Mohon tunggu...
Ayu Lorena
Ayu Lorena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

Hiii! I'm just a person who like to drinking a cup of coffee, reading a book, have a traveling, or watching the movie.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tren Pick-Me Girl di Tiktok: Internalized Misogyny, Bagaimana Bisa Perempuan Saling Menjatuhkan?

11 September 2024   23:10 Diperbarui: 11 September 2024   23:16 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Apakah anda seorang perempuan? Rasanya tidak mungkin apabila terjadi perilaku misogyny antar sesama perempuan bukan? Namun, faktanya hal itu ada. Banyak wanita yang tidak ingin dikatakan sama atau dibandingkan dengan wanita lain. Akhir-akhir ini muncul istilah "Pick-me girl". Nyatanya, hal tersebut termasuk ke dalam internalized misogyny.

Misogyny diartikan sebagai perilaku kebencian atau ketidakpercayaan pada perempuan. Seorang sosiologi, Allan G.Johnson mendeskripsikan misogyny sebagai suatu sikap budaya kebencian kepada perempuan karena mereka perempuan. Misogyny dimanifasikan dalam berbagai cara, dari lelucon hingga pornografi lalu kekerasan terhadap wanita yang menghina diri sendiri mungkin diajarkan untuk merasakan terhadap tubuh mereka sendiri. Lalu apa itu internalized misogyny? Jadi internalized misogyny merupakan perilaku misogyny yang dilakukan oleh sesama perempuan, kebencian kepada perempuan berupa perilaku merendahkan, mempermalukan, dan menjahui perempuan. Ini semacam male gaze yang beranggapan bahwa perempuan itu lebih lemah, namun dilakukan oleh perempuan
itu sendiri.

Menurut Spengler (2014), internalized misogyny terdiri dari dua elemen
utama: objektivit atas diri dan penerimaan pasif terhadap peran gender. Suatu studi
kasus menemukan bahwa perempuan menyampaikan pratik dialektika internalized
seksisme rata-rata 11 kali per 10 menit peningkatan percakapan (Bearman, Korobov,
Thorne, 2009), data ini menunjukan tingginya internalized misogyny di tengah
masyarakat. Bentuk internalized misogyny yang paling sering diantaranya pernyataan "gua ngga suka main sama cewe, dramatis banget soalnya", "Tuhan kenapa aku berbeda dari cewe-cewe lain?", "Cewek tu cerewet", "apa itu skincare, gua mah make facialwash aja cukup", "sorry ya gua ngga suka shopping di mall, lebih enak hiking". Bentuk lain dari internalized misogyny seperti adanya anggapan perempuan yang 'menye-menye' sebagai perempuan menyebalkan, perempuan yang suka memakai make-up tebal dilabeli sebagai wanita penggoda.

Terkadang tanpa sadar atau bahkan secara sadar dilakukan, justru malah perempuan yang lebih sering menjatuhkan perempuan lain (Najwa Shihab, 2020). Banyak keadaan yang melibatkan sesama kaum perempuan menjatuhkan martabat wanita lain atau menghilangkan sisi kewanitaannya untuk menaikkan derajat dirinya. Ungkapan pick-me girl yang baru-baru ini dipopulerkan di platform TikTok (Eckert), bukanlah hal baru di masyarakat. Pada tahun 2019, muncul tren serupa namun tak sama, I'm not like other girl. Keduanya memiliki makna konotasi sama yang mengandung internalized misogyny yang mendiskriminasi wanita atau kelompok wanita tertentu. Contohnya, seorang perempuan yang menggunakan kelemahan wanita lain untuk membuatnya terlihat lebih unggul di lingkungan. Kelemahan ini bersifat subjektif, tidak selamanya suatu kelemahan dianggap sebagai kelemahan oleh seseorang.

Pick-me girl merupakan salah satu bentuk internalized sexism. Fenomena ini dapat dibentuk oleh beberapa faktor, salah satunya adanya anggapan tidak berdaya atau tidak kompeten akibat sikap superior dari perempuan atas perempuan lain. Internalize misogyny cenderung dilakukan oleh mereka yang merasa tidak sepeti mayoritas perempuan, tidak feminim, dan terkesan tomboy. Kemudian, mereka menunjukan sifat dominasinya dengan merendahkan, melabeli perempuan sebagai kaum lemah yang tidak sekompeten laki-laki. Kedua, adanya persaingan antar wanita. Wanita membandingkan diri mereka sendiri dengan wanita lain. Lalu timbulah sifat saling membenci satu sama lain. Pick-me girl mengacu pada persaingan sesama perempuan untuk mendapatkan perhatian pria, bahkan jika itu berarti harus merendahkan perempuan lain. Ketiga, adanya objektifitas pada perempuan. Proses ini menempatkan wanita sebagai suatu 'objek' yang digambarkan pria. Adanya standar kecantikan yang dibentuk oleh lingkungan yang mengatur bagaimana seharusnya wanita berpenampilan, berperilaku, dan bertuturkata secara ideal. Mereka yang tidak ingin mengikuti idealisme yang ini, melakukan perlawanan, namun dengan cara yang salah, merendahkan perempuan lain yang ingin dan bisa menjadi perempuan sebagaimana mestinya. Selanjutnya, adanya pembungkaman suara perempuan. Pick-me girl adalah pernyataan ketidakpercayaan perempuan pada kaumnya, perempuan mendominasi perempuan lain dan membuatnya kritis pada diri sendiri sehingga sulit menyuarakan dirinya, lalu mereka menyerahkan pemikirannya kepada laki-laki untuk menilai.

Saya pernah menjumpai wanita yang mendapat perlakuan internalized misogyny yang dinyatakan secara terang-terangan maupun di belakangnya. Biasanya berupa ungkapan candaan atau sindiran yang terlihat sepele. Dia dianggap 'terlalu kewanitaan' dan tidak dapat melakukan pekerjaan berat. Adapula seseorang yang secara terang-terangan menunjukan ketidaksukaan pada sifat-sifat kewanitaan. Sebetulnya, sah-sah saja kita mau menjadi wanita yang bagaimana, yang suka make- up atau tidak suka make-up, suka warna hitam atau suka warna pink, suka hal uji adrenalin atau suka hal menggemaskan. Itu yang membuat kita unik. Namun, jangan sampai memandang rendah perempuan lain hanya karena tidak setara. Pada dasarnya kita sama-sama perempuan yang bebas menentukan pilihan. Kita sebagai perempuan akan tetap keren tanpa validasi laki-laki maupun perempuan lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun