Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, MM., Hajar Imtihani, Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, 2021
Berproses untuk membentuk tatanan kehidupan yang baik akan selalu dilakukan oleh manusia. Apa yang disusun untuk memberikan kebaikan bagi kehidupan, akan terus dirancang, sebagaimana yang sudah kita rasakan dalam era revolusi industri 4.0, di mana begitu banyak kemudahan dalam menjalani beberapa aktivitas di kehidupan sehari-hari ketika memanfaatkan teknologi, meski masih ada kekurangan yang tidak dapat dikesampingkan. Namun, kekurangan demi kekurangan terus diperbaiki agar mencapai tatanan kehidupan yang ideal, sehingga hadir kembali era society 5.0 sebagai konsep tatanan kehidupan baru bagi masyarakat. Dengan dibentuknya konsep society 5.0 untuk kehidupan masyarakat, diharapkan akan lebih nyaman dan berkelanjutan.
Di era society 5.0 terdapat poin yang sangat penting untuk menjadi tolok ukur penyusunan beberapa elemen tatanan kehidupan masyarakat. Maka, yang menjadi prinsip dasar adalah keseimbangan dalam perkembangan bisnis dan ekonomi dengan lingkungan sosial. Dengan teknologi pada era society 5.0, masalah yang tercipta pada revolusi industri 4.0 (berkurangnya sosialisasi antar masyarakat, lapangan pekerjaan, dan dampak instrialisasi lainnya) akan berkurang. Pemanfaatan teknologi tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat.
Pendidikan dan Era Society 5.0
Dengan mulai dipersiapkannya era society 5.0, Indonesia menjadi salah satu negara yang juga mempersiapkan kedatangan tatanan baru tersebut. Maka, salah satu komponen yang harus diperhatikan adalah pendidikan, karena dari pendidikanlah akan muncul sumber daya manusia baru yang akan siap menghadapi era society 5.0 sebab disanalah tempat banyak bibit unggul masyarakat Indonesia belajar mengenai banyak hal.
Berdasarkan narasi di atas, maka Indonesia harus mempersiapakannya dengan baik. Belum selesai dengan hiruk pikuk era revolusi industri 4.0 Indonesia kembali dikejutkan dengan konsep tatanan kehidupan baru tersebut. Â Dalam pendidikan kita sudah mengenal dengan fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 yang meliputi creativity, critical thinking, communication, dan collaboration atau yang dikenal dengan 4C (Risdianto, 2019). Menurut saya bahwa keahlian pendidikan abad 21 bisa kembali dibawa dalam strategi pendidikan Indonesia untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era society 5.0 dan bersaing di tingkat global. Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), Muhammad Nasir, menerangkan bahwa ada empat hal yang harus menjadi perhatian perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi. Pertama, pendidikan berbasis kompetensi menjadi salah satu misi utama perguruan tinggi di era saat ini. Kedua, memanfaatkan Internet of Things pada dunia pendidikan. Ketiga, pemanfaatan virtual/augmented reality dalam dunia pendidikan. Keempat, memanfaatkan Artifical Intelligence dalam dunia pendidikan untuk mengetahui serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan oleh pelajar. Dari keempat komponen tersebut terdapat pemanfaatan terhadap tiga teknologi, yaitu artificial intelligence, Internet of Things dan augmented reality yang diharapkan bisa menciptakan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang siap pakai di dunia industri (Munanda, 2019).
Communication Skills dengan Era Society 5.0
Di lansir dalam situs resmi kemendikbud Dwi Nurani mengatakan, "Untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 dalam dunia pendidikan diperlukan kecakapan hidup abad 21 atau lebih dikenal dengan istilah 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication, Collaboration). Dalam proses pendidikan, diharapkan guru menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi serta menjadi suri teladan." Maka, solusi yang saya berikan akan berangkat dari bagaimana keterampilan abad 21 di bidang pendidikan beriringan dengan era society 5.0, yaitu dari empat keahlian yang dijabarkan dalam keterampilan abad 21, saya akan mengambil satu di antaranya untuk fokusan solusi, communication skills.
Komunikasi dalam sains akan memungkinkan para ilmuwan untuk berbagi wawasan mengenai dunia, untuk memperkuat hubungan antara ilmu pengetahuan, masyarakat, dan opini publik (Suprapto & Pai, 2015). Masyarakat dan organisasi sains memiliki pengaruh besar dalam komunikasi sains dengan publik; mereka juga memiliki pengaruh yang sama pada sains yang diajarkan di sekolah. Dengan kata lain, energi antara komunikasi sains dengan publik dan sains di sekolah sangat diperlukan (Suprapto & Ku, 2016). Dengan itu akhirnya saya menganggap bahwa akan sangat selaras jika fokus pada pengembangan keterampilan komunikasi sains dengan tujuan dari era society 5.0 yaitu pemanfaatan teknologi tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat.
Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality