Mohon tunggu...
Renaldi Wicaksono
Renaldi Wicaksono Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan

I'm using Kompasiana to build digital relationship with people who loves Travelling, Short Story, Movies, Start Up, Social Project, and Psychology

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sanggupkah Kau Memberi Seberkas Cahaya?

16 Februari 2014   05:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat saya berkendara di sekitaran daerah Pejaten menuju Pasar Minggu, saya melihat sebuah spanduk banner kecil menempel di lampu-lampu lalu lintas. Pesannya kira-kira begini “Jadilah lilin yang menerangi sekelilingnya”. Pesan itu terus melekat di benak saya sepanjang perjalanan. Saya kembali teringat oleh seorang petugas pembersih jalan yang biasa bekerja di daerah Plumpang, Jakarta Utara.

Waktu itu saya sedang berada di Metromini yang penuh sesak. Beruntung saya masih bisa duduk manis di samping jendela. Udara sore Jakarta masih menyisakan panas yang membuat dahi ini terus mengeluarkan keringat. Kondisi ini juga diperparah oleh situasi jalanan di daerah Plumpang dimana puluhan truk Kontainer siap menggilas siapapun yang menghalangi jalannya. Ditambah ratusan pengguna sepeda motor yang ikut-ikutan berhenti mangkrak. Suara klakson terdengar bersahut-sahutan seolah memamerkan siapa yang paling menjadi objek penderita dari kemacetan ini. Sampai datangnya suatu suara yang membuat kami semua ingin menoleh ke arahnya.

Pria tua itu dengan asiknya terus menyapu jalanan. Sesekali ia duduk di pinggir badan jalan sekedar melepas letihnya. Kemudian ia menandungkan sebuah lagu yang membuat kita semua yang mendengarnya menjadi tersenyum. Di sela-sela lagu ia juga membacakan sebuah puisi yang maknanya sendiri mungkin hanya ia yang tahu. Yang jelas setiap pengendara lalu lintas langsung menghentikan klaksonnya saat itu. Penyapu jalanan ini mampu menghibur kami semua. Disaat kami semua terus mengeluh macet yang tiada henti, sedangkan pria ini masih dapat bergembira atas pekerjaan yang dilakukannya. Dengan senandung sederhana, sebuah lambaian, dan wajah tuanya yang senantiasa tersenyum, dia telah mengubah perilaku saya dan saya kira perasaan seluruh pengendara untuk menjadi pribadi yang selalu dapat bergembira setiap saat.

-------------------------------------------------------

Renaldi Wicaksono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun