Mohon tunggu...
helen_s.maria
helen_s.maria Mohon Tunggu... Administrasi - #exploreIndonesia #exploretheworld ... Bersyukur untuk kesempatan, waktu, kesehatan dan rezeki yang Tuhan berikan

@helen_s.maria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Serunya Mendaki Gunung Semeru

26 Juni 2018   18:42 Diperbarui: 29 Juni 2018   13:17 1503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua kali menginjakkan kaki di Ranu Pani (2,100 mdpl), Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Sebelumnya, tahun 2014 saat ke Bromo, sempat mampir bersama beberapa teman. Waktu itu kagum dan takjub melihat dan memperhatikan  para pendaki yang sedang bersiap-siap.

Tahun 2014 di Ranu Pani (Dokumentasi Pribadi)
Tahun 2014 di Ranu Pani (Dokumentasi Pribadi)
Siang ini saya dan Dewi menunggu teman-teman mendaki group @tigadewaadventureindonesia. Rombongan  datang terlambat karena  ada musibah kebakaran di Basecamp Tumpang. 

Setelah semua  datang, bersama para pendaki dari group lain, kami  masuk ke aula TNBTS untuk mendengarkan pengarahan  tentang   aturan dan hal penting lain  selama pendakian.

Briefing sebelum mendaki (Dokumentasi Pribadi)
Briefing sebelum mendaki (Dokumentasi Pribadi)
Semeru menjadi tempat reuni kecil dengan para saudara pendaki Gunung Kerinci (3,805 mdpl); @suttewijaya, @f3ry_gunawan dan @dedesaputra. Team @tigadewaadventureindonesia  bertemu lagi dengan  @rifkymaulanaaaa dan @ger_randu.

Reuni Pendaki Kerinci (Dokumentasi Pribadi)
Reuni Pendaki Kerinci (Dokumentasi Pribadi)
Petang hari kami bergerak meninggalkan Ranu Pani. Melewati jalan aspal sambil memandang kebun sayur. Semangat dan gagah melangkah, karena perjalanan baru saja dimulai. Semoga tetap demikian sampai nanti perjalanan turun gunung. 

Melewati jembatan merah dan terus berjalan menuju camping ground Ranu Kumbolo (2,400 mdpl). Senter disiapkan karena diperkirakan kami akan tiba saat sudah gelap malam. Berjalan beriringan  dengan Mba Yenti, Dewi, Fatma,  dan teman-teman lain.

Jembatan Merah. (Foto: @f3ry_gunawan)
Jembatan Merah. (Foto: @f3ry_gunawan)
Helen + Dewi + Yenti. (Foto: @f3ry_gunawan)
Helen + Dewi + Yenti. (Foto: @f3ry_gunawan)
Tenda sudah disiapkan oleh team, dan saya cepat  masuk ke tenda untuk  menghindari dingin. Setenda dengan Dewi, karena  yang lain sepertinya memilih teman yang sudah dikenal. Hanya berdua jadi bisa  bolak balik  mencari posisi tidur dan pulas hehehe. Saya tertidur dan  melewatkan  makan malam. 

20180511 Ranu Kumbolo -- Kalimati

Brrrrr... dinginnya pagi di Ranukumbolo. Kata Mas Sute, suhunya -5C, seperti di dalam freezer. Tenda, rumput, bunga dan benda-benda yang ada di luar tenda dilapisi  es yang terbentuk  karena suhu rendah, bukan salju.  Saya suka dan menikmati suasana dingin seperti ini, karena tidak setiap hari bisa   dialami. Di kota saya Tangerang, sekarang ini hampir tidak pernah lagi melihat kabut.

Pagi pertama di Ranu Kumbolo. (foto: Yenti)
Pagi pertama di Ranu Kumbolo. (foto: Yenti)
Batang kayu di Ranu Kumbolo
Batang kayu di Ranu Kumbolo
Tenda lapis es di Ranu Kumbolo
Tenda lapis es di Ranu Kumbolo
Lapis es
Lapis es
Berusaha  bergerak supaya badan menjadi  hangat bersama Dewi, Mba Yenti dan  @dedekagussurya.  Berjalan ke  sisi lain camping ground kami yang lebih dipenuhi tenda. Menikmati hangatnya matahari terbit.

Menikmati matahari
Menikmati matahari
menikmati matahari Ranu Kumbolo
menikmati matahari Ranu Kumbolo
Pagi pertama di Ranu Kumbolo.
Pagi pertama di Ranu Kumbolo.
Kembali camping ground, team logistic sudah menyiapkan sarapan kemudian berkemas supaya bisa segera melanjutkan perjalanan. Sudah direncanakan, saat melewati camping ground lama tadi,  mau  mampir dulu untuk menyelesaikan "urusan penting", menggunakan fasilitas  toilet umum hehehe. Perlu waktu sekitar 1 jam untuk antri sampai selesai urusan.

12-5b30864bcf01b4648c52acb4.jpg
12-5b30864bcf01b4648c52acb4.jpg
Jam 10:00 WIB  mendaki "Tanjakan Cinta" yang menghubungkan Ranu Kumbolo dengan padang Oro-oro Ombo yang dipenuhi bunga Verbana berwarna ungu, rumput-rumput  yyang mulai kuning dan kering.

Tanjakan Cinta. (foto: @lingchendewi)
Tanjakan Cinta. (foto: @lingchendewi)
Menuju Oro-oro Ombo
Menuju Oro-oro Ombo
Menuju Oro-oro Ombo (foto: @lingchendewi)
Menuju Oro-oro Ombo (foto: @lingchendewi)
Padang bunga Verbana di Oro-oro Ombo. (foto: @lingchendewi)
Padang bunga Verbana di Oro-oro Ombo. (foto: @lingchendewi)
Bunga Verbana segar yang masih diembuni es Ranu Kumbolo.
Bunga Verbana segar yang masih diembuni es Ranu Kumbolo.
Oro-oro Ombo
Oro-oro Ombo
Setelah satu  jam perjalanan, kami beristirahat agak lama bersama pendaki lainnya. Jajan cemilan dan minuman, makan bekal apel yang diberikan team logistic. Lanjut berjalan lagi dan tiba di  di Jambangan (2, 600 mdpl) jam 13:20 WIB.

17-5b30d679caf7db1e014e4952.jpg
17-5b30d679caf7db1e014e4952.jpg
Jambangan. (foto: @lingchendewi)
Jambangan. (foto: @lingchendewi)
Jambangan. (foto: @lingchendewi)
Jambangan. (foto: @lingchendewi)
Sekitar jam 14:15 kami tiba di camping ground Kalimati. Jajan tempe goreng, santai istirahat sambil menunggu tenda yang sedang disiapkan.Setenda dengan Dewi dan Mba Yenti. Saat mereka ikut team mengambil air, saya  mengantuk dan masuk sleeping bag. 

Kalimati. (foto: @lingchendewi)
Kalimati. (foto: @lingchendewi)
Kalimati
Kalimati
Kalimati
Kalimati
Terbangun saat makan sore sudah disiapkan oleh team logistik yang selalu tersenyum dan ceria. Setelah makan saya tidur lagi demi mengumpulkan energi untuk persiapan menuju Puncak Mahameru.  

Jam 23:30 kami  berkumpul membentuk lingkaran, briefing dan berdoa bersama. Dingin malam menggigit tubuh berlapis baju dan jaket. Air seduhan bubuk jahe membantu menghangatkan. Setelah semua siap, kami berjalan beriringan dengan senter di dahi sebagai penerang jalan. Melewati pergantian hari di dalam perjalanan mendaki menuju puncak.

Menuju puncak. (foto: @f3ry_gunawan)
Menuju puncak. (foto: @f3ry_gunawan)
20180512 Puncak Mahameru (3,676 mdpl) -- Kalimati -- Ranu Kumbolo

Saya akui,  perjalanan ini memang tidak mudah, tapi saya tidak mau menyerah. Apalagi setelah "cemoro tunggal", berjuang melewati medan berpasir, batu-batu yang siap menggelinding, dan terus menanjak. Setiap 1 langkah maju,  menjadi  1 -- 2 langkah mundur.

Terus melangkah menyesuaikan tenaga  yang sudah terkuras menjadi lelah.   Matahari terbit saat masih  di perjalanan, terangnya berangsur menampakkan pemandangan  sekitar.  

Matahari terbit
Matahari terbit
Jam 05:25 saya tiba di puncak Mahameru.  Saya  melihat  ke bawah,  sejauh mata bisa memandang jalur yang baru saja saya lewati. Mas yang ada di dekat saya memberitahu "Mba, lihat itu wedus gembelnya keluar!".

Wedus gembel
Wedus gembel
26-5b30daaccaf7db1a502ad1f2.jpg
26-5b30daaccaf7db1a502ad1f2.jpg
28-5b30da34cf01b4458a0f7c33.jpg
28-5b30da34cf01b4458a0f7c33.jpg
Lebih ke atas, bertemu teman-teman lain yang sudah sampai duluan, mereka luar biasa, bisa berjalan dengan cepat. Rasanya senang sudah sampai di puncak walaupun lelah dan  lapar. Puas menikmati pemandangan matahari yang sudah terbit. 

33-5b31d15acf01b4395c053c64.jpg
33-5b31d15acf01b4395c053c64.jpg
Puncak Mahameru
Puncak Mahameru
Di Puncak Mahameru
Di Puncak Mahameru
Nah,   saat harus turun dari puncak, kepala saya mulai pening. Saya pamit  turun duluan supaya punya lebih banyak waktu di perjalanan. Melawan ketakutan harus  berjalan menurun seperti meluncur menginjak pasir dan bebatuan.  Di tengah perjalanan,  mata mengantuk  membuat langkah seperti melayang. Beberapa kali saya berhenti,  menepuk-nepuk pipi dulu supaya ngantuknya hilang.

Puncak Mahameru
Puncak Mahameru
Turun dari puncak
Turun dari puncak
Jalan  bareng Mas Sute supaya ada teman sampai di camping ground Kalimati. Terima kasih Mas Sute sudah bersabar menemani di perjalanan. Senangnya karena saat tiba, sarapan sudah siap, teh manis panas dan  pudding coklat hasil olahan team logistic yang selalu tersenyum.

Turun gunung
Turun gunung
Masak ceria ala @tigadewaadventureindonesia
Masak ceria ala @tigadewaadventureindonesia
Bersih-bersih, packing barang dan istirahat di tenda yang sudah mulai panas. Untungnya masih bisa tidur sebentar untuk mengganti waktu tidur semalam. Saya dan Dewi menunggu saat turun setelah  lewat tengah hari karena takut dengan matahari tengah hari yang bisa cepat menyerap energy.

Camping Ground Kalimati
Camping Ground Kalimati
langit biru
langit biru
Jam 12:12 WIB bersama Dewi  meninggalkan  Kalimati. Di jalur kami bertemu dengan pendaki cilik bernama Lintang. Keren sekali, masih kecil tetapi tetap semangat dan tersenyum manis walaupun pasti ada rasa lelah. 

Lintang, pendaki cilik
Lintang, pendaki cilik
Lintang, pendaki cilik
Lintang, pendaki cilik
Sampai Oro-oro Ombo kami memilih jalan setapak di  sisi samping bagian atas. Setelah itu bertemu Mba Yenti dan teman-teman yang lain sebelum menuruni Tanjakan Cinta.

Memandang Ranu Kumbolo. (foto : @lingchendewi)
Memandang Ranu Kumbolo. (foto : @lingchendewi)
Jam  14:17 tiba di Ranu Kumbolo camping ground lama. Asik, kami mengalami 2 malam di Ranu Kombolo di sisi yang berbeda. Karena masih siang, tenda-tenda belum banyak berdiri, para pendaki lainnya juga belum ramai. Makan mie instan sambil menikmati sekitar yang masih sepi. Ngobrol, leyeh-leyeh lalu "ngerecoki" Mas Sute yang sedang masak sup. Sup  matang, kami tinggal makan, terima kasih lagi Mas Sute.

Ranu Kumbolo sore hari
Ranu Kumbolo sore hari
Ranu Kumbolo sore hari
Ranu Kumbolo sore hari
Ranu Kumbolo sore hari
Ranu Kumbolo sore hari
Ngerecoki masak
Ngerecoki masak
Di pinggir Ranu Kumbolo terdapat prasasti yang ditulis dalam aksara Jawa kuno, dibaca "Ling deva pu Kameswara tirthayatra" yang  artinya kurang lebih adalah "Perjalanan suci mencari air suci...". Ranu Kumbolo memang dipercaya suci dan mempunyai nilai spiritual. Kisah ini saya dengar dan catat saat briefing di Ranu Pani sebelum mendaki.

Prasasti
Prasasti
Ranu Kumbolo sore hari
Ranu Kumbolo sore hari
20180513 Ranu Kumbolo  - Ranu Pani -- Tumpang -- Kota Malang

Pagi yang tetap dingin berselimut es. Karena masih malas bergerak melawan dingin, saya menikmati kehadiran matahari dari dalam tenda. Suasana santai, sarapan, packing barang, foto bersama teman-teman, lalu bersiap untuk turun menuju Ranu Pani.

Matahari terbit di Ranu Kumbolo
Matahari terbit di Ranu Kumbolo
Matahari terbit di Ranu Kumbolo
Matahari terbit di Ranu Kumbolo
Matahari terbit di Ranu Kumbolo
Matahari terbit di Ranu Kumbolo
Berkemas lagi untuk persiapan turun gunung. Suasana santai di tengah keramaian Ranu Kumbolo yang dipadati tenda-tenda pendaki. Cerahnya cuaca membuat senang sambil mengabadikan moment bersama. 

Moment bersama
Moment bersama
Moment bersama
Moment bersama
Jalur jalan berdebu tebal dan beterbangan juga. Masker melindungi  mulut dan hidung. Mata agak perih karena sepertinya kemasukan debu juga. kami berhenti sebentar di setiap pos yang menjual makanan. Segarnya melihat potongan buah semangka berwarna merah menggiurkan. Sayangnya saya tidak bisa menikmati segarnya air buah semangka, karena setiap kali makan semangka saya akan sakit tenggorokan. 

jalur berdebu
jalur berdebu
jajan di Semeru
jajan di Semeru
Semangka segar
Semangka segar
Jalur berdebu
Jalur berdebu
Jam 12:20 WIB kami tiba di Ranu Pani, belum sempat istirahat,  langsung ditawari Mas ger untuk ikut jeep yang akan mengantar ke basecamp di Tumpang. Sudah bercita-cita untuk jajan bakso sebelum pulang hahahaha, ternyata hanya sempat jajan tahu bulat. 

Tahu bulat
Tahu bulat
Jeep menuju Tumpang
Jeep menuju Tumpang
Jeep menuju Tumpang
Jeep menuju Tumpang
Jeep penuh dan langsung berangkat. Sempat terhambat karena di jalan  ada jeep mogok  di arah berlawanan. Jam 14:00 WIB kami tiba di base camp, dan sudah disiapkan makan siang. Teman-teman bergantian mandi dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Macet
Macet
Kami menumpang angkot pertama, tujuannya adalah Stasiun Malang. Dari sini, kami berpisah jalan ke tempat tujuan masing-masing. Malam ini saya dan Dewi masih bermalam Malang, masih punya acara untuk bertemu dengan keluarga Noki, teman kami yang tinggal di Malang.

Dengan taxi online kami diantar ke hotel Dewarna yang tidak terlalu jauh dari stasiun. Bersih-bersih lalu keluar lagi untuk mengembalikan tas  carrier yang kami sewa di Ciliwung Camp. Kemudian bertemu Noki, Ratyh istrinya, dan Al anaknya  di warung "tahu telur" Lamongan di Jl. Sulfat, Kota Malang.

Tahu telur
Tahu telur
Kami mampir ke rumah Noki untuk mengambil barang yang dititip. Wisata kuliner berlanjut hahaha, menuju tempat makan tahwa "kembang tahu" berkuah air jahe manis di samping Hotel The Salimar. 

Tahwa samping Hotel The Salimar
Tahwa samping Hotel The Salimar
Tahwa samping Hotel The Salimar
Tahwa samping Hotel The Salimar
Dari sini kami diajak ke untuk menikmati keindahan malam  kota Batu berhias lampu-lampu  dari Gunung Banyak.

Pemandangan Kota Batu dari Gunung Banyak. (foto: @uklam.uklam)
Pemandangan Kota Batu dari Gunung Banyak. (foto: @uklam.uklam)
Pemandangan Kota Batu dari Gunung Banyak. (foto: @uklam.uklam)
Pemandangan Kota Batu dari Gunung Banyak. (foto: @uklam.uklam)
Karena sudah malam, jalanan di Kota Batu lancar tanpa macet. Lihat kiri kanan jalan, banyak penjual makanan, tempat-tempat wisata baru yang yang kali ini tidak bisa dimampiri, villa bergaya Jepang yang sepertinya menarik, semua dinikmati  dalam perjalanan.

Masih ada jajanan yang ingin dicicipi, hampir tengah malam, kami makan ketan di Pos Ketan Legenda yang sudah ada sejak tahun 1967. Saya memilih toping durian dan memesan susu segar panas. Kenyang luar biasa, terbayang berat badan yang pasti ikut naik.

Pos Ketan
Pos Ketan
Pos Ketan
Pos Ketan
20180513 Kota Malang -- Kota Tangerang

Pesawat pertama pagi ini terbang sesuai jadwal. Selamat tinggal Kota Malang, tunggu kami di kesempatan selanjutnya. dari bandara Soekarno Hatta saya langsung menuju kantor karena sudah ditunggu oleh pekerjaan yang ditinggalkan selama cuti. Berpisah dengan Dewi yang  meneruskan penerbangan menuju Medan.

Terima kasih Tuhan, trip seru sudah dialami dengan senang dan selamat dari berangkat sampai kembali pulang.

Terima kasih Mas semua team @tigadewaadventureindonesia.

Terima kasih Dewi @lingchendewi, Mba Yenti yang sudah berbagi tenda dan teman berjalan.

Terima kasih semua teman-teman se group trip kali ini.

Sampai bertemu lagi di perjalanan selanjutnya; jelajah Sulawesi Selatan "Pesona Alam Gunung Latimojong 3,478 mdpl) dan "Eksotis Tana Toraja" #2018061924. 

Salam lestari,

Life Is A Great Journey

Helen_s.maria

Pendaki dan Gunung
Pendaki dan Gunung
Bukan Gunung yang harus kita taklukan, tapi diri kita sendiri.
Bukan Gunung yang harus kita taklukan, tapi diri kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun