Mohon tunggu...
Ren Ai
Ren Ai Mohon Tunggu... Mahasiswa - penuntut ilmu

mencoba lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anakku yang Malang

15 Desember 2023   13:21 Diperbarui: 15 Desember 2023   13:27 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sampainya di kamar Hana, kumelihat Hana tidur dengan ayahnya. Ternyata nenek Hana telah pulang duluan. Terlihat betapa Hana tidak ingin berpisah dengan ayahnya.

Tapi mau gimana lagi, aku tidak ingin berhenti dari pekerjaanku. Malam kedua di rumah sakit, kami bertiga di kamar Hana. Aku, Hana, dan ayahnya Hana. Aku bertanya kepada Hana "Besok Hana mau ditemani ayah atau ibu? Kalau misalnya ayah, maka ibu besok akan ngajar" Hana si kecil terdiam. Tampak dari matanya bahwa dia sedang menahan tangis. Benar saja, tidak sampai setengah menit dia menagis dengan sejadinya. Aku pun heran. Hana berkata sambil menangis dengan suara yang tidak jelas tapi aku paham. "Hana ingin ditemani ayah dan ibu di sini. Hana mau dua-duanya" katanya. Kata-kata Hana membuat hatiku teriris, betapa menderitanya anakku. Ternyata kasih sayang dariku tidak cukup baginya.

Kulihat Hanafi langsung keluar meninggalkan kami berdua. Mungkin dia juga merasakan apa yang kurasa. Hana pun kupeluk untuk menenangkannya.

Aku menuruti keinginan Hana. Kami berdua menemani Hana di rumah sakit. Hana senang sekali. Dia telah banyak tersenyum dan mau makan makanan rumah sakit. Trombosit Hana juga semakin baik.

Di suatu sore, aku sedang menonton televisi dan Hana tidur di sampingku. Hanafi sedang keluar membeli jus jambu biji buat Hana.

Lima menit kemudian, Hanafi datang membawa jus jambu biji. "Hana tidur sejak tadi, Fin?" tanyanya. "Iya" jawabku singkat. "Bisa kita ngomong di luar sebentar?" tanyanya. "Kenapa harus di luar?" tanyaku. "Hana lagi tidur, entar kebangun" jawab Hanafi. Aku melirik Hana, dia tertidur sangat nyenyak.

Hanafi berjalan keluar dan aku mengikutinya dari belakang. Ternyata Hanafi membawaku ke taman samping rumah sakit. Kami duduk di sana sambil menikmati pemandangan taman.

Diam sejenak, Hanafi memulai obrolan. "Fina, aku minta maaf karena selama ini aku selalu memaksa kamu berhenti mengajar. Aku minta maaf karena belum bisa membahagiakan kalian berdua. Sampai akhirnya keadaan kita seperti ini. Hana menderita karena kesalahanku. Hana tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya. Kasihan Hana kita. Aku mau memberitahumu  kalau aku telah mendapatkan pekerjaan tetap yang gajinya kurasa cukup untuk kita bertiga. Aku tidak ingin Hana menjadi anak yang menderita. Aku juga tidak ingin kehilangan kamu, Fina. Maukah kami rujuk kepali kepadaku dan kita perbaiki kesalahan yang telah kita lakukan kepada Hana. Aku juga tidak akan memaksamu untuk berhenti dari pekerjaanmu".

Aku melihat sebuat keseriusan di mata Hanafi. Aku juga kasihan kepada Hana. "Iya, aku mau rujuk kepadamu. Aku juga ingin meminta maaf atas sikap kerasku kepadamu. Dan besok, aku akan mengajukan surat pengunduran diri ke sekolah. Aku ingin fokus mengurusi Hana. Menjadi ibu dan istri yang baik".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun