NAGARI MANDEH
Onde Mande …. adalah kalimat yang terlintas di benak saya saat tertarik mengikuti Festival Bahari Mandeh 2017 tanggal 3-7 Mei 2017. Mandeh (Bahasa Padang) berarti Ibu (Bahasa Indonesia). Acara digelar di Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh (KWBT Mandeh). Ini adalah tahun pertama diadakan Mandeh Underwater Photography Competition, dan saya terdaftar sebagai peserta.
Nagari atau Desa Mandeh berada di Kecamatan Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Mandeh adalah salah satu tujuan wisata bahari yang sedang bertumbuh. Pada akhir pekan Mandeh ramai dikunjungi para wisatawan. Bapak Presiden Joko Widodo juga sudah mengunjungi dan menjadi saksi keindahan alam di Mandeh ini. saya mengutip dari (http://setkab.go.id/presiden-jokowi-usulkan-pantai-mandeh-di-sumbar-jadi-kawasan-wisata-bahari-terpadu/) ;
... Dalam sambutannya Presiden Jokowi mengaku kaget waktu masuk ke kawasan wisata Pantai Mandeh itu. “Dari atas saya melihat betapa anugerah Allah kepada kita. Keindahan yang ada di sini, itu yang patut kita syukuri,” ...
MENUJU MANDEH
Ada berbagai maskapai domestik dengan banyak jadwal penerbangan menuju Bandara Internasional Minangkabau di Padang, Sumatera Barat. Harga tiketnya juga terjangkau mulai dari sekitar lima ratus ribu rupiah. Karena harus bekerja dulu dan ijin setengah hari, saya baru bisa berangkat sore hari tanggal 3 Mei 2017. Saya berangkat bersama Roni, teman yang juga terdaftar sebagai peserta Festival. Peserta lainnya sudah lebih dulu sampai dan diantar menuju lokasi Festival. Berkat pengertian dan pelayanan baik dari Panitia, kami tetap difasilitasi penjemputan walaupun jam kedatangan kami yang paling akhir daripadi peserta lainnya.
Lapar, dan memang sudah saatnya makan malam. Di kota Padang wajib dong makan masakan Padang yang terkenal di suluruh Nusantara bahkan sampai ke luar negeri. Sepertinya di setiap kota di Indonesia pasti ada RM Padang. Di luar negeri masakan Padang juga terkenal.
Rumah Makan Lamun Ombak menjadi pilihan. Malam ini kami “makan nasi Padang di Kota Padang” hahaha. Beragam menu dalam piring-piring kecil disajikan di meja kami. Nasi disajikan dalam bakul, bukan di piring seperti kalau saya makan di RM Padang di Jakarta atau tempat lain. Semua tampak menggugah selera, tetapi karena saya tidak mengkonsumsi daging, jadi saya memilih menu yang bisa saya makan dan rasanya tetap enak dengan semangat pedas khas masakan Padang.