Mohon tunggu...
Renna Cintya Sari
Renna Cintya Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Renna Cintya Sari

Hi, Bukan penulis profesional melainkan baru belajar. Oiya aku juga suka tidur dimana aja kalo pergi kemana-mana, Kadang suka ngalor ngidul.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selembar Roti; Mengajarkan Arti Bersyukur yang Sesungguhnya

16 Desember 2020   22:58 Diperbarui: 17 Desember 2020   21:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat 3 tahun lalu, sepulang sekolah aku selalu menyisihkan bekal sekolah ku, sebesar sepuluh ribu rupiah.

Pada suatu malam tiba aku menghitung uang hasil tabungan dari bekal, yang selama ini selalu aku sisihkan. Ternyata uang sudah terkumpul sebesar dua puluh ribu rupiah. 

Siang hari telah tiba, tanpa berfikir lama setelah ku rasa uang lumayan terkumpul, aku langsung bergegas menuju warung kelontong dekat rumah. Aku membeli sepuluh ribu untuk sepuluh roti, dan air mineral berupa cup seharga, lima ratus rupiah untuk sepuluh cup. Ibu warung ini bertanya "untuk apa, roti sebanyak ini?" Aku hanya melontar senyum dan lantas pergi.

Aku langsung membawa roti ini dengan tas punggung yang sudah kusiapkan.

Berjalan terus berjalan dengan penuh hati yang tulus, akupun akhirnya betemu dan menghampiri merka untuk  memberikan roti beserta air kepada anak- anak kecil yang penuh riang dengan senyum hangatnya , bersama ibu yang sedang berjualan koran di jembatan fly over. 

Akupun berlanjut kembali berjalan, tidak lama kemudian aku bertemu dengan seorang bapak-bapak. Sedang merintih menahan rasa lapar diteras halaman ruko, akupun tak lama langsung bergegas menghampiri Bapak tersebut. dan mengeluarkan roti beserta air tersebut untuk diberikanya. sesudah aku memberikannya aku pun bergegas untuk pergi, bapak ini pun tak hentinya mengucapkan banyak terimakasih terhadapku. Aku pun melontarkan senyum dan memberikan salam kepadanya lalu pergi kembali kerumah. 

Dari sini aku banyak belajar betapa berharganya roti ini dimata orang yang benar-benar membutuhkan. Mulaihlah dari sekarang sahabat JNE, untuk senantiasa menjadi tanah subur bagi semua orang. Kita diciptakan semua sama dimata sang pencipta, tidak ada perbedaan. Percayalah kewajiban kita hanya meneruskan kebaikan. 

Note : Ini kisah nyata aku yang sebenarnya dan ku kenang hingga sekarang. Aku menulis ini bukan untuk pamer atau hal lainya.  Tapi aku disini mengajak kalian untuk selalu berbuat baik, menebar kasih terhadap sesama manusia.

#jne #jne30tahun #connectinghappiness #30tahunbahagiabersama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun