Pemuda Indonesia yang hidup saat ini adalah pemuda yang berada ditengah era globalisasi. Kita dihadapkan oleh berbagai perubahan dan perkembangan zaman yang secara tidak langsung memaksa kita untuk dapat bertahan di era globalisasi tersebut. Perkembangan zaman yang sering kita sebut sebagai era globalisasi nampaknya telah membangun pola pikir masyarakat yang dinamis dan realistis. Akan tetapi, pola pikir ini tidak dibarengi dengan rasa nasioanalisme. Akibatnya, kebanyakan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang individualistis. Dengan kata lain, untuk memikirkan diri sendiri saja sudah susah, apalagi memikirkan Indonesia?
Kehidupan sekarang adalah kehidupan yang kian menyibukan. Target individu adalah sebuah profesi. Mereka yang belajar dan bekerja kebanyakan bertujuan untuk mendapatkan jenjang karir yang baik yang mana dapat menghantarkan mereka untuk menggapai kehidupan masa depan yang sejahtera. Tidak ada orientasi kemajuan bangsa, asal bisa sejahtera itu saja cukup. Hal ini wajar terjadi karena mereka tidak sedang merasa dijajah. Beda halnya dengan masa penjajahan. Masyarakat yang terjepit akan situasi yang pelik membentuk masyarakat yang kritis. Oleh karena itu, banyak hal seperti pemberontakan, peperangan, serta perkumpulan sebagai alat pemersatu bangsa untuk sebuah kemerdekaan. Tapi kini rasa nasionalisme telah terkubur oleh pembaharuan zaman, yakni globalisasi.
Bicara soal perubahan zaman, bicara soal siapa yang terkena efek tersebut. Ya, mereka adalah pemuda. Mengapa? Pembaharuan zaman lahir saat pemuda Indonesia tumbuh. Globalisasi dengan apik menenggelamkan sejarah. Pemuda memang belajar sejarah, tapi kebanyakan mereka tidak mampu mengaplikasikan sejarah tersebut dalam kehidupanya. Sejarah yang penuh dengan perjuangan menyeluruh berubah menjadi perjuangan individu. Hal ini tidak lah salah, akan tetapi keadaan ini dapat mengeroposkan persatuan bangsa.
Minimnya Kesadaran Pemuda untuk Berbicara Politik
Setelah efek globalisasi yang menenggelamkan kesadaran politik, pemuda semakin terpukul oleh keadaan politik saat ini. Kini, ulah pemimpin-pemimpin negeri mulai mengacau, mulai menyebarkan bibit pesimisme bagi pemuda. Lihalah setiap hari yang kita lihat di televisi, radio, maupun koran selalu memuat berita tentang korupsi, pemberontakan dimana-mana, serta kasus kriminal yang mengerikan. Berita-berita tersebut membuat pemuda menjadi bosan karena berita itu terus yang diperbincangkan. Akibat dari kebosanan tersebut, pemuda menjadi alergi politik. Pemuda kemudian memilih jalan hidup yang praktis yakni dengan menyampingkan pikir mereka untuk membahas politik. Parahnya adalah jika mereka berfikir bahwa urusan politik adalah urusan orang dewasa saja, pemuda belum berpengalaman dan tahu betul apa itu politik. Atau jika beropini pun, itu tak berefek.
Contoh konkretnya ialah apa-apa yang dicurahkan anak muda kebanyakan bertema cinta. Isi timeline twitter maupun facebook didominasi oleh tema percintaan. Memang tidaklah dilarang, akan tetapi ada baiknya pemuda juga peka terhadap perkembangan politik kontemporer. Setidaknya, tema percintaan tidak menjadikan anak muda menghilangkan kesadaran politiknya. Karena jika semakin hari seperti ini, tidak menutup kemungkinan bahwa pemuda yang hidup di masa depan tidak belajar dari sejarah karena memang mereka tidak tahu betul apa yang terjadi.
Padahal, jika kita tarik sejarah, dahulu dengan rakyat yang tersebar dimana-mana tanpa alat komunikasi yang canggih, nampaknya mustahil untuk mengabarkan semangat perjuangan dan persatuan. Akan tetapi, dengan gerakan sumpah pemuda, pemuda-pemuda Indonesia berhasil mempersatukan bangsa yang terkotak-kotak. Oleh karena itu, kita sebagai pemuda dengan segala fasilitas teknologi yang sangat maju seharusnya bisa lebih mengembangkan pemikiran, gagasan, serta ide-ide untuk kemajuan Indonesia.
Kita tidak bisa menampik bahwa cara kehidupan dunia artis telah membentuk ketertarikan kuat khususnya pada kalangan muda. Idola-idola baik dari bidang film, musik, juga modeling telah memberikan daya tarik kepada pemuda. Akibatnya, isu-isu politik dianggap sebagai isu yang berat. Isu politik tidak menjadi ketertarikan dan layak untuk dikritisi. Kebanyakan mereka menganggap bahwa anak muda tidak ada pada bidang tersebut. Hal ini sungguh sangat disayangkan mengingat Indonesia adalah negara demokrasi, yakni siapapun mereka berhak menyalurkan aspirasi, termasuk anak muda.
Pentingnya Pemuda Berbicara Politik
Takut beraspirasi sama saja mengurung diri dalam kebebasan. Bagaimana tidak? Ruang demokrasi terbuka luas, lalu apa lagi yang menghambat kita untuk beraspirasi? Apakah karena aspirasi hanya sebuah omong kosong belaka? Lalu membuat kita menjadi enggan untuk menyatakan pendapat? Rasanya ini adalah pandangan yang harus diubah.
Pemuda tidak lagi dapat dijadikan “Anak Bawang” mengenai peranya dalam kemajuan bangsa. Hal itu terbukti pada masa perjuangan bangsa menuju kemerdekaan. Ketika golongan muda memberikan sumbangsih pada penculikan Soekarno, bukan tanpa alasan dan perhitungan, mereka memiliki tujuan dibalik itu semua, yakni kemerdekaan. Itulah mental pemuda Indonesia.
Saat ini, Indonesia dihadapi gemuruh perpolitikan. Melihat sejarah tadi, apakah kita sebagai pemuda hanya diam manis melihat berita dan hanya bisa kesal dalam diri? Tidak! Kita sebagai pemuda harus mampu tanggap dalam melihat situasi politik. Sejarah pemuda Indonesia bukanlah pemuda yang loyo, tetapi pemuda yang tangguh, pemuda yang mau berkorban, serta pemuda yang apik dalam memberikan gagasan. Oleh karena itu, kita harus mendulang kembali semangat kepemudaan. Jangan sampai pemuda hanya dijadikan alat adu domba antara musuh dan lawan politik.
Selain itu, seiring dengan globalisasi, jangan pula menenggelamkan semangat pemuda dalam berbicara politik. Sejatinya, negara yang maju bukan hanya karena pemerintahan yang baik, tapi juga karena masyarakat yang baik pula. Maka dari itu, peran masyarakat khususnya pemuda harus digodok dalam rangka mempertahankan peran politik pemuda di era globalisasi.
Dengan pemuda berbicara politik, artinya memberikan pemahaman kepada pemuda tentang apa-apa yang dianggap baik dan buruk serta apa-apa yang dapat memajukan dan meruntuhkan negara. Setidaknya, pemuda mampu membaca situasi politik Indonesia yang penuh dengan tipu daya. Salah satu contoh, sekarang ini banyak bakal calon presiden tahun 2014 yang secara tidak langsung berkampanye meskipun belum saatnya. Bagaimana bakal calon itu bisa berkampanye? Ialah dengan melahirkan citra-citra kepada rakyat. Apalagi, beberapa media dimiliki oleh petinggi-petinggi partai ataupun aktor politik. Dengan itu, jalanya untuk memberikan citra positif kepada rakyat semakin mudah. Tujuanya jelas, yakni agar diingat rakyat dan memperoleh pandangan positif yang mana dapat menghantarkan kemenangan dalam pemilihan umum kelak.
Menanggapi persoalan diatas, inilah alasan betapa pentingnya pemuda berbicara politik. Ketika berbicara politik, artinya kita meningkatkan kepekaan dalam menanggapi situasi politik. Ketika mampu menanggapi, kita tidak lagi dapat dibodoh-bodohi oleh pemberitaan yang berlatar kepentingan politik semata.
Selain dapat menentukan sikap, berbicara politik atau mengaspirasi juga dapat menentukan kebijakan publik. Dalam menentukan kebijakan publik, memang orang-orang di pemerintahanlah yang berbuat. Lalu, tidak menjadikan kita sebagai pemuda dan warga negara Indonesia hanya mengangguk-angguk dalam menanggapi kebijakan yang mereka buat. Kebijakan ialah persoalan rakyat. Pemuda harus mampu beraspirasi dan memberikan gagasanya bila mana kebijakan tersebut dapat mensengsarakan rakyat.
Bisa kita bayangkan jika aspirasi pemuda punah. Tidak ada lagi penghargaan akan gagasan pemuda dan parahnya, generasi tua akan selalu menganggap remeh pemuda. Akibatnya, sikap politik pemuda dapat diadu domba yang dapat memunculkan kesenjangan yang menimbulkan keos antara kelompok satu dengan lainya.
Mengaspirasi di negara Demokrasi
Negara Indonesia ialah negara demokrasi, artinya siapapun berhak memberikan pendapatnya dimuka publik. Namun, harus digaris bawahi bahwa hak ini juga perlu diatur. Mungkin banyak diantara masyarakat menganggap bahwa menyalurkan aspirasi ialah berdemo, tapi di Indonesia demo identik dengan kekerasan baik dari pihak keamanan maupun pihak pendemo. Atas dasar inilah mengapa perlu ada pengaturan dalam menyalurkan aspirasi.
Hal yang paling awal, kita harus tahu betul bagaimana kita beraspirasi. Mungkin demo bisa menjadi salah satunya, asalkan kita tahu betul alasan mengapa kita berdemo. Karena sekarang ini banyak demo yang dibayar atau diprovokasi oleh pihak-pihak tertentu. Jika terprovokasi, munculah kekerasan. Jadi harus tahu betul mengapa dan bagaimana kita berdemo agar aspirasi terarah dan tertuju dengan baik.
Selain berdemo, memberikan gagasan, ide, atau pemikiran diruang media seperti dikoran, media sosial, atau blog-blog juga dapat dikatakan sebagai mengaspirasi. Dengan menulis, kita senantiasa menjadi pemikir, dan dengan berfikir kita dapat memberikan pengaruh bagi yang lain. Dengan kata lain, pemikiran tersebut bisa dapat dijadikan ruang diskusi dan tidak menutup kemungkinan membentuk opini-opini publik.
Pada intinya, kita mengaspirasi demi merubah suatu hal yang tidak baik menjadi lebih baik. Mengaspirasi ialah awal dari masyarakat politik. Mengaspirasi bukan hanya sekedar memberikan pendapat, tapi mengaspirasi dapat memberikan sebuah pengawasan bagi kinerja pemerintah.
Terwujudnya negara demokrasi ialah bagaimana masyarakat disuatu negara dapat secara aktif memberikan peranya dalam menentukan nasib suatu negara. Bukan semata-mata masyarakat bisa duduk tenang dan merelakan urusan negara kepada pemerintah.
Oleh karena itu, sudah saatnya pemuda Indonesia bangkit bersama dalam memberikan peran. Memang kita tidak dapat menghindar dari era globalisasi yang mana dapat menyurutkan rasa nasionalisme kepada pemuda, akan tetapi marilah berfikir bagaimana memanfaatkan globalisasi menjadi alat pemersatu bangsa dengan sikap kritis demi terwujudnya pengawasan kinerja pemerintah dengan tujuan memajukan bangsa dan negara Indonesia.
Ditulis Oleh : Renaldy Akbar, Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI