Mohon tunggu...
Naries
Naries Mohon Tunggu... Lainnya - PNS

PNS .

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tragedi

27 September 2022   08:12 Diperbarui: 27 September 2022   08:57 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Godam yang bergayut di tangan  jatuh mencium kembara

Meliukkan pelu terengah dalam dada

Kemudian menyelinap ke angkasa menyapa awan yang sedang gunda payah menahan tangis,

Air matanya jatuh lagi ke pipi bumi

Mengundang hepzhiba membersihkan lumpur di jemarinya.

Elusannya gemulai rebahkan pohon di pangku jalanan

Selirih inikah tangisnya hingga dadaku bergemuruh?

Jikalau semua serakah pada pertiwi selalu,

Maka anak-anak zaman ini tak akan selamat mengarungi masanya

Timika, 16 Januari 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun