cukup efektif ialah dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Aturan tersebut, di antaranya membatasi sejumlah aktivitas di luar rumah. Hal ini juga berlaku untuk kegiatan belajar mengajar yang akhirnya menutup sekolah untuk sementara waktu. Kebijakan ini dilakukan sejak wabah tersebut meluas ke berbagai daerah di Indonesia.

      Sebagai gantinya, para siswa diwajibkan belajar dari rumah dengan metode pembelajaran jarak jauh berbasis online. Untuk mereka yang berlatar belakang dari keluarga mampu secara finansial, kebijakan ini tentu bukanlah masalah. Namun sebaliknya, untuk siswa dari keluarga kurang mampu hal itu tentu saja menjadi persoalan baru.

"Ini bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak setiap saat kalau kita tidak bisa mengidentifikasi siswa yang tertinggal,"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun