Bel kereta berbunyi. Pegawai kereta memberitahukan bahwa kereta telah sampai di stasiun akhir. Semua penumpang keluar dari kereta. Keadaannya sangat ramai. Syasya telah melihat abangnya--Arsyad--dari jendela kereta.
Sebelum keluar dari pintu kereta, Syasya mendapati pria misterius tersebut di sampingnya.
"Fii Amanillah, Arsya. Assalamualaikum" ucap pria tersebut dengan senyum tipis sedikit ramah kemudian meninggalkan Syasya.
Syasya terkejut dan heran. Kenapa pria itu mengetahui nama Syasya. Apakah dia tadi mendengar obrolan Syasya dengan temannya. Semoga saja tidak. Syasya hanya bisa berharap.
"Syasya ayo pulang" abangnya memanggilnya, membuat Syasya terhenti dari lamunannya.
Seminggu di rumah, Syasya sangat sibuk karena telah memiliki keponakan. Keponakannya bernama Qiupta dan ia sangat lucu.
Suatu hari, Syasya mendapati kabar dari Watsapp grup kelas. Katanya ada kabar bahagia. Kampusnya mendapatkan juara 1 lomba debat bahasa Arab tingkat nasional. Salah satu dari mereka berasal dari kelas Syasya. Tentu saja Syasya tidak tau, karena kelas mahasiwi dan mahasiswa dipisah. Dosen mengajar di kelas mahasiswa dan mahasiswi mendengarkan pelajaran lewat aplikasi zoom.
Ketika melihat foto yang terunggah di grup, Syasya terkejut, sehingga membuat gelas yang dipegangnya hampir jatuh. Wajah pria tersebut ada di sana. Ternyata dia satu kelas dengan Syasya.
Dhuha Pratama. Syasya hanya tau namanya, tidak dengan orangnya. (Ren Ai)